Bagian 34

1.4K 211 23
                                    

Mark dan Suzy berangkat ke Boston 2 hari lalu. Sebelum Mark berangkat, dia ngasih potongan kertas bertuliskan nama dan alamat sebuah panti asuhan.

Hari ini gue memutuskan untuk mencari alamat itu. Si kembar gue suruh ikut daddy nya ke kantor. Bodo amat daddy ga bisa kerja, yang penting gue mau buru-buru cari tahu siapa Wendy sebenarnya.

Setelah melihat palang bertuliskan Cahaya Hati di pinggir jalan, gue memarkirkan mobil di halamannya. Panti asuhan ini terkesan horor karena bangunannya yang udah tua. Ada ayunan dan perosotan yang tak kalah horor di pinggir gerbang masuk yang tadi gue lewatin.

Gue mengetuk pintu rumah utama. Setelah beberapa kali mengucap permisi, akhirnya ada seseorang yang bukain pintu. Gue tebak ini ibu pantinya, dilihat dari rambutnya yang mulai memutih sebagian dan tatapannya yang hangat.

"Ada perlu apa ya?" tanyanya.

"Perkenalkan, saya Song Irene. Saya mau tanya, apa benar ada anak yang namanya Son Wendy yang pernah dirawat di sini?" gue geli sendiri. Berani-beraninya pake nama Song, padahal belom dinikahin. Gapapa lahya, itung-itung latian hehe.

Ibu itu membulatkan matanya, kayanya dia kaget denger nama Wendy.

Sedetik kemudian dia mempersilahkan gue masuk.

"Kalau boleh tau, nak Irene kok bisa kenal sama Wendy?"

"Eh? Umm.. saya temennya"

"Oh. Saya ibu panti di sini. Iya benar, Wendy memang pernah jadi bagian dari panti ini lalu dia diadopsi sama keluarga kaya. Keluarga Song. Loh? Kok sama ya nama depannya?" kayanya si ibu baru sadar.

"Iya bu, jadi kakak ipar suami saya itu sepupunya Wendy", kedua kalinya gue ngaku-ngaku.

"Oh begitu. Dulu Wendy sering ke sini, tapi ini udah bertahun-tahun ga pernah ke sini, nomornya juga ga bisa dihubungi"

Astagah. Jadi ibu ini ga tau kalo Wendy udah meninggal?

"Maaf bu.. tapi.. Wendy.. sudah meninggal beberapa tahun lalu"

Ibu itu menegang.

"Wendy meninggal karena pendarahan saat melahirkan putranya, bu" lanjut gue.

Ibu itu terisak.

"Wendy memang punya hemofilia. Ibu waktu itu udah nyuruh Wendy buat melahirkan secara sesar, tapi Wendy bilang dia ingin melahirkan secara normal. Ternyata dia masih anak yang keras kepala", ibu itu tersenyum miris.

Gue ga bisa ngomong apa-apa. Gue cuma bisa menyimpulkan bahwa Wendy sama ibu ini sangat dekat.

"Dia anak yang baik walaupun sedikit keras kepala. Dulu dia masih sering jenguk ibu di sini walaupun dia udah diadopsi. Sampai suatu hari ibu tau kalau dia hamil, tapi pacarnya ga mau tanggung jawab. Hidup Wendy benar-benar hancur, dia tidak punya siapa-siapa selain ibu"

Gue masih mendengar seksama kisah Wendy.

"Tapi waktu itu.. Wendy bilang dia ketemu mantannya yang mau bertanggung jawab atas anak yang ada dalam kandungannya"

Dusta. Dia sengaja ngejebak Mino kali, ucap gue dalam hati.

"Tapi beberapa hari sebelum dia ngilang, dia telpon ibu. Dia ngaku ke ibu bahwa sebenarnya mantannya bukan mau bertanggung jawab, melainkan Wendy yang menjebak dia supaya mau bertanggung jawab"

Nah gitu dong.

"Lalu ibu kirim sms ke Wendy bahwa dia harus jujur sebelum semuanya jadi makin kacau karena kebenaran pasti akan terungkap suatu hari. Tapi semenjak ibu kirim itu, Wendy ga balas sms ibu. Ibu kira Wendy marah sama ibu"

Gue terdiam cukup lama melihat ibu menangis tak henti-hentinya.

"Bu, anak Wendy ada sama saya"

"Benar gitu? Jadi anaknya selamat? Syukurlah"

"Iya bu, mereka kembar. Saya kasih nama Yejun dan Yegum, ini fotonya", gue menunjukkan foto si kembar di handphone gue.

"Hidung dan bibirnya mirip Wendy", ucap ibu itu setelah sedikit tenang.





"Tapi matanya mirip ayahnya", lanjutnya.

"Maaf bu?"

"Iya, matanya mirip ayahnya. Saya ingat betul gimana muka ayahnya. Dulu sebelum Wendy hamil, dia sering pamer ke saya tentang pacarnya yang ganteng. Dia keliatan bahagia sekali waktu itu"

Ya Tuhan, hidup Wendy berat banget.

"Kalo boleh tau, siapa namanya bu?"

"Ibu lupa nak namanya, yang ibu ingat cuma mukanya karena Wendy sering nunjukin fotonya. Dia janji mau bawa pacarnya ke sini tapi belum sempat, keburu hamil dan pacarnya ninggalin dia"

Muka ibu yang sejenak tadi tampak bahagia liat foto si kembar, sekarang murung lagi.

"Weekend saya bawa mereka ke sini, semoga bisa mengobati kerinduan ibu sama Wendy ya"

"Benar ya nak, kalian ke sini?"

"Iya bu, saya janji"






































"Iya bu, saya janji"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Galau.
Udah gitu aja.

He is [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang