15.

190 20 10
                                    

Naruto berdiri di ambang pintu kamar tamu yang di tempati Sasuke saat ini, semua yang di katakan gadis pink itu ia dengarkan tak ada satu kata pun yang terlewatkan, gemuruh di dadanya terasa tidak menyenangkan lain dengan yang ia rasakan saat bersama Hinata, ada rasa sakit dan sedih untuk Sakura. Tapi rasa cintanya pada Hinata tak bisa ia hianati.

"Syukurlah tampaknya panas tubuhnya sudah turun!" Kata Sakura setelah memeriksa keadaan Sasuke yang sedang tertidur, segera tangan kecilnya dengan lincah merapikan beberapa obat dan gelas di atas nampan kemudian mulai beranjak pergi dari kamar itu.

"Eh! Naruto-senpai? kenapa kau berdiri seperti itu? kau baik-baik saja kan?" tanya Sakura khawatir karena melihat Naruto melamun.

"A— ahaha, aku tak apa.Oh ya bagaimana keadaan Sasu Teme?Apa dia baik-baik saja?"tanya Naruto gugup

"Um, panasnya sudah turun, sekarang dia sedang tidur!"

"Hei! Kita sudah lama tak mengobrol berdua, bagaimana kalau ke taman?" ajak Naruto.

Sebagai jawaban Sakura hanya mengangguk dengan senyum manisnya.
.
.
.
.

"Apa kau ingin membicarakan sesuatu?" tanya Sakura memulai pembicaraan. "Sudah seluruh taman telah kita kelilingi tapi kau tak bicara satupun. Itu membuatku cemas karena biasanya kau sangat berisik senpai! Apa sebenarnya yang ingin kau katakan?".

"Sebenarnya aku merasa bersalah padamu" Naruto menggaruk kepalanya tak gatal. "Aku mendengar semua pembicaraanmu dengan si teme. Maafkan aku telah menguping" Naruto membungkuk meminta maaf. "Kita berdua lama saling mengenal senang bersama sedih pun kita masih berbagi. Aku merasa tempatmu dihatiku tak pernah berubah. Persahaban kita tak akan pernah sirna, hanya masalah seperti ini bukan?"

"Sudah lah tak usah bicara lagi!" Sakura memotong

"Tapi, aku baru memulai bicara!"

"Kau memang baru memulainya tapi aku sudah tahu akhirnya" kata Sakura menunduk, gadis itu menyembunyikan ekspresinya.

"Apa yang aku katakan padamu akan sama seperti yang ku katakan pada Sasuke-senpai. Semoga hubungan kita bisa melebihi hubungan kekasih, tanpa perlu mengatakan apapun kita bertiga sudah menjadi sahabat abadi kan?"

"Apa kau bertengkar dengan Nii-san lagi tadi? Apa dia yang memintamu bicara padaku?" tanya Sakura, tangan rampingnya menepuk bangku taman mengisyaratkan agar Naruto mau duduk di sampingnya.

"Tidak ini memang kemauanku! tentang Neji? yah aku masih jengkel dengannya!" kata Naruto meyakinkan.

"Aku ingin menayakan sesuatu lagi! Apa kau mencintai Hinata-chan? Seberapa besar cintamu padanya?"

"Aku mencintainya, aku mencintainya sejak pertama kali bertemu dengannya. Aku tak tau seberapa besar cintaku padanya, yang aku tau seluruh pikiranku hanya ada dia, jika aku sehari tak bertemu dengannya. Maka aku yakin hariku akan sulit aku lalui!" kata Naruto Tegas.

"Jika itu memang benar, aku berterimakasih padamu. Jujur aku sangat cemburu padanya Aku berharap aku menjadi dirinya, berjanjilah kau akan membuatnya bahagia, Aku sadar aku memang tak punya kekuatan untuk berperang dengan Hinata-chan. Mulai sekarang aku selalu mendoakan kalian,semoga kalian bahagia"

"Aku kagum denganmu! Kau gadis yang punya hati yang luar biasa"

"Tapi tak cukup baik untukmu kan?" kata Sakura mata indahnya menerawang ke atas langit.

"Ah, ya! Aku harap kau tak bertengkar lagi dengan Nii-san hanya karena Hinata-chan, bujuklah Hinata-chan agar berdamai dengan Ayah juga segera menghentikan pekerjaannya"

Rain DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang