-Part 24-

849 146 16
                                    

SinB meremas tangannya sendiri, peluh memenuhi dahi mulusnya. Ia gelisah, takut. Seharian ini ia tidak bisa fokus. Ingatannya tentang kejadian pagi tadi terus menerus berputar di otaknya. Rencananya bersama Yewon sepanjang hari itu hancur berantakan.

SinB sedang duduk berhadapan dengan dr. Park di ruangannya. Janjinya pada Suster Kim untuk tidak lagi kembali ke rumah sakit nyatanya harus ia ingkari.

"Jadi.. kau melihatnya lagi?"

"N-ne. Aku selalu meminum obatku tepat waktu. Bahkan sudah dua tahun aku tidak pernah melihatnya lagi. Tapi.. tapi.." SinB benar-benar hampir gila rasanya. Ia begitu tertekan dan takut hingga sulit untuk bicara.

"Tenang lah Bi.. mungkin itu hanya sementara. Kau mungkin dalam masa sulit, atau tertekan. Bisa jadi karena kau terlalu gugup di hari pertama kuliahmu."

"Benarkah? Apa hal seperti itu memang bisa terjadi disaat aku sedang dalam kondisi yang tidak biasanya?"

"Ne. Jangan terlalu khawatir. Aku takut kekhawatiranmu itu justru membuat gejalanya semakin sering muncul."

"Jadi apa yang harus aku lakukan?"

"Karena kau juga sudah disini, datanglah untuk terapi. Untuk beberapa hari kedepan jika gejalamu terus muncul, dengan sangat menyesal, mungkin kau harus kembali di rawat."

"N-ne??" Ketakutan SinB semakin menjadi-jadi. Tangannya bergetar hebat dan sudut matanya mulai berair.

"Ayo aku akan mendaftarkan mu untuk terapi psikologismu hari ini. Telfon ibumu jika kau ingin seseorang menemanimu."

"Tidak. Tidak. Aku sendiri saja dokter." SinB langsung menjawab dengan cepat. Hal ini saja masih mengejutkan untuknya apalagi ibunya? Pasti ia akan menangis dan kenbali menyalahkan dirinya sendiri. SinB benci itu.

🎈🎈🎈

Sejak hari itu, pikiranku tidak bisa tenang. Bayang-bayang Jungkook terus muncul di otakku bak kaset rusak, tak bisa kuhentikan, dan tidak bisa kubenarkan. Aku benci fakta bahwa penyakitku kemungkinan kambuh, tapi ada sedikit bagian dari hatiku yang senang saat melihat Jungkook. Gila bukan?

"Yewon-ah," panggilku hati-hati.

"Ne??" Ia mengalihkan tatapan seriusnya dari buku lalu menoleh padaku.

"Temani aku ke toilet ya?"

"Eyy pergi sendiri! Kau tidak liat aku sedang sibuk?"

"Aahh ayolahh aku belum terlalu hafal jalan kampus ini."

'Aku takut aku tidak bisa mengendalikan diriku saat keadaanku tak lagi normal.'

"SinB-ah, saat kau keluar dari pintu itu kau akan bertemu dengan banyak orang. Tanya saja pada mereka!"

'Aku takut bertemu dengannya.'

"Yewon-ah..." aku memasang wajah tersedihku yang ku bisa, memohon padanya.

"Tidak! Pergi sendiri! Kau sudah cukup tua untuk pergi ke toilet sendiri Bi."

Aku memberenggutkan bibirku kecewa. "Hah arraseo."

Demi kesehatan kandung kemihku akhirnya aku memberanikan diri. Aku berharap dalam hati bahwa gejala-gejala itu tak akan terlihat lagi.

"Tenang Bi. Kau bisa. Jangan khawatir. Semua akan baik-baik saja." Gumamku bak mantra selama perjalananku menuju ke toilet.

Benar kata Yewon, banyak orang disini. Mahasiswa baru layaknya aku dan Yewon juga para senior tampak seperti segerombolan fans BTS yang mengantri masuk ke venue konser. Eh? Benar juga! Sedang apa mereka? Apa yang mereka lihat sampai lorong kampus sepenuh itu?

Aku penasaran, tapi kandung kemihku benar-benar meronta. Akhirnya kuputuskan untuk ke toilet terlebih dahulu.

Setelah selesai dengan chit-chat-ku bersama Dahyun dan Eunseo di depan toilet akhirnya aku kembali ke kelas. Apa Yewon menungguku? Sepertinya tidak. Dia sibuk dengan novel barunya.

Aku melewati lagi lorong penuh manusia itu. Dan aku masih penasaran. Mereka bahkan berteriak-teriak, seperti melihat BTS saja! Norak sekali, pikirku.

Saat aku akan berbalik, ada sosok mungil yang membuat mataku melebar tanpa perintah.

"Yewon?"

Ia terlihat berada di barisan paling belakang. Ia bahkan melompat-lompat demi melihat sesuatu disana yang aku tak tau itu apa.

"Yewon-ah!" Teriakku.

"Eoh, SinB-ah! Kemari! Kemari!"

Aku berjalan menghampirinya dengan tatapan bingung.

"Apa ada sih?"

"Ada famous senior yang sedang menyatakan cinta!"

"Heh??? Apa bagusnya hal itu sampai ditonton seramai ini?"

"Ihh babo! Ku bilang dia famous. Mahasiswa tercantik di kampus kita!"

"Lalu kenapa?" Tanyaku tak mengerti. Apa bagusnya menonton orang menyatakan cinta? Yang ada kita justru menganggu mereka.

"Ihh dasar tidak seru! Lihat saja, matamu pasti tidak bisa berkedip saat melihat mereka!"

"Molla. Aku kembali saja!"

Namun Yewon lagi-lagi menahan tanganku.

"Kau mau meninggalkanku? Padahal aku rela keluar kelas karena ingin menyusulmu ke toilet tadi."

"Ah baiklah! Baiklah! Dasar menyebalkan!"

Yewon tersenyum senang karena berhasil memerangkapku untuk mengikuti kegiatannya yang menurutku sama sekali tidak berguna. Melelahkan.

"YAHHHH!" Para mahasiswa itu tiba-tiba bersorak kecewa. Aku hanya menyandar di tembok tanpa mempedulikan apapun yang terjadi di sekitarku.

Namun sedetik kemudian tubuhku terhimpit puluhan orang yang tiba-tiba saja membubarkan diri. Yewon berdiri mematung disebelahku. Kami seperti sedang menunggu kereta yang sedang lewat. Kami menempel di tembok dengan nafas tertahan.

"Hah.." kami berdua menghembuskan nafas lega saat semua orang sudah pergi.

"Kenapa mereka pergi?"

"Ia ditolak. Ayo pergi! Dramanya sudah habis dengan ending yang memalukan."

Yewon menggandeng tanganku lalu kami mulai berjalan ke kelas. Tanpa bertanya lebih lanjut aku mengikutinya. Toh aku memang tidak tertarik dengan adegan pernyataan cinta itu.

"Akh!" Seseorang dari arah belakang tiba-tiba saja menabrak bahuku cukup keras.

"Eoh maaf, maafkan aku! Kau baik-baik saja??"

Deg deg deg deg deg deg deg deg

"SinB-ah gwaenchana?!" Aku mendengar Yewon memanggilku. Aku merasakan tangannya menggoyangkan tubuhku. Namun otakku kosong. Tiba-tiba saja tubuhku tidak bisa bereaksi terhadap apapun. Suara Yewon berubah menjadi sebuah dengungan yang sedikit demi sedikit menghilang.

Dan tepat saat telingaku menjadi tuli, duniaku seakan berhenti. Aku tak bisa mendengar suara Yewon ataupun merasakan kehadirannya di sampingku. Satu-satunya hal yang bisa kulihat adalah seseorang di depanku ini. Ia menatapku dengan bibir yang terus bergerak, tetapi aku tidak bisa mendengar suaranya.

Dia, pria itu.

Ya Tuhan, apa ini?? Siapa dia?

Apa ini nyata? Atau aku benar-benar harus menjadi penyandang status pasien skizofrenia lagi??

Belum sempat aku mendapatkan jawaban semua menjadi gelap.

TBC!

Again and again. Sorry 'cause I can't update quickly.
Next part will be update soon.
See you!
Saranghae readers-nim ❤

Eskey Squad
~Beagle 🐶

Manito ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang