"Abang Bad Boy?" Kanaya mengernyit bingung. "Siapa?" tanya Kanaya semakin bingung.
"Siapa?" ulang Alea. "Sok gak tau lo" Alea menepuk bahu Kanaya pelan. "Siapa lagi kalau bukan, Amour Yolandamara" jawab Alea masih dengan senyum lebarnya.
Kanaya mengeram geregat, rasanya ia ingin mencabik-cabik wajah Alea saat ini juga. "Pokoknya lo harus lepas foto-foto gue di mading" pintah Kanaya berteriak.
Amoura mengerjap. "Kok gue?" Amoura segera di beri tatapan tajam oleh Kanaya. "Oke-oke!" angguk Amoura segera berlari menarik lengan Alea.
Mereka kini berjalan menuju mading kedua yang berada di samping ruang guru, dengan tergesa-gesa. "Anjayyy, siapa biang di balik semua ini?" Amoura berdecak kesal
"Aneh, kalau gue jadi Kanaya gue biarin aja!" Alea bersuara.
Amoura memicingkan matanya, ia menangkap sosok adik kelas yang sedang mengambil gambar ramainya kerumunan di mading.
"Alys?" suara Amoura menggema di koridor.Alys menoleh. "Ada apa kak?" tanya Adik kelas berambut pendek itu.
"Lo tau gak. Siapa yang udah nyebar foto-foto Amour dan Kanaya?" tanya Amoura kini mereka saling terhadapan.
"Gak tau kak, gak ada yang konfirmasi ke Aku. Tiba-tiba viral" Alys menggeleng.
"Emh, gue minta sama anak mading yang lain, lepas foto-foto itu sekarang juga sebelum ada guru-guru yang tau!" pintah Amoura selaku ketua mading.
"Oke" sahut Alys mengacungkan ibu jari.
***
Kanaya berjalan dengan cepat menuju ruang BK, karena foto itu ia harus di panggil oleh Bu Rara.
Kanaya melangkah gontai dan membuka pintu ruangan itu, terlihat Bu Rara sedang duduk dengan sejumlah guru disana. Semangat Kanaya sekarang hilang.
"Assalamualaikum, Bu."
"Wa alaikumsalam"
"Oh Naya, silahkan duduk!" pintah Bu Rara
Kanaya segera mendudukan bokongnya di kursi berhadapan dengan Bu Rara.
Lama Bu Rara mengoceh dan Kanaya masih saja diam dengan sejumlah pikiran yang bergelayut, ia rasa selama satu minggu ia tidak akan sekolah karena, malu.
Kemudian Kanaya keluar dengan tubuh yang tak berdaya lagi, rasanya keceriaannya yang dulu sudah tak ingin bersahabat lagi, di tambah beberapa hari ini ia selalu menangis.
Bulir air mata Kanaya pun bercucuran membasahi pipinya, Kanaya lelah hari ini ia malas kembali ke kelasnya, rasanya rumah jadi tempat ternyaman baginya, tapi jam masih menunjukkan 10.15.
Kanaya berjalan sembari menunduk, ia berniat terus terisak agar semua yang mengganjal di hatinya hilang.
Tiba-tiba pergelangan tangan Kanaya di tahan oleh seseorang yang baru saja melintas.
Kanaya menatap lengan itu tanpa melihat dahulu wajahnya, ia segera memeluk tubuh si pemilik tangan.
"Hiks...hiks...! Ra, gue capek. Siapa sih yang udah pajang foto-foto itu?" ucap Kanaya di sela-sela tangisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMOUR (Sedang Direvisi)
Подростковая литератураSEDANG DI REVISI!! Tambahkan ke perpustakaan dan reading list anda. Jangan lupa baca, voment dan share... Salam Fictionwriter.