Sanaya, gadis ceria dan juga ramah...
Ia kini sedang berusaha menemui Rendra di tempat biasanya, taman belakang yang jarang sekali di datangi oleh siapapun.Senyumnya mengembang, setelah ia mendapatkan Rendra sedang duduk sembari sibuk dengan buku matematikanya...
"Dra? Sibuk gak?" tanya Sanaya hati-hati
Rendra menoleh, gadis itu sudah duduk persis di sampingnya. "Nggak, mau apa?" tanya Rendra sarkastik
"Papa baru gue, ngizinin lo. Untuk tinggal sementara di rumah gue" jelas Sanaya menyimpan lengannya di atas lututnya, entah kenapa Sanaya merasa canggung ketika berbicara dengan Rendra.
"Oh, makasih ya" jawab Rendra senyumnya terukir tipis.
"Dra? Lo kenapa sih akhir-akhir ini sering menyendiri? Dan menjauh dari kita-kita?" tanya Sanaya, alih-alih menjawab Rendra malah beranjak dari duduknya meninggalkan Sanaya dengan rasa penasarannya.
"Dra? Kok malah pergi? Lo jadikan tinggal di rumah gue?" tanya Sanaya sedikit berteriak, sedang yang ditanya hanya mengangguk.
"Rendra, selalu aja begitu" batin Sanaya menggerutu.
Tak mau berlama-lama di tempat yang mencekam itu, Sanaya segera beranjak menuju aula, ia ada janji dengan bu Sona untuk acara perpisahan.
***
"Dra? ayo masuk. Jangan malu-malu" ajak gadis bernama Sanaya itu, dia terus menarik lengan kanan Rendra.
"Sabar, gue mau ketemu sama Papa lo" timpal Rendra ia menahan dirinya di depan gerbang rumah Sanaya.
Sanaya mendengus. "Untuk apa? Lo mau nunggu Papa gue? Dia pulang malem" ucap Sanaya.
Rendra memutuskan untuk mengikuti sahabatnya, ia meliarkan pandangannya menatap setiap sudut rumah gadis mungil itu...
Matanya terfokus pada sebuah album foto yang bertengger manis di dalam lemari besar, terdapat seorang lelaki yang berfoto bersama Sanaya juga sang Mama seraya melempar tawa ke arah kamera. Sepertinya hidupnya selalu bahagia.
"Hey? Ngapain?" suara itu mengejutkan Rendra, ia menoleh mendapati Sanaya sedang membawa air minum berwarna.
"Oh, ini Papa kamu?" tanya Rendra.
"Ooh, iya itu Papa kandung aku" jawab Sanaya sembari memperhatikan beberapa album foto di lemari itu
"Eh-eh, lo masih inget gak. Foto ini?" Sanaya menunjuk foto ketika mereka masih SD, lucu.
"Inget, ini lo 'kan? sehabis di foto lo nangis, gara-gara eskrim yang lo tinggal di kursi mencair" Rendra bercerita setelahnya mereka tergelak, sungguh itu masa dimana semuanya terasa mudah, tanpa beban.
"Ah, gue kangen masa-masa esdeh. Masa di mana gue merasa lengkap, mulai dari keluarga, dan lain-lain" ujar Rendra, Sanaya mengusap lengan Rendra pelan.
"Sabar ya" ucapnya pelan.
Tok...Tok...tok...
"Bi, bukain pintu" Sanaya berteriak.
"Sanaya?" suara itu, membuat Sanaya menoleh dengan semangat. "Papa? Katanya pulang malem" sapa Sanaya girang.
Rendra membalikkan tubuhnya, suara lelaki itu tak asing di telinganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMOUR (Sedang Direvisi)
Teen FictionSEDANG DI REVISI!! Tambahkan ke perpustakaan dan reading list anda. Jangan lupa baca, voment dan share... Salam Fictionwriter.