Mereka berebut menangkapnya. "Dapet!" teriak Ifan mengangkat tinggi-tinggi kunci itu ke udara, matanya berbinar dengan wajah yang sangat bahagia.
Entah apa yang membuatnya sebahagia ini, apa mungkin ini bolos pertama kali setelah Amour vacum di jalanan?
***
Tak perlu waktu lama untuk mereka sampai di rumah sakit, sudah biasa jika Ifan yang mengendarai semua terkendali...
Ifan memarkirkan mobil hitam itu di deretan mobil lainnya di area parkir rumah sakit mutiara jakarta.
Setelah di rasa sudah pas, barulah mereka keluar satu persatu dari pintu yang sama pastinya dengan gerutuan kesal pada Ifan.
"Kampil! butuh di infus nih. Gue" ujar Arya memegang kedua kepalanya pusing
"Ifan, lo harus tanggung jawab udah dua bulan nih. Mual-mual terus lagi" ucap Sandi dengan manja, sedang Ifan hanya cungar-cengir tak jelas.
"Bisa diem gak? Yang penting nyampe" timpal Ifan melipat kedua lengannya di depan dada dan bersandar di belakang mobil.
Huek...
Huek...
Semuanya menoleh ke arah Reyhan yang kini tengah memuntahkan makanan yang sudah di cerna beberapa menit belakangan ini.
Reyhan membalikkan tubuhnya, lalu mengelap beberapa muntah yang tersisa di bibirnya, mereka menatap sembari bergidik jijik, sedang yang di tatap malah menatap balik dengan tatapan bingung.
"Lo, lo muntah?" tanya Ifan tak percaya
"Udah berapa bulan?"
Plak...
Arya segera menampar Ifan dengan pelan, sementara Ifan hanya terkekeh.
Setelah di rasa tidak terlalu pusing, Amour beranjak dari sana meninggalkan mereka dengan perdebatan bertema hamil.
Amour menyusuri koridor rumah sakit itu dengan santai, langkahnya terhenti ketika melihat Amoura dan seorang wanita paruhbaya bertengkar keluar dari sebuah kamar inap.
"Ma? Mama belum sehat banget"
"Alah, udah. Jangan gangu hidup saya, syukur kamu masih saya anggap anak"
"Ma?" air mata Amoura menetes dengan sendirinya, sedang wanita paruhbaya itu malah pergi meninggalkan Amoura.
Kejadian itu di saksikan oleh semua kawan-kawan Amour, yang berada tepat di belakang Amour. Mereka tercengo melihat kejadian di hadapannya, seperti adegan sinetron.
Amour menoleh ke arah semua kawannya, setelah Amoura berhambur ke pelukannya. "Duluan, kamar 235" ucap Amour, mereka mengangguk dengan mata yang tak lepas dari Amour juga Amoura.
Mereka tahu jika Amour hanya mencintai Kanaya, sudah terlihat dari ke terpurukan Amour ketika Kanaya di nyatakan koma, tapi. Kenapa harus ada Amoura?
Mereka berjalan mundur tak mau melewatkan sedikitpun hal yang terjadi, namun itu tidak berhasil tatapan tajam Amour membuat mereka lari terbirit-birit meninggalkan Amoura dan Amour.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMOUR (Sedang Direvisi)
Fiksi RemajaSEDANG DI REVISI!! Tambahkan ke perpustakaan dan reading list anda. Jangan lupa baca, voment dan share... Salam Fictionwriter.