PART 2

15.1K 1.2K 13
                                    

'Caleb POV'

Aku memijat keningku selama perjalanan dari airport menuju rumah Clayton. Rasanya tidak percaya Clayton sudah meninggalkan kami semua. Bahkan kami belum bertemu dengan istrinya Sarah.

Berita kematian Clayton dan istrinya membuat kami semua sangat terkejut dan merupakan pukulan berat bagi kami sekeluarga. Setelah bertahun-tahun mencarinya, akhirnya kami tahu keberadaannya tapi hanya kabar duka yang kami terima.

Ibu yang paling terpukul hingga pingsan dan terus menangis. Karena ibulah yang menyetujui Clayton pergi ke Paris untuk belajar melukis. Menjadi pelukis adalah impian Clayton sejak kecil. Dengan pergi ke Paris dia dapat mewujudkan mimpinya sekaligus melarikan diri dari kami semua.

Hidup bebas adalah yang diinginkan Clayton selama ini. Dia tidak terikat dengan segala urusan yang berhubungan dengan bisnis keluarga.

Ayah tidak setuju jika Clayton menjadi pelukis karena itu ayah sering menghubunginya bahkan menemuinya hanya untuk mengatakan jika melukis hanyalah untuk sementara dan pada akhirnya Clayton harus mengurusi perusahaan.
Karena terus didesak, Clayton menghilang dan sulit untuk dihubungi.

Sebelum pergi ke Paris, ibu akhirnya bisa lebih tenang setelah aku mengatakan bahwa Clayton telah mempunyai seorang putri kecil. Ibu sudah tidak sabar ingin bertemu dengan cucunya.

Ibu sebenarnya ingin ikut bersamaku tapi karena kesehatan ayah sedang terganggu, ibu memilih untuk menemani ayah.

Aku sampai di depan sebuah rumah yang kecil dan terlihat sederhana. Ada sebuah ayunan di halaman rumah. Dilihat dari rumahnya, sepertinya Clayton tidaklah terlalu berhasil menjadi seorang pelukis. Disaat semua orang sangat menginginkan kekayaan dan kemewahan, Clayton malah meninggalkan semua itu dan memilih hidup sederhana. Dan aku rasa dia bahagia dengan kehidupan yang dia pilih selama ini.

Pengawalku sudah berada di pintu depan rumah dan mengetuk pintu beberapa kali tapi tidak ada yang membuka. Aku turun dari mobil dan menyuruh pengawalku untuk membuka paksa pintu. Aku tidak ingin bocah ingusan itu membawa pergi keponakanku. Aku harus memastikan bahwa anak itu masih menempati rumah ini.

Pengawal memegang handel pintu untuk membuka paksa tapi saat handel pintu diputar sekali, pintu sudah terbuka. Anak itu ternyata tidak mengunci pintunya saat dia keluar rumah.

Dengan dua langkah saja aku sudah memasuki rumah. Tidak banyak perabotan di dalam rumah dan beberapa lukisan saja yang menggantung di dinding. Aku rasa lukisan-lukisan ini belum laku terjual.
Aku mengamati lukisan satu persatu dan langkahku terhenti pada satu lukisan paling besar diantara lukisan yang lainnya.

Ada lukisan ayah, ibu, aku dan Clayton di dalam lukisan besar itu. Aku ingat, ini adalah sebuah foto yang diambil beberapa hari sebelum keberangkatan Clayton ke Paris. Clayton menyimpan foto ini dan memindahkannya kedalam sebuah lukisan.

Ternyata Clayton tidak pernah melupakan kami kataku di dalam hati. Tanpa kusadari airmata mulai mengaburkan pandanganku. Dengan cepat aku memgedipkan kedua mataku beberapa kali untuk menghilangkan airmataku.

Ini sangat menyedihkan karena telah kehilangan saudara yang sangat aku sayangi. Tapi aku tetap berusaha tidak menampakkan kesedihanku di depan orang lain. Apalagi saat ini, aku tidak ingin terlihat cengeng di depan kedua pengawalku dan seorang pengasuh anak.

"Siapa kalian? Kenapa kalian masuk kerumahku?" terdengar suara dari anak laki-laki yang mengalihkan pandanganku dari lukisan di depanku

"Bagaimana kalian bisa masuk kerumahku?" tanyanya lagi dengan wajah takut

Aku langsung menatap tajam anak yang tengah berdiri diambang pintu sambil menggendong Debby keponakanku. Dia tampak terkejut menatapku. Pasti anak itu langsung memyadari siapa kami atau aku lebih tepatnya.

BelovedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang