PART 5

12.6K 1K 27
                                    

'Adria POV'

Sejak kejadian pagi itu, hampir tiga minggu aku tinggal di sini sikapnya sedikit berubah. Tidak sesinis maupun sekasar sebelumnya dan mau sesekali tersenyum padaku. Aku sedikit merasa senang dan lega. Aku pikir dia akan marah padaku karena kejadian itu.

Agak aneh juga kalau dia berubah belakangan ini. Mungkin dia menyadari akan sikapnya lalu kasihan melihatku. Tapi bagiku walaupun mungkin dia berubah hanya karena kasihan, paling tidak hubunganku dan Caleb menjadi lebih baik sekarang. Aku jadi tidak merasa takut lagi padanya juga aku tidak pernah bersedih lagi.

Aku juga tidak lagi memanggilnya tuan, Caleb lebih suka jika aku memanggilnya dengan namanya saja. Begitu juga dengan kedua orang tua Caleb. Aku sekarang memanggil mereka dengan sebutan om dan tante.

Aku melanjutkan kembali pendidikanku yang terputus dengan mengikuti jalur pendidikan nonformal untuk anak-anak putus sekolah.

Tante Tessa yang menyarankan itu setelah tahu aku tidak lagi melanjutkan sekolah setelah melarikan diri dari panti asuhan.
Aku sangat senang saat tante Tessa menyarankan itu dan aku langsung menerimanya.

Hari ini Caleb bilang dia akan mengantarku. Karena aku terlambat bangun, aku jadi terburu-buru.
Saat baru selesai mandi, aku mendengar ketukan di pintu. Dengan hanya memakai handuk, aku membuka pintu. Caleb sudah berdiri dengan berpakaian rapi hendak kekantor.

"Apa kau baru selesai mandi?" Caleb melihat jam di tangannya.
"Aku bisa terlambat gara-gara kau. Aku tunggu lima menit. Lewat dari itu, kau akan kutinggal!" katanya dengan marah lalu berbalik pergi. Ternyata aku salah kalau dia sudah berubah. Terlambat apanya? Bukankah dia yang punya perusahaan itu kataku dalam hati.

Sepanjang perjalanan, di dalam mobil aku hanya diam saja sambil berusaha menghabiskan roti sarapan pagiku. Caleb juga hanya diam saja sambil memasang wajah kesal. Aku hanya terlambat sekali ini saja, dia sepertinya sangat kesal.
Apa jadinya jika aku terlambat selama seminggu. Aku bergidik ngeri membayangkannya.

"Jam berapa kau tidur tadi malam?" tanyanya sambil menatap kedepan.

"Aku tidur jam dua belas malam karena aku dan Bridget keasikan bermain game" kataku sambil menelan roti dengan susah payah.

"Apa kau akan menuruti apa yang apa yang diinginkan Bridget?"

"Siapa lagi yang mau aku ajak bermain game. Kau sangat sibuk dengan pekerjaanmu. Pasti kau tidak mau jika menemaniku bermain game" kataku sambil mengunyah tidak berani menatapnya

Caleb diam saja mendengar yang kukatakan. Lalu aku mendengar dia mendengus.
"Jika kau ingin ditemani main game lagi, bilang saja padaku. Aku akan menemanimu"

"Benarkah?" tanyaku tidak percaya

"Iya...jangan ajak lagi Bridget untuk menemanimu"

"Tapi dia sangat jago bermain game. Aku saja di kalahkannya tadi malam"
Tiba-tiba badanku terdorong kedepan karena mobil yang direm mendadak.

"Ehh...." gumamku saat Caleb memajukan tubuhnya kearahku hingga wajahnya sangat dekat sekali dengan wajahku.

Tangannya mengambil sisa remah roti yang menempel di bawah bibirku. Lalu memakannya.

"Turuti saja apa yang kukatakan" suaranya sangat serius dan tajam menatapku

"I...iya..." jawabku terbata, rasanya aku sulit bernafas

"Sekarang masuklah" katanya sambil menarik tubuhnya menjauh.

Aku segera keluar dari mobil dan mobil Caleb segera melaju menjauh. Apa itu tadi? Mengagetkanku saja.

BelovedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang