"Apa kau yakin??"
"Hmm. Percaya padaku, arraseo?"
SinB mengangguk ragu. Karena sesungguhnya ia juga telah lama memimpikan hal ini.
"Kaja!" Yerin menarik tangan SinB untuk mendekat padanya. Ketegangan sangat nampak di wajah SinB. Sepasang kakinya entah bagaimana terlihat seperti batang kayu sekarang. Begitu kaku dan sulit digerakan.
"Ayoo. Aku mempertaruhkan hidupku untuk melakukan ini kau tau??"
Selangkah lagi mereka berdua akan berhasil melewati pintu dan dapat menghirup udara bebas. Kebebasan yang SinB mimpikan.
"Eonni apa ini benar tak apa?"
Yerin menggenggam kedua tangan SinB. Menatapnya penuh tekad dan keyakinan.
"Asal kau bisa menjaga rahasia ini dari eomma, kita baik-baik saja."
SinB masih menatap ragu Yerin. Bibirnya mulai bergetar.
"Seandainya.. Seandainya terjadi sesuatu, aku yang akan bertanggung jawab. Hm?"
Butuh waktu lama bagi SinB untuk menganggukan kepalanya. Yerin akhirnya tersenyum.
Dan akhirnya, SinB melewati pintu itu. Pintu yang menjadi penghalang antara dirinya dengan dunia. Pintu yang ibunya jadikan tameng untuk melindunginya.
Berpegangan erat pada Yerin, SinB terus berjalan menjauh dari rumah yang selama ini ia tinggali dengan hati berdegup kencang.
Benar-benar sebuah perasaan yang menakjubkan bagi SinB. Setelah sekian lama, akhirnya ia bisa menghirup udara luar dengan bebas.
🎈🎈🎈
Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, SinB dan Yerin akhirnya sampai di suatu tempat yang ingin sekali SinB kunjungi.
Pantai.
Segala ragu, lelah, dan ketakutan yang SinB rasakan sirna seketika SinB melangkahkan kakinya menuju bibir pantai. Sebelumnya ia sudah melepas sepatunya.
Teriknya matahari seakan tak menjadi masalah baginya. Ia terus menatap hamparan air di hadapannya dengan senyum merekah. Menghirup dalam-dalam aroma laut yang khas. SinB mengangkat kedua tangannya lalu menutup matanya.
Dan tak lama, kristalan bening terlihat jatuh menyusuri pipi mulusnya.
"Kau senang??" Yerin datang dan merangkul bahu SinB dengan sebelah tangannya. SinB cepat-cepat menghapus air matanya lalu mengangguk mantap pada Yerin.
"Ayo kita makan dulu. Aku lapar.." Yerin mengerucutkan bibirnya dengan sengaja yang mau tak mau berhasil membuat SinB tertawa.
Bohong jika Yerin tak tau SinB menangis, namun kali ini Yerin hanya ingin SinB bahagia. Ia tak ingin membuat suasana hati SinB semakin memburuk.
🎈🎈🎈
"Ayo Bi, kita harus di rumah saat eomma pulang." Ucap Yerin hati-hati. Sejujurnya Yerin tak tega untuk mengucapkannya. Sekedar ajakan untuk pulang, tapi itu memiliki arti yang berbeda bagi SinB.
Senyum SinB perlahan memudar. Tanpa mengucapkan apapun ia mencuci tangannya di air laut lalu bangkit berdiri.
Mengatur lengkung bibirnya untuk terlihat tersenyum seraya menatap Yerin lalu mengangguk.
"Aku janji, lain kali aku akan mengajakmu pergi lagi. Hm?"
SinB mengangguk lalu menarik tangan Yerin untuk pergi menjauh.
🎈🎈🎈
'Semoga eomma belum pulang. Semoga semua akan baik-baik saja.'
Aku menatap wajah SinB yang tertidur di bahuku. Bayangan ia tersenyum bahagia di pantai tadi membuat sudut bibirku terangkat. Aku sungguh bahagia melihatnya benar-benar tersenyum dan tertawa. Meski aku tau betul, ini salah.
Tapi aku telah berjanji pada diriku sendiri bahwa aku akan berusaha membuat SinB bahagia.
Namun, semua tidak semudah yang kubayangkan...
Saat kami sampai di rumah, harapan kami adalah kosong, tapi ternyata eomma sudah disana.
Ia marah besar.
Ia menangis.
Ia berteriak.
Dan ia mengusirku.
TBC!
Adakah yang ngikutin cerita ini??
Jungkook belum muncul nih, sabar yaa
Thankyou readers and siders!
Saranghaeyo ❤Eskey Squad
~Beagle 🐶
KAMU SEDANG MEMBACA
Manito ✔
General FictionSaat semua orang tau tentang kita, mereka akan berusaha memisahkan kita. Dan saat itu terjadi aku ingin kau tau bahwa aku tidak menyesal telah mengenalmu. Terimakasih telah menjadi temanku. Aku bahagia meski hanya sesaat. Ketahuilah, aku menyayangim...