-Part 21-

915 139 13
                                    

2 bulan sudah berlalu sejak SinB mendorong Jungkook untuk pergi. Kini ia menjadi pasien yang lebih ceria dan bersemangat untuk sembuh. Meski tidak bisa lepas dari obat-obatan, SinB tidak pernah mengeluh. Dan hal itu tentunya membuat para dokter dan juga keluarga bangga padanya.

Menjadi penderita skizofrenia bukanlah hal yang mudah. Tidak hanya bagi sang penderita, orang terdekatpun juga mendapatkan imbasnya. Pandangan masyarakat pada seseorang yang berpenyakit mental selalu berujung pada kata 'gila'. Padahal tidak demikian. Karena hal itu Jessica dan Yerin seringkali mendapat cibiran di belakang mereka. Mereka harus bertarung dengan diri sendiri dan rasa malu serta menghadapi perlakuan 'tak manusiawi' dari mindset masyarakat tentang penyakit mental.

Jungkook tidak pernah muncul lagi sejak malam itu. Meski begitu, bagaimanapun juga SinB mengingatnya. Waktu yang pernah mereka habiskan bersama masih bisa SinB ingat dengan baik. Bagaimana rupa Jungkook, bagaimana Jungkook berjalan dan berbicara, SinB masih mengingat semuanya. Hanya saja ia tak lagi bisa melihat Jungkook secara langsung. Secara kedokteran itu sangatlah bagus, SinB pun senang dan tidak sabar untuk mendengar vonis sembuh dari dokter. Namun dr. Park masih belum bisa memberikan vonis tersebut karena faktanya skizofrenia bisa saja kambuh sewaktu-waktu. Dr. Park memilih menyebut keadaan SinB saat ini dengan "sudah sangat lebih baik" dari pada "sembuh".

SinB sedang berjalan-jalan pagi ditemani suster Kim hari itu. Ia berjalan dengan tenang dan sesekali memberi senyum pada pasien lainnya yang ia lewati. Suster Kim berjalan tepat di samping kanannya. Mereka bahkan tampak seperti sepasang teman dari pada pasien dan suster.

"Suster Kim kira-kira kapan aku boleh pulang?" tanya SinB saat ia telah mendudukan dirinya disebuah bangku di depan kolam ikan dengan air mancur di tengahnya. Suster Kim ikut duduk di sebelah SinB.

"Kau ingin pulang?"

"Ne. Aku rindu rumahku. Aku rindu kamarku."

"Bukankah dulu kau justru ingin keluar dari sana?" Tanya suster Kim Dahyun dengan nada menggoda.

SinB lantas menoleh lalu tertawa kecil, "Iya, dulu."

"Aneh sekali ya. Dulu aku sangat membenci tempat itu. Bosan dan muak rasanya terkurung disana. Tapi sekarang, tempat itu yang paling ingin ku datangi saat aku keluar dari rumah sakit."

Suster Kim tersenyum lalu menggenggam tangan SinB.

"Bujuk ibumu, melihat keadaanmu sekarang mestinya tidak akan ada masalah jika kau pulang. Kurasa dokter akan mengijinkannya."

"Benarkah??" SinB hampir menjerit bahagia.

"Tapi tetap harus minum obat." Suster Kim mengingatkan.

"Ne!"

Senyum dan tawa SinB saat itu adalah yang terindah sejak ia dirawat di rumah sakit. Ia terlihat sangat bersemangat untuk menyambut kehidupan 'normal'nya.

🎈🎈🎈

Jessica sedang mengupas buah apel untuk SinB. SinB dengan senyuman manis menunggu di atas tempat tidurnya.

"Aa??" Jessica menyodorkan potongan apel yang baru saja ia kupas ke mulut putri cantiknya itu.

SinB menggigit apel itu kemudian mengambil sisa gigitannya dengan tangannya.

"Eomma,"

"Hm?" Jessica sudah duduk di sisi kursi di samping tempat tidur SinB sambil memperhatikan anaknya.

"Aku ingin pulang."

Raut wajah Jessica tampak tak senang mendengarnya. Namun SinB tak melihatnya karena sibuk membayangkan bagaimana bahagianya ia jika benar-benar bisa pulang ke rumah. Bahkan SinB terus tersenyum saat membayangkannya.

Manito ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang