Setelah kejadian itu, keseharian Revia kembali seperti biasanya. Taka juga masih bekerja di sana untuk melanjutkan kehidupan dirinya dan adik-adiknya. Hari itu toko roti itu tidak terlalu ramai, jadi Ethan bermain dengan pelanggan yang sedang menunggu pesanan mereka.
Tiba-tiba saja Ethan terdiam lau mengonggong dengan ekor yang berkibas ceria. Taka yang bingung, mendekati Ethan.
"Ada apa?" tanya Taka sambil mengelus bulu-bulu Ethan.
Tak lama pintu toko terbuka dan membuat bel di pintu berbunyi. Terlihatlah seseorang yang menggunakan jubah yang menutupi seluruh tubuh dan setengah wajahnya.
Ethan langsung berlari ke arah orang itu yang sedang menutup pintu.
"Hahaha, kau langsung bisa mengenaliku ya?" tanya orang itu sambil mengelus Ethan.
Revia mendatangi orang itu. "Selamat datang kembali. Anda datang kemari untuk menikmati hidangan atau bertemu dengan Ethan?" tanya Revia dengan senyum jail.
Orang itu membuka penutup kepalanya dan menampakkan wajah pangeran dengan senyuman manis. "Bagaimana jika ingin bertemu denganmu?"
(Si author menjerit dalam hati)
....
Revia meletakkan piring yang diatasnya ada beberapa roti dan sebuah gelas di meja tempat si pangeran duduk. Taka memaksa Revia untuk menemani sang pangeran sembari beristirahat.
"Ngomong-ngomong kita belum berkenalan ya," kata sang pangeran yang menunjukan senyum manisnya.
"Oh benar juga," kata Revia sembari mengingat kejadian saat itu.
"Namaku Myron, kau boleh memanggilku apa saja."
"Pangeran?" tanya Revia.
"Apapun selain itu," kata Myron dengan wajah pasrah. "Lalu jangan memakai bahasa formal, aku mohon," pinta Myron yang menatap Revia dengan ekspresi memohon.
Revia tertawa pelan. "Baik, aku mengerti, Myron." Myron tersenyum manis. "Lalu namaku adalah Revia, salam kenal."
"Salam kenal. Sebenarnya aku sedikit penasaran, mengapa memilih berjualan roti dibandingkan lainnya?" tanya Myron.
Revia melihat sekeliling tokonya. "Karena hanya itu yang aku ketahui dan aku tidak menyesal membuka toko ini," kata Revia yang tertawa kecil, membuat wajah lawan bicaranya menunjukkan rona marah di sana.
Mata Myron melihat ke sekeliling toko. "Kau itu aneh ya," kata Myron yang memajukan tubuhnya.
"Maksudnya?" tanya Revia bingung.
"Jelas-jelas di depanmu adalah seorang pangeran, tetapi kau berbicara seakan-akan lawan bicaramu adalah orang biasa," kata Myron yang tertawa pelan.
"Bukankah kamu yang meminta hal itu? Atau mau formal saja?" tanya Revia yang merasa bingung.
"Tidak, ini lebih bagus. Terima kasih," kata Myron yang tersenyum manis.
"Sama-sama ... aku rasa?" kata Revia yang masih tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi.
"Lalu, apa yang sebenarnya alasan kau pindah ke sini?"
Revia langsung terbeku sejenak. Pikirannya mencari jalan keluar yang tepat, agar ia tidak ketahuan.
"Atau hanya ingin membuka toko di tempat ini? Bukankah ada yang mengatakan bahwa kau dari desa?" tanya Myron.
Revia menghela nafasnya. Setidaknya untuk saat ini ia akan lebih aman. Tiba-tiba ada yang mengganjal dalam pikirannya. "Mengapa kau tahu aku berasal dari desa?" tanya Revia yang merasa ia sama sekali tidak menyatakan asalnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Free Indefinitely
FantasyDengan sihir yang bisa membuat sayap tetapi di ramalkan bisa menengahi pertarungan sengit antar negara. Sebenarnya apa yang harus di lakukan? Bahkan menerima kenyataan pahit yang harus di tanggung demi melancarkan apa yang diramalkan itu. Sampai...