Stuart meletakkan Cody dengan lembut diatas tempat tidurnya. Wajah Cody masih memerah karena Stuart menggendongnya sampai kekamar.
"Kau beristirahatlah. Jika perlu sesuatu kau bisa memintanya padaku." lalu Stuart kembali kekamarnya melalui pintu penghubung. Karena merasa gerah Stuart memutuskan mandi.
Tidak lama setelah keluar dari kamar mandi, Stuart mendengar suara tawa yang renyah diiringi percakapan dari kamar Cody. Selain suara Cody yang di dengar Stuart suara lainnya adalah milik Joey.
Menuju pintu penghubung, Stuart membuka pintu namun pintu terkunci. Berusaha mencari kunci pintu namun tidak menemukannya.
"Dimana aku meletakkannya? Baru saja aku menggunakannya." ujar Stuart kesal.
Dengan memakai handuk yang melilit sebatas pinggang dengan rambut basah Stuart keluar melalui pintu kamar menuju kekamar Cody.
Stuart melihat Cody tengah disuapi Joey sambil sesekali tertawa mendengar ucapan Joey.
"Kalian berdua tampak bersenang-senang..." gumamnya pelan.
Stuart berdehem sekali tapi tidak di dengar keduanya yang membuat Stuart semakin kesal.
Lalu Stuart berdehem kedua kali dengan kencang membuat Joey dan Cody berpaling melihat kearahnya.
"Stuart...?? Sejak kapan kau berdiri disitu?" ujar Joey santai.
"Apa..." Stuart hendak mengatakan sesuatu tapi sepertinya tidak dipedulikan Joey.
"Aaa..." Joey memberi kode pada Cody untuk membuka mulutnya dan memasukkkan sesendok puding.
"Enak?"
"Iya tuan."
"Kau suka?"
"Suka sekali." senyum mengembang dari bibir Cody. Joey juga membalas senyum Cody. Keduanya seakan lupa kalau Stuart ada didekat pintu memperhatikan sambil berkacak pinggang dengan wajah gelap.
Mark baru masuk dari pintu rumah lalu melewati kamar Stuart lalu berhenti didepan kamar Cody. Merasa heran melihat Stuart yang berkacak pinggang hanya memakai handuk.
Mark mencoba mencari tahu dengan mendekati Stuart dari belakang untuk melihat wajahnya.
Mark langsung terkejut karena wajah Stuart yang mengerikan. Lalu Mark melihat kedepan sejurus pandangan Stuart.
Tampak Joey dan Cody tengah tertawa sambil bercengrama. Cody terlihat malu-malu.
Mark hanya geleng-geleng kepala melihat keduanya. Pantas saja Stuart tampak mengerikan ujarnya dalam hati.
Mark menepuk bahu Stuart.
"Apa kau baik-baik saja?" ujarnya setelah Stuart meliriknya."Memang Joey tidak memikirkan perasaanmu sama sekali." ucapan Mark seperti menyiramkan bensin ketubuh Stuart yang sedang terbakar.
"Urus saja urusanmu sendiri." ketus Stuart.
"Baiklah cowboy." Mark juga tidak berniat menyelamatkan Joey kali ini. Saudaranya itu memang tidak peka. Markpun pergi kearah kamarnya.
"Joey! Apa yang kau lakukan disini?" Stuart setengah berteriak.
"Kenapa kau birisik sekali. Apa kau tidak lihat aku sedang menyuapi Cody?" ujar Joey cuek lalu tersenyum kembali pada Cody.
Stuart mengendus nafas dengan kasar. Lalu melangkah mendekati keduanya.
"Maksudku...tugas yang harus kau kerjakan sudah selesai?""Sudah."
"Laporan untuk tender..."
"Sudah. Aku sudah mengerjakan semuanya."
Stuart terdiam lalu memikirkan cara lain untuk mengusir Joey dari kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beloved
Romance⛔21+ Karena kematian adik kembarnya, Caleb yang tampan dan angkuh bertemu dengan Adria yang polos dan imut. --- Highest Rank. #3 in guyxguy #37 in gaystory #37 in malexmale cover by @lolyyvina