Epilog - Selamat Irene

2.6K 257 19
                                    

Gue mencium bau obat-obatan.

Pelan-pelan gue membuka kelopak mata gue, menyesuaikan sama cahaya silau yang memenuhi mata. Di samping gue ada suami gue yang lagi tiduran dengan posisi menindih tangan yang dilipat di kasur yang gue tiduri.

Dan gue baru sadar kalo gue lagi ada di UGD karena suasana lumayan berisik dan orang-orang lalu lalang di balik tirai yang terbuka setengah.

Gue mengusap rambut Mino yang otomatis membuat dia kebangun.

"Yang?"

"Aku kenapa?"

"Kamu tadi siang pingsan"

"Pingsan?"

"Tadi waktu jalan ke lobby, ada mobil yang mau masuk ke parkiran pas kamu lewat. Aku takut kamu ketabrak, makanya aku teriak. Ternyata mobilnya ngerem pas sebelum nabrak kamu"

"Iya aku tadi agak pusing gitu"

Mino cengar cengir.

"Kamu kenapa?"

"Bentar Yang, aku panggil dokter dulu ya"

Sekitar 10 menitan, Mino dateng sama seorang dokter dan seorang perawat yang membawa papan di tangannya.

"Dengan ibu Song Irene?"

"Iya dok"

"Selamat ya bu, sebentar lagi ibu benar-benar menjadi seorang ibu. Usia kandungan ibu sekitar 5 minggu, untuk lebih pastinya silahkan periksa ke spesialis kandungan. Sekali lagi selamat, saya permisi dulu"

Gue masih speechless bahkan saat dokter dan perawatnya udah pergi. Sementara Mino udah duduk di samping ranjang sambil ngelusin perut gue.

"Sehat-sehat ya dek, jangan rewel. Kasian mommy", bisik Mino pada perut gue.

"Yang aku lagi ga mimpi kan?"

Mino menggeleng.

Tadi pagi gue baru berandai-andai dan sekarang udah dikabulin :')

-----


"Yang pengen mandu" gue berbicara dengan Mino yang lagi di kantor melalu sambungan telepon.

"Iya nanti ya abis aku pulang kerja"

"Tapi Yang....."

"Kenapa? Mau beli mandu ke Australi juga aku anter, tapi aku beresin kerjaan bentar ya"

"Ga mau yang di Australi"

"Dimana? Amerika? Ayuklah"

"Engga"

"Dimana sayang?"

"Di sini"

"Yaudah nanti pulang kerja aku bawain"

"Ga mau"

"Yaudah makan di luar ya, nanti aku langsung pulang"

"Ga mau"

"Trus maunya apa?"

"Maunya kamu yang masak"

"HAH?!"

"..."

"Yang?"

"..."

"Irene sayang"

"..."

"Kok ga ada suaranya ya?"

"Ehem"

"Sayang jangan marah dong"

"Ini anak kamu yang minta"

"Iya aku belanja bahan abis dari kantor, jangan ngambek oke?"

"Oke"

-----

"Sayaaang aku pulang nih, anakku mana?"

Iya mulut Mino minta dilakban. Nyari anak apa nyari kunci mobil sih astagah.

Gue buru-buru keluar kamar dan melihat Mino menenteng kresek besar di tangan kanan dan kirinya. Sementara tas kerjanya diapit di ketek kirinya. Kasian juga anak orang.

Dia naruh belanjaannya di atas meja makan dapur. Lalu berjalan menuju kamar. Sementara gue ngintilin di belakangnya persis kaya anak bebek.

Gue liat Mino menaruh tas dan jasnya. Kemudian melepas kaos kaki dan dasinya sekaligus buka 2 kancing kemeja paling atas. Trus dia masuk ke kamar mandi.

"Apa? Mau ikut?" ucapnya sebelum nutup pintu kamar mandi.

Gue menggeleng.

"Yaudah tunggu di dapur aja, aku cuci muka bentar"

Gue berjalan ke dapur. Ga lama Mino dateng dengan keadaan muka setengah basah. Dia memindahkan semua yang ada di atas meja makan, memberi plastik yang menutupi seluruh meja makan lalu mulai membuka satu persatu belanjaannya.

Ting tong...

"Akhirnya bala bantuan datang juga"

"Hah?"

Mino berlari membuka pintu. Di depan udah ada Jennie sama Sunnie yang lagi tidur di stroller.

"Loh? Kok lo di sini?" tanya gue heran.

"Ada yang minta diajarin bikin mandu. Eh tapi bukannya lo bisa ya Rene?"

"Bisa"

"Lah terus gue ngapain dipanggil ke sini No?"

"Kamu duduk aja Yang, biar aku diajarin Jennie. Pokonya kamu tinggal makan, pokonya anak aku harus lahir tampan tanpa ileran, biar kaya papanya"

He is Song Mino, cowok blangsak kekasih gue yang beberapa bulan lagi akan dipanggil papa oleh anak yang gue lahirkan.


THE END





Thank you semua yang udah merelakan waktunya buat baca He is sampe dengan chapter ini.

Regard, Pandora.

He is [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang