Amour mengambil ponselnya, lalu menyalakan baterai.
Terlihat gadis yang sedang terduduk menenggelamkan wajahnya di lututnya sembari terisak.
"Kanaya?" panggil Amour
Suara itu tak asing lagi di telinga Kanaya, ia segera mengangkat pandangannya lalu menoleh ke arah Amour, kemudian beranjak dengan jalan yang tertatih-tatih memeluk tubuh atletis Amour dengan erat, tangisnya semakin pecah.
Amour perlahan membalas pelukkan itu, sementara lengan kirinya sibuk mengusap rambut legam Kanaya.
"Gue akan jaga lo" ucap Amour lembut.
"Gue akan selalu ada di saat lo butuh" ucap Amour membuat Kanaya semakin yakin bahwa Amour adalah pahlawannya.
"Gue gak akan biarin lo celaka" ucap Amour terus berjanji, Kanaya mengangguk ia sekarang yakin bahwa Amour akan selalu menjaganya.
"Jangan jauh dari gue!" Amour mengeratkan pelukkan itu.
Nyaman dan tenang, itu yang kini tengah di rasa oleh Kanaya, entah ini hadiah atau hanya kebetulan yang ia dapat dari yang maha kuasa.
"Pulang!" ajak Amour melepaskan pelukkan itu.
Kanaya menggegam erat tangan Amour. "Awh!" Kanaya meringis, kakinya terasa nyeri sekali.
"Kenapa? Ada yang luka?" tanya Amour.
"Kaki gue terkilir" jawab Kanaya sembari menahan sakit.
Tanpa di duga Amour segera mengangkat tubuh Kanaya dan berjalan menuju tenda.
"Jangan pergi sendiri!" seru Amour pada Kanaya
Kanaya mengangguk. "Gue takut, dia itu serem banget! Pake topi hitam dan semuanya serba hitam sambil bawa-bawa balok dan ngejar gue!" jelas Kanaya
Hening...
Amour terus berkutat, ia masih bingung kenapa orang itu mengincar Kanaya? Kenapa kejadian ini terjadi bersamaan ketika rencana balas dendamnya?
Amour menggelengkan kepalanya, ia berusaha untuk tidak memikirkan jika Kanaya adalah orang yang Lery targetkan.
"Kenapa?" tanya Kanaya
Amour menggeleng
Dan ia tidak tahu siapa adik dari musuh besarnya itu, Amour hanya mengandalkan anak buahnya saja untuk membalaskan dendamnya.
Kanaya terus memandangi wajah Amour. "Manis!" umpat Kanaya
Amour menoleh ke arah Kanaya, baru saja ia berbicara manis, tapi untuk siapa?
"Manis?" tanya Amour mengerutkan keningnya
"Emh, nggak kok" Kanaya gelagapan wajahnya merah merona
"Jangan bohong, gue tau lo liatin gue dari tadi!" ujar Amour mengulum senyumnya
Detak jantung Kanaya terus berdegup kencang, rasanya ia ingin berteriak sekarang juga.
"Nay?" panggil Amour tersenyum lebar
"Apa?" sahut Kanaya matanya tertuju pada bibir Amour yang mengembangkan senyum yang lebar, ini kali pertama Kanaya melihat Amour sangat bahagia.
"Pipi lo merah!" ujar Amour lesung pipinya semakin membentuk.
Kanaya menangkup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. "Apaan sih!"
***
"Naya? Ya amboon akhirnya ketemu juga!" jerit Alea lebay"Huh romantis amat!" celetuk Ifan, kini mereka sedang berada di tenda Amour.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMOUR (Sedang Direvisi)
Teen FictionSEDANG DI REVISI!! Tambahkan ke perpustakaan dan reading list anda. Jangan lupa baca, voment dan share... Salam Fictionwriter.