"Yerin-ah kau sudah menemukannya??"
"Belum eomma. Eomma tunggu saja di rumah. Tolong hubungi aku seandainya SinB sudah pulang."
"I-iya."
"Baiklah, ku tutup dulu ya eomma."
"Yerin-ah!" Panggilku cepat-cepat.
"Tolong temukan SinB, hiks!" Sekuat tenaga aku menahan air mata ini, namun semuanya sia-sia. Tiap kali aku menyebut nama SinB, air mataku keluar begitu saja. Sesak di dadaku terus menyeruak hingga rasanya sakit sekali.
'Jangan lagi.. kumohon kembali lah nak..'
Kehilangan Sojung sudah sangat menyakitkan bagiku. Bahkan sampai saat ini aku masih bermimpi buruk tentang hari itu. Hari dimana aku akhirnya tau apa yang telah ia lewati sendirian selama ia disekolah. Semua hal tentang Sojung terus membuatku merasa buruk. Aku ibu yang buruk. Kali ini, jangan SinB. Aku tak mau kehilangan anakku lagi.
"Maafkan eomma nak hiks! Kembalilah.."
🎈🎈🎈
"Jadi kapan kau akan pulang?" Tanya Jungkook membuka percakapan. Sebab sedari tadi SinB terus diam dan tampak sedih. Menyusuri jalan yang panjang ini mungkin membuat SinB lelah dan merindukan rumahnya, begitu pikir Jungkook.
Langkah SinB terhenti, begitupula Jungkook. SinB menoleh dan menatap Jungkook penuh arti.
Tak ada kata yang keluar dari bibirnya, ia hanya terus memandang Jungkook yang tampak bingung.
"Apa ada sesuatu di wajahku?"
SinB mengangkat tangannya menyentuh pipi Jungkok dengan lembut.
"Gomawo, Jungkook-ah."
Jungkook terdiam sebentar lalu menggenggam tangan SinB yang berapa di pipinya, "Aku yang harusnya berterimakasih. Terimakasih, Hwang Eunbi."
Angin yang cukup kencang menerbangkan kelopak-kelopak bunga sakura. Suaranya seakan berbisik ditelinga SinB untuk memeluk Jungkook.
SinB maju selangkah lalu melingkarkan kedua tangannya dipinggang Jungkook. Menyandarkan kepalanya pada dada bidang Jungkook. SinB bertanya dalam hati, bagaimana bisa ia melewatkan semua ini bertahun-tahun? Bagaimana bisa ia rela menukar segala perasaan bahagia ini demi terkurung disana?
SinB menutup mata menikmati sentuhan Jungkook. Tangan Jungkook yang mengelus sayang kepala SinB bagai sihir yang membuat SinB bahkan tak bisa mendengar suara lain selain detak jantung lelaki ini, tak bisa merasakan kedua kakinya yang berpijak pada tanah, dan bisik-bisik angin bahkan tak mampu membangunkannya dari fantasi indahnya.
'Aku menyayangimu, Jungkook.'
'Ku harap, setelah ini, kita masih bisa seperti ini.'
🎈🎈🎈
Yerin dan Jin hampir putus asa mencari SinB. SinB tidak meninggalkan tanda-tanda apapun. Ia pergi begitu saja saat semua orang berpikir ia sedang tidur di kamarnya. Ini membuat mereka semakin bingung harus mencari SinB kemana.
Yerin dan Jin berpencar. Peluh membahasahi kening keduanya. Tak hanya kening, namun mata Yerin sejak tadi tak berhenti memproduksi air mata. Hati nya terus melafalkan nama SinB. Ia berharap gadis kecilnya itu ada di suatu tempat yang aman dan baik-baik saja.
Tak jauh beda dengan Jin. Ia terus memohon dalam hati agar adik kesayangannya itu baik-baik saja. Ia tak ingin mengecewakan Sojung. Hatinya benar-benar kacau sekarang. Ia pun hampir menangis mengingat masa kecilnya bersama Sojung dan SinB.
Mereka bertiga sudah seperti saudara kandung, meski nyatanya Jin menyukai Sojung, meski gadis itu tak pernah tau. Usia yang masih belia membuat Jin memendam perasaannya. Menunggu saat yang tepat untuk memberitahu Sojung. Namun sampai di akhir hidup Sojung, Jin belum sempat melakukannya. Dan penyesalan menjadi hal terakhir yang harus Jin pikul hingga sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Manito ✔
Ficción GeneralSaat semua orang tau tentang kita, mereka akan berusaha memisahkan kita. Dan saat itu terjadi aku ingin kau tau bahwa aku tidak menyesal telah mengenalmu. Terimakasih telah menjadi temanku. Aku bahagia meski hanya sesaat. Ketahuilah, aku menyayangim...