"Revia bisakah aku memesan minuman?"
"Baik tunggu sebentar!" seruku sambil melihat pak Billy.
"Revia, berapa total semuanya?"
"Apakah rotiku sudah siap?"
"Rei, kau tahu total berapa yang biasa kau habiskan, aku sama sekali tidak menambah harganya. Pesanan akan sampai sebentar lagi, mohon menunggu," kata Revia yang terus berjalan kesana-kemari untuk meletakkan pesanan minuman di beberapa meja. "Terima kasih telah menunggu," kata Revia yang meletakkan dua gelas di sebuah meja yang ditempati oleh dua gadis.
"Terima kasih atas kerja kerasmu Revia," kata salah satu gadis dengan senyuman yang juga di balas senyuman oleh revia.
Sementara itu Ethan mengambil piring-piring dan gelas kotor yang sudah ditumpuk oleh pelanggan saat Ethan mendekati meja itu. Dengan lincahnya, ia berhasil membawa banyak piring kotor ke tempat cuci.
bel pintu kembali berbunyi, Revia langsung melihat ke arah pintu. "Selamat datang ... bukankah kau yang kemarin?" tanya Revia yang melihat anak kecil yang kemarin ia berikan roti berdiri di dekat pintunya.
"Aku kesini untuk--"
"Revia."
"Revia!"
"Ah, kau bisa menunggu di kursi dalam ya. Ini akan cepat selesai, kau mau menunggu?" tanya Revia yang dibalas anggukan oleh anak kecil itu.
Revia kembali melayani pelanggan-pelanggannya, sedangkan anak laki-laki itu duduk di kursi yang ia lihat paling dekat. Ternyata ia duduk di samping tumpukan piring kotor, mata anak laki-laki itu melirik ke tumpukan piring kotor itu dan bergantian melihat Revia yang tak berhenti bergerak. Tiba-tiba Ethan datang dengan mulut yang mengigit piring kotor. Setelah menaruh piring kotor itu Ethan mendekati anak laki-laki itu yang mengelus kepala Ethan perlahan.
Setelah beberapa saat akhirnya Revia menghembuskan nafas lega. Semua pelanggannya kini telah pulang ke rumah mereka masing-masing karena waktu buka toko telah berakhir. Langkahnya berjalan menuju ke belakang dan menemukan anak laki-laki itu sedang bermain dengan Ethan dengan tempat piring kotor yang sudah bersih.
Anak laki-laki itu melihat Revia yang terdiam di tempatnya dan menyadari arah pandang Revia. "Oh, aku tadi membersihkan sedikit piring-piring kotor," katanya tenang.
"Sedikit?" tanya Revia pelan. Padahal ia bisa menghitung bahwa piring kotor yang dihasilkan bisa membuatnya tidur larut. Tiba-tiba saja Revia menghampiri anak itu dan menggenggam kedua tangan anak itu. "Tolong bekerjalah denganku!!"
"Ap-apa?"
"Aku rasa aku sangaaaaat membutuhkan seseorang yang bisa membantuku dalam bekerja. hanya dengan mencuci piring sudah sangat membantuku. Nanti kau bisa mengambil roti yang kau inginkan! Jika habis aku bisa membuatnya lagi untukmu!!" seru Revia dengan mata yang berbinar-binar.
"Berapa pun?" tanya anak laki-laki itu pelan.
"Em, kau bisa mengambil sebanyak-banyaknya jika masih ada yang tersisa di hari yang bersangkutan. Aku rasa itu sama sekali tidak merugikanku. Apa kau memerlukan uang juga?" tanya Revia.
"Untuk sekarang kami hanya memerlukan sesuatu yang bisa membuat kami kenyang!" seru anak kecil itu.
Revia tersenyum lembut. "Kalau begitu, datanglah padaku jika ada masalah. Oh, kita sudah sepakat ya?"
"Sepakat!"
Mereka saling bersalaman dengan senyuman di wajah mereka. Sebelum pulang, Revia memberikan beberapa roti untuk anak laki-laki itu, Taka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Free Indefinitely
FantastikDengan sihir yang bisa membuat sayap tetapi di ramalkan bisa menengahi pertarungan sengit antar negara. Sebenarnya apa yang harus di lakukan? Bahkan menerima kenyataan pahit yang harus di tanggung demi melancarkan apa yang diramalkan itu. Sampai...