🍁~ Tak bergeming

161 14 0
                                    

Tepat jam 12.00 malam, Amour mengunjungi rumah sakit dimana Kanaya di rawat.

Ia mengendap-endap menyusuri koridor, takut jika ada yang mengenalinya.

Kepalanya menoleh ke kanan dan kiri, lalu memasuki kamar inap Kanaya, masih sama tak ada yang berubah, mulai dari Kanaya yang belum juga sadar dari koma-nya, dan suara pendeteksi jantung yang terus mengeluarkan bunyi.

Amour berhenti sejanak menatap Kanaya dari jauh. "Maaf, Nay. Gue belum bisa datang secara terang-terangan." batin Amour.

Seperti biasa Amour duduk di samping tempat tidur Kanaya, berbicara tanpa berharap mendapat balasan atau apapun, namun Amour tak pernah lelah akan itu.

"Lo, masih simpen kalung liontin dari gue'kan?" tanya Amour, kesal sadari tadi tak ada sahutan sama sekali, lalu Amour menekan pelan pipi Kanaya. "Iya, aku masih simpen" ucap Amour bercirikhas suara perempuan.

"Gue sayang lo" ucap Amour, lalu mengecup kening Kanaya, sedang yang di kecup tak bergeming.

Di rasa sudah cukup Amour mengobati rasa rindunya, ia pun kembali beranjak dari sana.

Setelah ia menutup daun pintu itu, matanya menajam ketika melihat seorang perawat yang sedang berdiri di sampingnya, sembari menyengir.

"Ngapain lo di sini?" tanya Amour dingin, perawat itu tetap menyengir.

"Enak ya, jadi gadis itu. Punya pacar yang tampan dan amat penyayang, unch sempurna" ucap perawat itu, mencolek dagu Amour, sementara Amour malah semakin marah.

"Eits, jangan marah-marah, gue laporin sama Mas Haikal, baru tau rasa. Lo" Ancam perawat itu, sedang Amour kini mengerutkan keningnya. Kenapa perawat ini tahu?

"Ya, lo pasti mikir gue bisa tau'kan? 'Kan 'kan" sambar perawat itu.

"Sesuatu. Gue juga tahu lo sering datang ke sini setiap jam dua belas malem, dan sebelum pergi selalu kasih kecupan manis untuk gadis yang ada di dalam itu, dan satu lagi gue liat lo sama Haikal berantem di sini, sampe Haikal ngelarang lo untuk nemuin adik tercintanya" ucap perawat itu.

"Kenapa lo bisa tau?" tanya Amour dingin.

Perawat itu menyengir. "Gue tau, karena gue ngeliat" jawab perawat itu, menyebalkan.

"Eh, satu lagi gue ingetin pertahankan gadis manis itu, jangan nakal sama cewek-cewek di luaran sana" pesan perawat itu, lalu melengos, sejenak ia membalikkan tubuhnya kembali. "Gue gak akan bocorin ke siapapun" katanya sudah jauh.

Amour mendengus, kurang ajar. Perawat itu tidak sopan mengintip apa yang di lakukannya bersama Kanaya.

Amour kembali melangkah, meninggalkan rumah sakit itu.

***

Amoura berjalan tanpa semangat yang ia gaet pagi ini, di tambah foto yang geger di dunia maya, tentang sang Mama bersama lelaki lain.

Jelas itu sangat memicu semangat Amoura, ketenangan dan kenyamanan ia sebagai anaknya, di pikirannya sekarang 'Topik pembicaraan hari ini adalah tentang Mama.'

Tapi gadis berumur tujuh belas tahun ini percaya jika itu bukan sang Mama, melainkan wanita lain. Sejak kemarin Lili belum juga pulang, membuat anak bungsunya ini harus menunda segudang pertanyaan terkait foto-foto yang mengguncang dunia maya.

AMOUR (Sedang Direvisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang