10.

224 24 2
                                    

Naruto mengantar Hinata pulang dengan naik sepeda.
Tak ada percakapan diantara mereka,membuat naruto yang biasanya berisik menjadi tak nyaman.

"Haaahh, sial kenapa aku harus bertemu dengan mereka?" kata Hinata tiba-tiba.

"Kau ternyata anak perempuan Hiashi ji-san? Kau tau tidak arti dari namamu? Hiashi ji-san tak salah memilih nama untukmu, Hinata sangat cerah, cocok untukmu yang cerah saat tersenyum"

Pujian itu membuat pipi gadis itu merona, untung baginya Naruto tak melihat keadaannya.

"kau meledekku? kayuh saja sepedamu!" kata Hinata sambil memukul punggung Naruto.

"Jika kau bicara sembarangan lagi aku akan lompat dari sepeda"

"Hahaha, maaf-maaf aku terlalu bersemangat jadi bicaraku agak membingungkan"

"Kenapa?" tanya Hinata bingung.

"Karena kau adiknya Neji, jadi suatu saat aku akan menjadi adik iparnya" jawab Naruto enteng.

Hinata tertawa mendengarnya

"Bahkan suara tawamu sangat merdu"

"Kau berusaha menggombaliku hm?"tanya Hinata kembali memukul punggung Naruto.

"Tidak, itu memang benar, Oh ya apa kau baik-baik saja? apa tparan Neji tadi masih terasa sakit?"

"U-um, tidak" Hinata menggeleng.

"Aku sudah biasa di perlalukan seperti ini jadi kau tak perlu khawatir denganku!"

Naruto yang mendengarnya tersenyum miris, entah apa yang terjadi pada gadis itu.

"Hari sudah malam, padahal banyak yang ingin kubicarakan denganmu. Besok bolehkah aku menemuimu?"tanya Naruto.

Hinata mengangguk, "Tampaknya aku mulai menyerah denganmu, kau lebih keras kepala dariku. Lusa siang datanglah jam 14.00 di depan gang apatoku!" kata Hinata.

"Janji ya!"sahut Naruto dengan senang.

"Apa kau tak kuliah?" tanya Hinata.

"2 hari kedepan aku tak ada mata kuliah jadi aku bebas. Sekarang ini kau lah yang paling penting!" kata Naruto sambil terus mengayuh sepedanya, Hinata kembali tertawa mendengarnya.

Akhirnya Hinata sampai di rumahnya, Ia dan Naruto disambut cemas oleh Hikari. Hikari menawarkan agar Naruto masuk untuk mampir sebentar tapi ditolak oleh pemuda itu. Ia langsung pamit undur diri dari kedua Ibu dan anak itu, dan mendapat ucapan termakasih dari Hikari.

"Aku membuatkanmu makan malam, sebentar akan ku panaskan"

Hinata mencegah Hikari "sudahlah bu, kau tak usah repot begitu, aku sudah makan di kantor tadi"

"Kenapa kau pulang semakin larut? pekerjaan apa yang kau lakukan? apa semua baik-baik saja? atasanmu menyukai pekerjaanmu kan? kenapa Naruto-san kembali mengantarmu pulang? kau satu tempat kerja dengannya" tanya Hikari bertubi-tubi.

Hinata terkekeh mendengar ocehan Ibunya, "Bu, sudah ku bilang kan sebelumnya, kalau pekerjaanku selalu mendapat giliran malam. Dan ternyata atasanku adalah Naruto-san adalah cucu dari atasanku, aku minta Ibu tak perlu mencemaskanku, anakmu ini akan baik-baik saja" Hinata memeluk Ibunya

"Satu-satunya yang tak baik adalah kau selalu mencemaskanku!" sambung Hinata.

'Satu malam telah aku lalui dan satu kebohongan telah aku lakukan pada Ibu. Kami-sama tolong tunjukan jalan padaku, besok aku akan kembalikan uang itu, semoga aku beruntung'
.
.
.
.
.
Pagi itu suasana Mansion Hyuuga terlihat ramai Tuan Muda Hyuuga saat ini mengundang kedua sahabatnya Naruto dan Sasuke.

Rain DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang