Bel pulang sudah berbunyi lima menit yang lalu, Kanaya belum juga beranjak dari duduknya sembari memainkan ponselnya.
"Kanaya. Sampai kapan mau duduk di situ?" tanya Alea dengan kesal
"Sabar!" sahut Kanaya santai
"Dari tadi sabar-sabar! Gak capek apa main hp mulu!" timpal Niken sudah lelah
"Duh kalian bisa sabar gak sih?" tanya Kanaya kesal
"Heh, Nay. Kalo kita-kita gak minep rumah lo, udah gue tinggal lo" bilang Amoura "Amour noh" lanjutnya setelah maniknya melihat Amour datang.
"Persetan, dan mana mungkin Amour kesini!" ucap Kanaya masih fokus pada layar ponselnya
Brak...
Amour membanting absen di atas meja Kanaya, Kanaya terperanjat ia menatap absen seluruh kelas XII itu lalu beralih pada seseorang yang sedang berdiri di hadapannya dengan wajah dinginnya.
"Apa?" tanya Kanaya mengerutkan keningnya
"Rendra gak bisa ikut, Bu Aisy suruh gue sama lo, atur semua!" jelas Amour membuat Kanaya tercengo ini mungkin kalimat panjang bagi Amour.
"Pulang!" instruksi itu lagi-lagi membuat Kanaya bingung.
"Yaudah sana pulang!" sahut Kanaya acuh, lalu kembali fokus pada ponselnya.
"Lo sendiri" ucap Amour datar
Dia bertanya atau apa? Kanaya bingung kenapa manusia ini menyulitkannya?
Kanaya meliarkan pandangannya ia tak menemui teman-temannya.
Ketika Amour datang, mereka sudah pulang terlebih dahulu.
"Hah? Kemana mereka?" batin Kanaya
Kanaya dengan tergesa-gesa memasukkan semua buku-bukunya ke tasnya, lalu menyusul langkah Amour.
"Lo cepat banget sih jalan?" tanya Kanaya sembari menyimpan ponselnya di saku bajunya.
"Lo lambat!" ujar Amour dingin
"Enak aja, emang gue siput apa lambat?" tampik Kanaya tak terima
"Gak beda jauh!"
Kanaya meremas tangannya ia sangat tidak suka jika di samakan dengan hewan berlendir itu.
"Lo kayak tikus!" celetuk Kanaya membuat Amour memberhentikan langkahnya lalu menatap Kanaya tajam.
Kanaya menggigit bibir bawahnya, apa Amour marah? Tatapannya tajam sekali! Kanaya menggelengkan kepalanya menepis semua tanda tanya itu.
"Kenapa? Marah?" tanya Kanaya sewot
Terlihat jelas guratan di kening Amour, kenapa dia yang marah? Aneh.
Kanaya melenggang pergi sembari menyerocos tak jelas di sana.
Amour menggeleng-gelengkan kepala, lalu kembali melangkah.
***
Di sini Amour, balkon kamarnya.
Sedang bersandar di sofa matanya menatap lekat langit gelap bertabur bintang itu, bintang itu mengingatkannya pada seseorang yang dulu pernah memiliki hatinya seutuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMOUR (Sedang Direvisi)
Teen FictionSEDANG DI REVISI!! Tambahkan ke perpustakaan dan reading list anda. Jangan lupa baca, voment dan share... Salam Fictionwriter.