🍁~ Ketidaktahuan

156 19 0
                                    

"Ikhlas? Apa gue gak salah denger? Keluarga kita hancur karena orang tua dia! Dan kita pisah karena mereka juga. Asal lo tau dendam ini akan berlanjut sampai gue puas ngeliat mereka menderita" Lelaki itu sangat bertolak belakang sekali dengan gadis manis itu.

"Bang. Ini udah takdir!" Amoura sejenak berhenti "Lo gak bisa maksain semua ini. Sebenarnya mau lo, apa?" tanya Amoura membentak dengan suara bergetar.

"Takdir? Lo percaya ini takdir? Ini bukan takdir, tapi kehancuran karena ulah manusia bejad. Itu!" Lelaki itu meninggikan suaranya.

"Terserah, gue gak mau ikuti cara licik lo!" ucap Amoura berlari keluar dari gedung tua itu. Ia terus menangis. Setengah karena Lelaki itu terus memaksanya dan setengahnya ia sangat rindu pada keluarga kecilnya.

Sudah empat tahun ini, Amoura tidak merasakan kasih sayang dan perhatian dari orang tuanya, keluarganya kini hancur.

Entah apa yang ada di pikiran mereka, sehingga harus menempuh perpisahan, jika saja waktu bisa di ulang, Amoura pasti akan mengulangnya dan akan memperbaiki keluarganya, dan mungkin hari ini dan seterusnya dia tidak akan merasakan kesepian dan juga paksaan dari sang Abang.

Takdir berkata lain, semua harus hidup mandiri, dan sendiri. Hanya uang yang mereka pentingkan, entah lupa atau apa, hingga mereka lupa akan tugas mereka sebagai orang tua.

Senyum, canda, tawa, gerutu, semua itu sekarang tidak ada, hanya ada kesepian yang ia punya.

Bruk...

Tubuh Amoura terjatuh, kepalanya terus menunduk, ia sedang menyembunyikan kesedihannya.

Tak lama lengan seseorang terulur di hadapan Amoura, membuat Amoura bingung.

"Bangun" pintah lelaki itu

Amoura menghapus air matanya, lalu menatap sejenak uluran tangan itu, sedang pemilik tangan masih sabar menunggu gadis itu memegang lengannya dan bangkit.

Lelaki itu mengukir senyum tipis, ketika gadis itu bangkit dengan sedikit bantuan lengannya.

"Maaf, gue tadi gak liat-liat!" ucap Amoura, kepalanya masih menunduk tak berani menatap wajah Lelaki di hadapannya.

Lelaki itu mengerutkan keningnya, ketika melihat wajah gadis itu sembab. "Lo kenapa?" tanya Lelaki itu

"Bukan urusan, lo. Gue pamit" Amoura berlari ia segera memasuki mobil putihnya, yang terparkir di area parkir kafe Orion. 

Lelaki itu masih memandang kepergian Amoura, ia sangat penasaran sepertinya gadis itu baru saja bertengkar.

Lelaki itu menggeleng, kenapa ia menjadi penasaran begini dengan urusan orang? Kemudian ia melangkah dengan sedikit berlari, hari ini ia sudah mengatur janji dengan Kanaya.

Bukan Amour yang meminta, namun Kanaya. Katanya hari ini ia sendiri di rumah.

Amour berhenti, matanya menatap gadis dengan rambut legam yang di biarkan terurai, kini ia sedang tertawa renyah bersama kawan-kawannya dan juga kawan-kawan Amour.

Amour pikir, Kanaya akan datang sendiri dan Amour akan leluasa menikmati senyum dan canda tawa dari Kanaya, namun itu hanya angannya.

AMOUR (Sedang Direvisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang