Bagian 35

1.4K 215 30
                                    

"Kamu kenapa lesu gitu mukanya?"

Gue menggeleng.

"Sayang, cerita dong"

"Wendy, No"

"Oh iya, gimana? Kamu udah nemuin pantinya?"

"Ga cuma nemuin pantinya, tapi aku juga nemuin kisah sedihnya Wendy"

"Maksud kamu?"

Gue menceritakan sama Mino tanpa terlewat satu katapun.

"Yaudah, weekend besok kita ke sana sama Yejun Yegum", putus Mino.

"No..."

"Kenapa sayang?"

"Menurut kamu, apa aku harus bawa handphone Wendy ke sana?"

Mino diam sejenak.

"Aku rasa itu bukan ide yang buruk yang", Mino mengusap puncak kepala gue. "Semoga ada titik terang ya", lanjutnya.

-----

Gue, Mino, dan si kembar udah sampe di panti asuhan tempat Wendy.

"Jun, main ayunan yok"

"Ga mau, ayunannya serem hiiiy"

"Masuk dulu, main ayunannya nanti", titah Mino.

Setelah gue mengetuk, gue dipersilahkan masuk oleh salah satu pengurus panti yang tadi bukain pintu.

"Nak Irene.. ini anak-anak ganteng siapa ya namanya?" sapa ibu panti begitu melihat kita.

"Juni"

"Gumi"

"Nama lengkapnya dong sayang", perintah gue.

"Nama lengkapnya Song Yejun"

"Nama saya Song Yegum"

"Juni sama Gumi, ini oma. Ayo salim dulu", gue mengenalkan ibu panti pada mereka.

Mereka berdua biasa manggil teman-teman papa mama Mino dengan sebutan 'oma dan opa'. Jadi mereka ga heran kalo disuruh manggil orang lain dengan sebutan oma.

"Bu, kenalkan ini suami saya"

Mino terkejut sesaat lalu menjawab, "Song Mino, suaminya Irene".

Gue nahan senyum sekuat tenaga. Sialan kok jadi gue yang salting.

Ga berapa lama, beberapa anak kecil keluar dari dalam.

"Ini adek Juni sama Gumi diajak main ya di luar", perintah ibu panti sama anak-anak kecil tadi. Kemudian si kembar ngikutin mereka ke halaman.

"Ibu senang nak Irene datang ke sini"

"Saya juga senang bisa bawa anak-anak ketemu ibu"

"Oh iya bu, kata istri saya ibu bilang Yejun sama Yegum mirip ayahnya"

Yeee... si kampret diterus-terusin.

"Iya, mata mereka mirip ayahnya"

"Apa bisa ibu bantu kami untuk ngenalin ayahnya si kembar?"

"Dengan senang hati, ibu tidak ingin nasib mereka sama seperti ibunya yang tidak tahu siapa ayaj dan ibunya", jawab ibu panti.

"Maaf bu, ini handphone Wendy. Di dalamnya ada foto Wendy dengan beberapa temannya, mungkin ibu bisa ngenalin yang mana ayahnya", gue menunjukkan satu persatu foto Wendy sama beberapa cowok.

Jujur saat ini perasaan gue ga enak. Mungkin ibu panti bakal kaget kalo banyak foto Wendy berduaan sama cowok yang beda-beda.

"Yang ini"

Ibu panti menunjuk sebuah foto Wendy dengan seorang laki-laki.

Gue dan Mino saling tatap.

"Nak Irene?"

"Ah iya kenapa bu?" panggilan ibu panti menyadarkan gue.

"Kenapa nak?"

"Eh gapapa kok bu"

"Ibu yakin ini orangnya?" Mino bertanya memastikan.

"Sebentar ya", ibu panti pamit masuk ke dalam.




"Sayang, kamu gapapa?"

Gue mengangguk.

Ga lama, ibu panti keluar. Dia memberikan kertas ukuran kecil. Ternyata itu kertas foto kamera polaroid.

"Kemarin sepulang nak Irene dari sini, ibu nemu ini di bawah kasur yang biasa Wendy tiduri kalau lagi main ke sini"

Fotonya udah burem, mungkin saking lamanya. Tapi udah keliatan siapa yang ada di foto itu.


























































































Taraaa~Selamat yang nebak Tehyunk kalian dapat hadiah berupa tiket konser Wild KARD Indonesia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Taraaa~
Selamat yang nebak Tehyunk kalian dapat hadiah berupa tiket konser Wild KARD Indonesia...



Tapi yg fotocopyan wkwkwkwk garing yha? Okemaap :')

He is [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang