Dengan sihir yang bisa membuat sayap tetapi di ramalkan bisa menengahi pertarungan sengit antar negara.
Sebenarnya apa yang harus di lakukan?
Bahkan menerima kenyataan pahit yang harus di tanggung demi melancarkan apa yang diramalkan itu.
Sampai...
Saya tau tak sempurna dan saya tau ini cuman gambar tradi. Oke selamat membaca~
Note: Fulsea: dari kata "petir" (fulgur) dan "marmot" (sus Guinea).
Jeovana: dari bahasa latin yang berarti "megah"
.... .. ....
R
evia POV
Keesokan harinya sebelum sarapan, ada yang mengetuk pintu kamarku. Aku menatap Igvin yang sama bingungnya denganku dan Ethan yang sepertinya tertarik siapa yang datang.
Tanganku membuka pintu dan terlihat seorang gadis yang langsung tersenyum melihatku. "Halo kenalkan aku Jeovana. Karena satu dan dua hal aku sekarang menjadi teman kamarmu," katanya lalu tertawa pelan.
"Begitukah?" Aku melirik beberapa tas di dekat pintu. "Masuklah," kataku sambil membuka pintu lebih lebar.
"Permisi," katanya sambil berjalan masuk.
"Silahkan," ucap Igvin malas.
"Oh, Vin hanya mendapatkan master yang santai membuatmu menjadi malas ya?" tanya seekor marmut dengan totol coklat yang entah muncul dari mana.
"Hm, kau penuh seperti biasa," kata Igvin yang melihat ke arah sini sekilas lalu kembali cuek.
Terdengar geraman kecil di marmut itu dan tiba-tiba saja ia mengambil wujud manusia, lelaki yang langsung melempar Igvin yang akhirnya menggelinding di lantai. Igvin mengambil wujud manusianya dan menunjukan ekpresi kesal.
"Mengapa kau melemparku huh?!" tanya Igvin kesal.
"Kenapa? Bukankah tubuhmu bisa menggelinding seperti bola?" tanya lelaki marmut(?) dengan senyum miring.
Igvin dan lelaki itu saling bertatapan dengan ekspresi kesal.
"Ethan."
Ethan langsung menggigit jari Igvin dan terdengar ringisan dari Igvin.