Bagian 26

1.4K 244 31
                                    

"Tapi No, aku udah tunangan"

Gue liat Mino menegang. "Siapa Rene? Mantan kamu itu?"

"Bukan"

"Sejak kapan?"

"Baru seminggu lalu"

"Aku telat seminggu ya Rene, nemuin kamunya?" Mino tersenyum pahit.

"Maaf ya No"

"Gapapa Rene, harusnya aku yang minta maaf sama kamu"

Gue ga ngerti harus ngomong apa sama Mino. Emang gitu kenyataannya. Gue udah tunangan sama Taehyung seminggu yang lalu.

Gue dan Taehyung adalah temen satu SMA. Kita ketemu pas ada acara reuni sebulan yang lalu. Hubungan gue dan Taehyung terbilang singkat, sampai tiba-tiba Taehyung dan orang tuanya dateng ke Jepang; tempat bokap nyokap gue, dan meminta gue untuk menikah dengan anaknya.

Bokap nyokap gue sepenuhnya nyerahin keputusan pada gue. Gue iya-iya aja karena selain cakep, Taehyung juga baik dan lucu orangnya. Tapi kalo boleh jujur, gue ga sepenuhnya 'klik' sama Taehyung. Dia kaya anak kecil. Kalo ada sedikit yang ga sesuai sama hatinya, dia bakal ngambek ga jelas. Beda sama Sehun, apalagi Mino.

"Aku cuma bisa bantu kamu ngurus mereka No, aku tau kamu pasti kesusahan"

"Hmm.. ga usah Rene, aku udah terbiasa kok ngelakuin sendiri. Ya emang berat sih, tapi mau gimana lagi. Aku juga ga enak sama tunangan kamu"

"Kamu ga tau siapa ayahnya No?"

"Seminggu setelah Wendy meninggal, aku liat handphonenya. Ada foto dia sama beberapa cowok, jadi aku ga tau yang mana ayahnya si kembar"

Tiba-tiba si kembar Yejun dan Yegum nangis. Barengan. Gue seketika panik.

Tapi beda sama Mino, dia justru terlihat kalem dan tenang.

"Jangan panik Rene, nanti mereka ikut panik", Mino menggendong Yejun dan mengelus punggungnya pelan. Gue ikutin apa yang dilakukan Mino pada Yegum. Dan bener aja, ga lama mereka tertidur. Satu di gendongan Mino, satunya lagi di gendongan gue.

"Kayanya Yegum nyaman sama kamu, Rene"

Gue senyum.

"Jadi aku boleh bantu kamu ngurus si kembar?"

"Kalo Yegum nyaman sama kamu, aku ga masalah. Justru aku terima kasih banget sama kamu"

Gue melihat Yegum yang masih di gendongan gue, mukanya tampan dan sedikit ada bulenya. Turunan Wendy gue rasa.

-----

Sekarang gue udah di apartment Wendy. Lebih tepatnya ini apartment Wendy yang dibeliin Mino. Satu gedung sama apartment Jennie.

Keadaan dalamnya berantakan. Bener-bener seperti ga pernah tersentuh tangan wanita.

Setelah menidurkan si kembar di box mereka masing-masing, gue sama Mino duduk di depan tv. Gue asik sama handphone, sedangkan Mino natap gue. Kayanya sih ya. Gue ga berani nengok ke dia, cuma liat dari ujung mata.

Suasana saat ini persis sama suasana pas ujian nasional. Sepi. Ga ada salah satu dari kita yang buka mulut. Tiba-tiba gue denger suara perut Mino.

Kita berdua sama-sama terbahak.

"Kamu lapar ya No?" tanya gue kemudian.

"Iya nih Rene", dia menggaruk tengkuknya malu.

"Aku buatin makanan bentar ya"

Gue berjalan menuju dapur. Mencari bahan yang kira-kira bisa dibikin makanan.

"Cuma ada ramyun ya?"

"Iya Rene"

Hati gue bergemuruh. Gue membayangkan Mino merawat dua bayi tanpa mikirin dirinya sendiri.

Sejak awal gue ketemu sebenarnya gue udah ngerasa. Dagu yang biasanya licin, sekarang ditumbuhi bulu halus. Mata yang biasanya berbinar kalo sama gue, sekarang jadi muncul kantung mata yang cukup tebal di bawahnya. Rambut yang rajin dia bawa ke barber, sekarang mulai tumbuh tak beraturan.

"Aku ke minimarket di bawah dulu ya No"

Gue keluar dengan dada yang masih bergemuruh. Air mata gue jatuh tanpa gue sadari. Semoga Mino ga liat ini.

He is [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang