🍁~ Dia lagi

141 16 0
                                    

"Nggak! Maaf ya" ucap Amour dengan lembut, seketika kobaran api di hati Kanaya padam begitu saja, ketika suara lembut Amour terdengar.

"Dasar kucing!" cerca Amour, lalu melanjutkan perjalanan menuju rumahnya.

Motor berwarna merah berpadu dengan hitam itu, kini sudah memasuki kompleks rumah Amour, dengan kecepatan rata-rata.

Amour memarkirkan motornya di halaman rumahnya, lalu segera melepas helmnya, kemudian berlanjut melangkah memasuki rumahnya, tanpa menghiraukan gadis yang kini sedang berkutat dengan helmnya.

Kepala Amour mendongak ke belakang, melihat Kanaya hanya terdiam dengan helm yang masih terpakai.

"Masuk" pintah Amour datar, sedang yang di perintah hanya diam.

Amour mendengus kesal, gadis aneh melepas helm saja tidak kuasa! Lengan Amour terulur melepaskan helm dari kepala Kanaya, Bukan main wajah Kanaya sangat lucu, ketika ia sedang merajuk di tambah jendol yang ada di kepalanya.

Mata Kanaya mendelik, ketika merasakan luka di keningnya baru saja di sentuh oleh Amour, catatan dengan kasar.

"Pingsan nih, sakit anjir" Kanaya memukul atas lengan Amour kuat, hm perih, panas, dan banyak lagi rasanya jika pukulan wanita.

Amour mengusap lengan atasnya, seraya mengaduh dan tertawa. "Bukannya pake helm? Kok bisa gini?" kening Amour berkerut-kerut, sedang yang di tanya hanya cengengesan tak jelas.

"Dasar bego!" lagi-lagi Amour menyentuh lebam itu, kemudian berlari memasuki rumahnya, pastinya dengan tawa yang pecah, membuat Kanaya murka, lalu menyusul Amour yang sudah meninggalkannya di luar.

"Ma? Mama?" panggil Amour sedikit berteriak

"Mama, lo. Mana?" tanya Kanaya di belakang Amour, Amour menoleh lalu mengangkat bahunya acuh.

"Abang??" suara itu sontak membuat Amour terkejut, namun beberapa kerutan di kening Amour jelas menandakan ia sedang merasa bingung

Tak ada yang menyangka jika Ranya akan kembali, Ranya berhambur memeluk Amour, sedang yang di peluk hanya diam, ia masih belum percaya jika Ranya akan kembali seceria ini, sebahagia ini.

"Lho? Kok! Abang gak kangen sama Ranya?" tanya Ranya melepas pelukan itu, senyumnya memudar lalu menatap gadis yang tengah berada di belakang Amour.

Berdesir rasa kecewa dalam hati seorang Ranya, entah apa yang membuat Amour terdiam seperti patung, kaki Ranya melangkah menjauh dari kedua remaja itu.

Namun menit berikutnya, Amour segera memeluk Ranya dari belakang, demi apapun ini sangat membuat Ranya bahagia sekaligus terharu...

"Abang, kangen" ucap Amour lembut, Ranya. Hanya tersenyum lebar mulutnya sulit mengucap saat seperti ini, karena bahagia teramat sangat.

"Aa-b-ang?" panggil Ranya gagu, Amour masih diam, masih menikmati pertemuan yang sangat di tunggu-tunggu olehnya.

"Abang? Udah, badan lo bau" celetuk Ranya, dan Amour hanya menyengir kuda.

"Emang ya, dari dulu sampai sekarang bawel lo gak ilang" Amour mangacak puncak kepala Ranya, yang menyunggingkan senyum dengan mata berbinar.

AMOUR (Sedang Direvisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang