"Jenn, gue kemaren liat Mino"
Jennie menyetop mixernya.
Sabtu pagi gue udah nangkring cantik di apartment Jennie. Dia lagi bikin macaroon buat Suga, katanya biar Suga makin cinta. Padahal ga ada hubungannya.
"Liat dimana?"
"Depan kantor gue, pas gue mau pulang"
"Trus?" Jennie nyalain mixernya lagi. Seolah udah males denger cerita gue tentang Mino.
"Keburu Sehun dateng, trus gue pulang sama Sehun"
"Sehun mantan lo? Serius?" dia matiin mixernya lagi.
"Iya, dia juga kerja di MBC. Udah jadi staff tetap malah"
"Waaah kalian jodoh kali. Ga ada angin, ga ada ujan tiba-tiba ketemu. Padahal kan udah bertaun-taun kalian ga ketemu"
Jennie kayanya lebih tertarik ngomongin Sehun daripada Mino.
Gue putuskan untuk tidak lagi bercerita tentang Mino pada Jennie.
Kalo boleh jujur sih, gue belom sepenuhnya lupain Mino. Terlalu sering kita bersama, terlalu banyak juga kenangan kita berdua.
"Rene, telornya kurang nih. Bisa tolong beliin di bawah ga?"
"Berapa banyak?"
"Sekilo aja"
-----
Gue masuk ke minimarket yang ada di bawah gedung apartment Jennie.
Setelah ngambil pesenan Jennie, gue mencari es krim di freezer. Mencoba menemukan es krim rasa green tea favorit gue.
Dan Mino.
Yah.. lagi-lagi inget dia.
Pas gue bayar di kasir, ada cewek yang baru aja masuk. Dia ga sengaja jatohin dompetnya di dekat kaki gue.
Dengan spontan gue ambil dompetnya lalu gue kasihin ke dia.
"Makas..."
Gue tersenyum miring melihat sosok di depan gue.
"Lo kok di sini?"
Gue memalingkan muka.
"Sengaja kan biar ketemu Mino?"
Gue masih diam.
"Lo masih ga terima Mino lebih milih gue?"
Gue menarik nafas dalam.
"Jangan sampe ada pelakor di kehidupan gue sama Mino. Amit-amit deh ya"
Gue mengambil belanjaan yang udah dibungkus sama kasir kemudian memilih pergi. Sungguh gue benci keributan di tempat umum.
Gue berjalan tak tentu arah. Ini bukan ke unit apartment Jennie. Gue ga peduli. Yang penting jangan sampe Jennie liat gue mengeluarkan air mata. Akan berabe kalo dia tau gue ketemu siapa di minimarket tadi.
Iya, gue ketemu Wendy. Dengan tatapannya yang masih mengintimidasi dan perutnya yang makin membesar.
Gue nangis bukan karena kata-kata Wendy yang terdengar kasar. Tapi gue nangis karna liat perut dia. Itu mengingatkan gue pada ayah dari bayi ga berdosa yang ada di dalam sana.
Kenapa harus Mino?
Dari sekian juta lelaki di dunia ini.
Kenapa harus Mino ayahnya?
-----
Ringtone hp gue berbunyi. Ada nama Jennie di layarnya.
"Halo Jenn?"
"..."
"Iya sorry, ini mau balik. Tadi ketemu ama temen lama gue trus ngobrol-ngobrol", dusta gue.
Gue mematikan sambungan teleponnya.
Ga kerasa udah 20 menit gue duduk di taman samping gedung apartment Jennie. Pantes aja Jennie ngomel-ngomel adonannya rusak gara-gara gue kelamaan.
Makin dekat gedung apartment, makin jelas gue liat siapa sosok di depan sana. Di samping sebuah mobil hitam.
Langkah gue terhenti.
Dia nurunin barang-barang yang tampaknya baru dia beli. Belanjaannya cukup banyak. Yang bisa gue liat, ada stroller dan ranjang susun buat bayi.
Iya, itu Mino.
Seseorang tolong bangunin gue, ini cuma mimpi kan?
Yorobun daku udah bikin 5 chapter yg siap up, tapi akan diupdate tiap jumlah votenya 25 atau lebih.
Padahal minggu kemaren bilang ga bakal up cerita ya? Apadaya ini tinggal update aja, jadi kulakukan demi yorobun sekalian.
KAMU SEDANG MEMBACA
He is [COMPLETED]
SonstigesPrivate. ❝He is Song Mino; cowok blangsak, kekasih gue❞ ‒ Bae Irene Cailahhh #85 in Random 25.02.2018 #78 in Random 28.02.2018 #77 in Random 09.03.2018 Published: 25.12.2017-21.02.2018