PART 11

9.6K 712 5
                                    

'Author POV'

Edward mondar mandir di luar ruang operasi dengan wajah cemas. Sesekali duduk di sebelah Adria lalu berdiri dan mondar mandir lagi.

"Tenanglah Edward....kau membuat kami di sini menjadi gelisah." ujar Adria.

"Iya Edward....kau harus tenang." sambung bibi Mary sementara paman Willy hanya diam sambil memandang tidak suka pada Edward.

Edwardpun duduk, selain cemas dia juga bingung karena masih tidak percaya dengan apa yang terjadi. Alvie yang telah lama dia cari selama ini, tiba-tiba ada di hadapannya tengah mengandung dan sekarang sedang menjalani operasi ceaser untuk melahirkan anak mereka.

Seperti itulah yang di katakan bibi Mary bahwa Alvie selama ini mengandung anaknya. Pria yang Edward cintai bisa mengandung. Hal seperti ini tidak pernah Edward dengar sebelumnya. Sulit rasanya di terima logika tapi itulah kenyataan yang ada.

Setelah dua jam menjalani operasi caesar, terdengar suara tangisan kencang bayi dari dalam ruang operasi. Edward tertawa bahagia sambil mengatakan pada Adria bahwa anaknya sudah lahir. Sedangkan paman Willy dan bibi Mary saling berpelukan begitu mendengar suara tangisan bayi dari dalam.

Operasi telah selesai, beberapa saat kemudian perawat wanita mendorong keluar box bayi. Di dalam box terlihat bayi perempuan cantik yang tengah tertidur di balik selimut.

Seketika Edward menghampiri box bayi dan menatap bahagia anaknya yang sedang tertidur di balik selimut. Perawat wanita hanya mengizinkan mereka melihat sebentar saja lalu membawa bayi cantik itu ke dalam ruangan khusus untuk bayi.

Semuanya kembali menunggu karena Alvie belum keluar dari ruang operasi. Tidak lama kemudian, Alvie keluar dari ruang operasi. Tertidur di atas tempat tidur yang di dorong oleh perawat laki-laki.

Alvie di tempatkan di kamar VIP yang telah di pesan oleh Edward begitu Alvie masuk ke rumah sakit. Awalnya paman Willy tidak setuju jika Edward harus membayar semua biaya rumah sakit. Paman Willy tidak ingin Edward kembali memasuki kehidupan keponakannya karena Edward telah menyakiti hatinya.

Tapi akhirnya pamannya setuju karena bibi Mary membujuk suaminya itu. Edward juga memohon dengan tulus meski dia telah membuat kesalahan tapi ini adalah bentuk tanggung jawabnya meskipun paman Willy tidak suka.

Alvie masih tertidur bukan karena obat bius tapi karena kelelahan menahan kontraksi. Edward duduk di samping tempat tidur sambil menopang tangannya menatap pria yang usianya lebih tua tiga tahun darinya.

Bau obat bius terasa di kamar yang luas. Adria sedang di luar menerima telefon dari Caleb dan paman Willy serta bibi Mary melihat cucu mereka yang ada di ruangan bayi.

"Hai....." sapa Edward tersenyum lembut saat Alvie terbangun dan menatapnya.

"Edward...." gumam Alvie.

"Aku akan menaikkan tempat tidurnya dulu." Edward menaikkan tempat tidur pada bagian kepala Alvie sehingga membuat Alvie seperti duduk.

"Apa kau ingin sesuatu?" tanya Edward

"Aku haus..." ujar Alvie masih lemah. Edward mengambil air di gelas dengan sedotan di dalamnya dan memberi Alvie minum.

"Edward....Aiyana di mana....? tanya Alvie.

"Aiyana..? Jadi nama bayi kita Aiyana...? tanya Edward.

"Iya...."

"Namanya indah sekali." ujar Edward tersenyum.
"Aiyana ada di ruang bayi. Paman dan bibimu sedang melihat Aiyana."

Edward meraih tangan Alvie dan menciumnya dan membelai lembut rambut Alvie. Mereka saling menatap tanpa mengatakan apapun. Edward sangat merindukan Alvie yang ada di hadapannya yang baru saja memberikannya bayi yang cantik.

BelovedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang