Beberapa kali Revia menghindari es yang datang ke arahnya. Tasha tanpa memperdulikan apapun tetap saja melemparkan es yang semakin kecil untuk membuat Revia terluka.
Ringisan Revia terus terdengar pelan karena beberapa kali sayapnya terkena es kecil Tasha tetapi sepertinya Tasha tak menyadarinya. Karena merasa lemas, Revia mendarat di tanah.
Tasha tersenyum miring dan seketika kedua kaki Revia dibekap oleh es. Revia mencoba menggerak-gerakkan kedua kakinya tetapi hasilnya nihil.
"Ini adalah akhirnya Wings maker!!"
"Maaf itu mah salah cerita."
"Loh? Kau nggak bisa membuat berbagai macam sayap?" tanya Tasha bingung.
"Nggak pernah coba. Lagi pula di sini nggak ada buku yang biar tau kekuatan tersembunyi."
"Emang di dunia ini ada kekuatan tersembunyi?"
Revia terdiam sejenak sambil mengingat-ingat yang ada di seluruh ingatannya. "Tidak."
"Berarti itu nggak ada artinya ya?"
"Begitulah. Mangkannya jangan sembarangan nyebut, nanti authornya eh mamanya marah di sini."
"Oh baiklah, pakai namamu saja. Siapa namamu tadi?"
"Namaku Revia."
"Aku Tasha. Salam kenal. Nah! Ini akhir untukmu Revia!!!"
Di sisi lain Igvin dan lelaki di depannya diam-diam mendengarkan percakapan tak jelas kedua gadis itu.
"Gadis-gadis yang aneh," kata Igvin pelan.
"Itu benar. Skakmat!" seru lelaki di depannya riang.
"Apa?! Ulang lagi!" seru Igvin kesal sambil mengacak-acak apa yang ada di atas papan catur(?). (Padahal sebelumnya kartu, sekejab jadi catur).
Kembali di sisi kedua gadis itu. Tasha melemparkan kembali es-esnya, Revia yang telah menghilangkan sayapnya dengan gesit mencoba untuk menghindar walau beberapa kali terus terkena. Tak lama ia mengeluarkan sebuah tongkat di salah satu kantung celananya. Hanya sekali ayunan tongkat itu memanjang dan menghancurkan beberapa es.
"Kau punya senjata?!"
"Tentu saja, bagi yang bukan attaker ataupun defender pasti harus menyiapkan sebuah senjata," kata Revia.
Tasha menggeram, sebongkah es besar terbentuk dan datang ke arah Revia. Dengan sekali lihat saja sudah tampak duri-duri tajam di seluruh bagiannya. Revia melihat bongkahan itu dengan panik. Tentu saja hanya dengan tongkat ia tak dapat memecahkan es tersebut.
Revia tak tahu harus melakukan apa, ia hanya menggam erat tongkat di tangannya dan berencana memukul sekuat-kuatnya. Tiba-tiba saja sebuah tembok es terbentuk dengan cepat tertabrak oleh sebongkah es itu, tembok dan bongkah es itu sama-sama hancur.
"Apa kau selalu sial seperti ini?"
Revia menoleh ke belakang dan senyumnya melebar melihat lelaki di belakangnya. "Virgilio!" seru Revia senang.
"Tidak mencoba memukul es dengan tongkatmu?" tanya Virgilio datar dan tangannya menunjuk ke bawah.
"Oh iya!" Revia langsung memukul es di kakinya dan hancur dalam sekali pukul. "Pintar!" puji Revia sambil mengacungkan jempolnya ke arah Virgilio.
"Kau saja yang lamban."
"Jahatnya..." kata Revia mencoba bertahan dengan kata-kata setajam es itu.
Virgilio terdiam melihat Revia, lebih tepatnya melihat luka-luka di beberapa bagian tubuh Revia yang terkena es tajam tadi.
"Ada apa?" tanya Revia bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Free Indefinitely
FantasyDengan sihir yang bisa membuat sayap tetapi di ramalkan bisa menengahi pertarungan sengit antar negara. Sebenarnya apa yang harus di lakukan? Bahkan menerima kenyataan pahit yang harus di tanggung demi melancarkan apa yang diramalkan itu. Sampai...