-Part 19-

865 156 25
                                    

"Kau masih mengantuk?"

Gadis dengan baju rumah sakit berwarna biru itu menggeleng lemah.

"Kau cantik saat tidur. Jadi aku tidak keberatan jika harus terus melihatmu tidur." Jungkook membelai lembut rambut SinB. Keduanya sedang tidur dalam satu ranjang dengan saling berhadapan.

"Maaf.." SinB menatap Jungkook penuh rasa bersalah. Merasa terus-terusan meninggalkan lelaki itu karena ia selalu terlelap karena efek obat.

"Gwaenchana, sampai kau sembuh aku akan selalu menemanimu. Aku satu-satunya temanmu kan?" Ucap Jungkook riang.

SinB tersenyum dengan bibirnya yang kering dan pucat.

"Sejak kapan... kau suka... melihatku?"

"Hmm.. tiga tahun lalu, kurasa."

"Tapi.. kau baru menemuiku baru-baru ini.."

Jungkook menyunggingkan bibirnya, "Menunggu waktu yang tepat, mungkin."

"Jika saja.. kau datang menemuiku sejak awal.. mungkin aku.. tidak akan kesepian.."

"Mianhae, aku akan terus menemanimu sekarang."

SinB tersenyum lemah, "Gomawo."

Dan tak lama setelah itu SinB tanpa sadar sudah tertidur dengan posisi tubuh menghadap Jungkook.

🎈🎈🎈

Pagi selanjutnya SinB menjalani perawatan seperti hari-hari sebelumnya. Meminun obat lalu berakhir tidur seharian di atas ranjang.

Saat ia mulai terbangun, suster Kim masuk dengan mendorong kursi roda.
Ia membantu SinB turun dari ranjangnya lalu mendudukan dirinya di atas kursi roda.

"Suster.. mau.. kemana?" Tanya SinB. Tubuh bahkan bibirnya masih sulit di gerakan karena dosis obat yang tinggi.

"Ruangan yang akan membantumu sembuh." Suster Kim menjawab dengan senyum seperti biasanya.

SinB hanya diam tak merespon hingga akhirnya ia memasuki ruangan 'penghakiman' itu. Ruangan yang cukup luas untuk paling tidak 10 dokter mengawasinya. Ia merasa aneh saat berada disana. Ia merasa seperti menjadi orang lain disana. Ia merasa tidak nyaman. SinB tidak menyukai ruangan itu sejak pertama kali ia dibawa kesana.

SinB dihadapkan di depan dr. Park yang sudah menunggu disana bersama beberapa dokter lainnya.

"Hai, apa kabar SinB-ssi" Sapa dr. Park dalam rangka membuat SinB rileks. Karena melihat wajah SinB saja dr. Park sudah dapat menebak kalau SinB tidak suka dan tidak nyaman.

"Bagaimana sarapanmu? Sudah minum obat?"

SinB mengangguk sebagai jawaban.

"Apa Jungkook masih sering menemuimu?"

Tak ada pilihan lain bagi SinB selain mengangguk.

"SinB-ssi, kau tau alasan kau masih dirawat disini meski luka akibat kecelakaanmu sudah sembuh?" SinB yang awalnya menunduk perlahan mendongak menatap dr. Park.

"Karena Jungkook."

"Karena melihat Jungkook adalah penyakit yang harus disembuhkan." Lanjut dr. Park.

"Halusinasi yang otakmu ciptakan sangatlah sempurna hingga kau mempercayainya sebagai sesuatu yang nyata. Tapi dengarkan aku baik-baik, kalau kau masih melihat Jungkook berarti kau masih sakit, skizofrenia."

Pada saat itu, kenangan SinB bersama Jungkook berputar di otaknya bak film. Mengingatkan SinB akan betapa bahagiannya ia saat bersama Jungkook. Namun didepan matanya, semua orang menyudutkan Jungkook sebagai halusinasi semata dan tidak pernah ada. Haruskah SinB percaya?

Manito ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang