5.

245 28 2
                                    


Klotakk

klotaaakkk

Entah kenapa batu krikil lebih menarik di tendang oleh kaki jenjang itu, sesekali si gadis menghela nafas lelah, akhir-akhir ini ia begitu banyak pikiran, dan kejadian hari ini pun seolah menambah beban pikirannya lagi, jika di pikir-pikir lagi menjadi seorang penyanyi di club itu sangatlah menggiurkan , selain upahnya tinggi, hobinya menyanyi bisa ia lakukan setiap hari, tapi nanti apa kata Ibunya? Ia pasti sedih jika Hinata menerima pekerjaan itu. Haaaaahhh Gadis menghela nafas lagi seolah itu adalah nafas terakhirnya.

Hinata merenung menatap bayangannya sendiri di sungai dari atas jembatan Konoha tempat pertama kali ia bertemu dengan pemuda kuning bernetra biru indah dan super cerewet, jika di ingat lagi entah kenapa bibir mungilnya refleks tersenyum sendiri, sampai sekarang Hinata masih menyimpan matel pemuda itu.

Heeeyy... kenapa Hinata memikirkan dia? ini kan bukan waktunya memikirkan pemuda itu kan?

Diacaknya surai indogo miliknya, ia frustasi. Sungguh tak ada waktu memikirkan yang lain, masalah ini membuatnya bimbang , jika bisa ia ingin sekali menangis meraung-raung, tapi.... apa gunanya meraung? tak akan menyelesaikan masalah bukan?

"Hey, apa kau akan bunuh diri di sini?"

Tepukan kecil pada bahunya refleks membuat Hinata menoleh mencari pelakunya.Netra mutiara gadis itu membulat, baru saja ia memikirkan si pemuda kuning dan sekarang orang yang ia pikirkan ada di hadapannya sedang memamerkan deretan gigi putih bersihnya pada Hinata.

"Bagaimana kau bisa disini?" tanya Hinata

"Kita ketemu lagi ya? kau bertanya seperti itu? oh ayolah ini kan tempat umum, lagi pula aku berhak menikmati udara segar disini, oh ya aku baru ingat, apa lukamu sudah sembuh? kau sedang apa disini? kenapa sendirian? kau berdiri sendiri disini bukan untuk bunuh diri kan? hei bunuh diri itu perbuatan yg buruk, jika ada masalah kau bisa cerita padaku!" cerocos Naruto.

Hinata p.o.v

Aku hanya bisa menutup telingaku yamg berdengung mendengar ocehannya, ada apa dengan pemuda ini? bagaimana bisa ia bicara dengan cepat dalam satu tarikan nafas? jika dia terus di sekitarku lama-lama aku bisa gila mendengar ocehannya, tanpa buang waktu ku balikkan badan ku dan pergi menjauh darinya. Sudah kuduga dia mengikutiku, entah apa maunya aku tak mengerti. Pemuda yang menjengkelkan.

"Apa maumu?"

"ehh???"

"Aku bertanya padamu, apa maumu? kenapa kau mengikutiku?"

"sederhana saja aku hanya ingin menjadi temanmu, jujur aku tertarik padamu saat kejadian itu aku tak berhenti memikirkan dirimu hinata-san"

"da-dari mana kau tau namaku? kau penguntit" jawabku kaget.

"bu-bukan aku bukan penguntit" ia menginaskan tangannya, "saat aku mengantarmu pulang aku tau namamu dari ibumu, yaah kita belum berkenalan secara resmi kan? perkenalkan aku Naruto, Namikaze Naruto"

'Namikaze? bukankah itu marga pemilik dari club dansa tadi?'

"aku tak mau berkenalan denganmu, jangan coba-coba mendekatiku yah!" ancamku

"Hey aku hanya ingin berteman denganmu, sejak malam itu aku berharap bisa bertemu kau lagi, memang terlihat aneh sih, karena kita baru bertemu sekali, tapi percayalah aku bukan orang jahat, kau tau tidak? Kau itu seperti putri duyung, kau tarik nelayan dengan suara dan parasmu yang cantik, jika nelayan sudah tergoda olehmu kau akan senang hati menenggelamkannya. Sama sepertiku, aku sebagai nelayan yang sudah tertarik padamu tapi kau tenggelamkan aku dalam lautan kekecewaan, sakit disini!" jawab Naruto sambil menepuk dadanya.

Rain DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang