Bagian 15: Irene Without Mino

1.6K 257 6
                                    

Seminggu sudah gue ga ngampus.

Rasanya sudah cukup gue buang waktu. Saatnya buat gue melanjutkan hidup yang terlalu indah untuk sekedar memikirkan lelaki yang sepertinya udah ga peduli sama gue.

Pagi ini gue berangkat sama Suzy dianterin Mark. Mobil gue lagi masuk bengkel akibat kemaren sore ditabrakin Suzy ke tiang listrik depan apartment.

"Kak, lo yakin ga mau gue anter sampe ruangan lo?" tanya Suzy sebelum pisah sama karena gedung kuliah kita beda.

"Yakin"

"Tunggu kak Jennie dateng dulu apa?"

"Jennie udah di kelas"

"Gue suruh samper ke sini aja kak", Suzy ngeluarin ponselnya niat ngchat Jennie.

"Udah Suz, gue sendiri aja gapapa. Lagian ini juga udah telat"

Baru kali ini gue tau Suzy segitu khawatirnya sama gue. Sebenernya yang kakaknya siapa dah?

"Yaudah kalo ada apa-apa hubungin gue ya kak", perintah dia sebelum pergi.

Gue berjalan tergesa memasuki lift dan memencet lantai 5, tempat dimana kelas gue berada.

Cuma ada gue di lift ini. Tumben banget kampus sepi amat.

Saat pintu lift hampir sepenuhnya menutup, "Tunggu" seseorang merentangkan tangannya dan berakhir kejepit pintu lift. Gue dengan tergopoh-gopoh menekan tombol open.

Pintu lift kebuka lagi.

Di depannya ada sosok yang udah seminggu lebih ga gue liat.

Mino.

Dia mengaduh dan mengusap lengan tangan kanannya yang tadi sempat kejepit lift.

Pas mata kita ketemu, gue lihat dia menegang.

Sumpah ini awakward banget.  

Beberapa detik dia ga bergerak, akhirnya pintu liftnya nutup lagi.

Dalam diamnya Mino seperti membisikkan sesuatu tadi. Gue melihat rasa sesal yang teramat dalam di matanya.

Ya bayangin aja, ga pernah ada kata putus diantara gue dan dia. Tapi dia tiba-tiba menghilang.

Selama 2 tahun gue pacaran, selama itu pula gue terbiasa dengan kehadiran dia di sekitar gue.

Ah yasudahlah, emang gue dan Mino tidak ditakdirkan untuk bahagia bersama.




He is [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang