-Part 17-

887 146 16
                                    

"Dokter ada apa dengan putriku?" Tanya Jessica cemas. Wajahnya masih pucat, matanya tak pernah kering sejak ia bangun. Yerin menggenggam tangan Jessica mencoba menguatkan, meski nyatanya ia juga sedang terguncang.

Pria bertubuh tinggi dengan jas khas dokter berwarna putih tampak khawatir. Ia terus memperhatikan gerak gerik SinB dari kaca.

"Mari kita ke ruangan saya, ada beberapa hal yang harus saya pastikan."

Dengan tubuh gemetar Jessica mengangguk lalu mengikuti dokter tersebut. Yerin menoleh sebentar untuk melihat SinB sekali lagi. Berharap yang barusan ia lihat hanyalah imajinasinya, namun ternyata yang ia lihat masih sama. SinB sedang bercakap-cakap, sendiri. Dengan senyum dan sinar mata yang sama seperti saat itu.

🎈🎈🎈

"Sejak kapan SinB mulai berbicara sendiri??"

Jessica gelisah, ia meremas-remas tangannya sendiri. "Saya juga tidak tau dok, saya baru mengetahuinya dua hari yang lalu. Lalu kemarin SinB kabur dari rumah dan kecelakaan itu terjadi."

Yerin mengambil telapak tangan ibunya lalu di genggamnya dengan erat.

"Sebenarnya beberapa waktu yang lalu ia bercerita tentang seorang teman yang selalu datang ke jendela kamarnya. Karena saya penasaran, saya meminta ijin polisi yang kebetulan ada disebelah rumah kami untuk melihat rekaman CCTV. Dan dari situlah saya tau bahwa teman yang ia ceritakan itu tidak ada."

"Dan kecelakaan kemarin.." Yerin berhenti karena tak sanggup untuk mengatakannya.

"Iya saya mengerti." Sahut dokter bernama Park Hyunsik itu seakan mengerti bahwa Yerin tak sanggup untuk mengatakan fakta bahwa SinB sendiri yang menyebabkan ia tertabrak. Ia berlari menuju ke arah mobil itu dan si pengendara tidak sempat untuk mengerem.

"Saya juga sudah melihatnya dari polisi. Kelihatannya SinB berusaha menyelamatkan 'teman'nya saat itu, namun yang orang normal lihat SinB justru seperti bunuh diri."

"Jadi.. jadi maksud dokter putriku.. putriku tidak normal?"

"Seperti yang barusan kita lihat, SinB berhalusinasi secara sempurna. Ia bisa melihat, mendengar, bahkan berbicara dengan 'makhluk' yang ia ciptakan sendiri. Dalam dunia kedokteran ada penyakit psikologis yang disebut dengan skizofrenia. Saya rasa putri anda mengidap penyakit itu."

"Skizofrenia??"

"Ne. Pasti ada hal yang memicu gangguan psikologis semacam ini. Bisa saja SinB merasa sangat kesepian hingga akhirnya ia menciptakan seorang 'teman' di dalam pikirannya. Dan hal terparah dari skizofrenia sayangnya sudah terjadi pada SinB. Di alam bawah sadar pengidap skizofrenia ada keinginan untuk mati dengan berbagai macam alasan. Dalam kasus SinB, ia mengkamuflasekan niatnya untuk mati dengan menyelamatkan 'teman'nya itu."

Jessica menutup mulutnya tak percaya. SinB, anak gadis yang begitu ia jaga mengidap penyakit seperti itu. Air mata mulai terjatuh dari kedua matanya. Begitu juga dengan Yerin, meski berusaha untuk kuat namun matanya tak bisa berbohong.

"Kami akan memeriksa lebih lanjut keadaan SinB untuk memastikannya. Lalu kami akan melalukan psikoterapi dan pemberian obat secara berkala. Anda jangan khawatir, kami pastikan SinB aman jika terus di rawat di rumah sakit. Kemungkinan untuk melakukan kamuflase kembali sangat kecil jika ia terus berada dalam pengawasan rumah sakit."

🎈🎈🎈

Keesokan harinya SinB segera diperiksa demi memantapkan diagnoasis Dokter Park. Mulai dari CT scan dan MRI untuk melihat apakah ada kelainan pada struktur otak dan sistem saraf pusat. SinB juga melakukan pemeriksaan darah guna memastikan bahwa gejala-gejala yang ia alami bukan pengaruh dari obat-obatan atau alkohol.

Kemudian SinB dibawa ke sebuah ruangan serba putih dengan tanda "Ruang Evaluasi Psikologis". Hanya ada satu meja dan 2 kursi yang ditata berhadapan disana. Seorang wanita cantik duduk di hadapan SinB dan mulai menanyai kehidupan SinB sehari-hari sebelum kecelakaan. Tidak hanya SinB, Jessica dan Yerin juga diwajibkan mengikuti sesi itu.

Dan kesimpulan dokter semakin bulat jika SinB memang mengalami skizofrenia. Menurut hasil evaluasi psikologis, hal ini bermula dari kematian kakaknya, Sowon, yang bertepatan dengan hari ulang tahunnya. Jadi kira-kira tanda-tanda skizofrenia sudah SinB alami sejak 4 tahun silam. Kehidupan yang ia jalani sehari-hari, selalu merasa sepi dan sendiri terlebih harus terus terkurung di dalam rumah, semakin memperburuk kesehatan mental SinB hingga akhirnya gejala-gejala skizofrenia, dalam kasus ini halusinasi, menjadi semakin sering terlihat. Dan puncak dari skizofrenia adalah bunuh diri. Itulah mengapa penyakit ini sangatlah berbahaya.

Ada kemungkinan untuk pulih meski membutuhkan waktu yang sangat lama. Namun untuk saat ini, kemungkinan tersebut bahkan belum bisa disebut sebuah kemungkinan. Karena saat ini sang penderitapun belum menyadari bahwa ia sedang sakit.

SinB belum menyadari bahwa Jungkook tidaklah nyata.

TBC!

Thanks for reading readers and siders!
Aku tidak pernah memaksa kalian untuk voment. Berilah voment jika kalian merasa cerita ini pantas untuk mendapatkan voment kalian.
Saranghae ❤

Note tambahan :
Follow akun belong2you yukk.
Akun itu berisi beberapa sinkook shipper yang tergabung dalam 1 squad. Dan pastinya akan bikin cerita sinkook yang menarik. Yuk sinkook shipper follow ya! 😄
Thankyou

Eskey Squad
~Beagle 🐶

Manito ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang