"Lo, kenapa? Ada yang nyakitin?" tanya Amour, sedang yang di tanya malah kembali berlinang. Gadis ini jarang sekali di tanya perihal itu, jangankan di tanya apa yang tengah terjadi, di sapa saja jarang oleh anggota keluarganya.
"Kok nangis lagi? Gue salah ngomong" seru Amour.
Amoura menoleh ke arah Amour, lalu menggeleng, untuk saat ini ia belum bisa bercerita apa-apa pada lelaki di sampingnya.
"Gue ngerti, ayo pulang." ajak Amour sudah di posisi berdiri membelakangi Amoura sembari mengulurkan tangannya ke belakang.
Amoura masih diam tak bergerak sedikitpun, kepalanya masih menunduk tak melihat uluran tangan itu.
Amour membalikkan tubuhnya, melihat Amoura masih duduk dengan pikiran yang kosong. "Ayo, tunggu apa lagi?" tanya Amour
Amoura mengangkat kepalanya, untuk saat ini ia tidak ingin kembali ke rumah, apalagi menemui sang Mama di rumah sakit, yang ia inginkan pergi ke suatu tempat yang akan membuatnya melupakan segalanya. "Buat apa? Buat masuk kedalam masalah yang gak pernah berhenti?" tanya Amoura dengan mata yang berair, Amour mengernyit. Ajakannya malah semakin menambah kesedihan pada Amoura.
"Owh, sori. Terus lo mau kerumah sakit?" tanya Amour bingung, Amoura beranjak dari duduknya, lalu menatap tajam Amour. "Untuk saat ini gue gak mau kerumah sakit, apalagi pulang. Di sana gue hanya jadi patung hidup tau gak?" bentak Amoura sedang Amour hanya diam mulutnya terasa berat berbicara. Baru kali ini ada gadis yang berani membentak dirinya.
"Owh, maaf gue salah lagi" ujar Amour menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
Amoura memalingkan wajahnya, apa yang baru saja ia lakukan? Memalukan. "Maaf, gue udah bentak-bentak lo" ucap Amoura, lalu mengusap wajahnya gusar, masalahnya cukup besar untuk di selesai dengan curhat, masalahnya terlalu lama untuk di selesaikan.
"Iya, gue ngerti" angguk Amour paham.
"Terus lo mau kemana?" lanjut Amour hati-hati.
"Tinggalin gue di sini, sendiri_"
"Tapi, lo kan cewek, gak boleh sendirian di tempat sepi kayak_" sambar Amour cepat
"Tinggalin gue di sini" ucap Amoura penuh penekanan.
"Mora?"
"Gue butuh sendiri, Mor. Untuk saat ini lo mending lo pergi" bilang Amoura mengusir Amour.
Tak mau berdebat, Amour segera meninggalkan Amoura seorang diri di taman yang sudah amat sepi ini.
Sebelum Amour benar-benar pergi, ia memastikan kembali apakah Amoura baik-baik saja, di lihatnya wajah gadis itu, mata sembab yang menatap tajam ke arahnya. "Pergi" ucap Amoura dengan nada yang tak bersahabat.
Amour pun pergi dari tempat itu, ia tidak bisa meninggalkan seorang wanita sendirian di sana, tapi. Mau bagaimana lagi? Amoura adalah gadis yang keras kepala.
***
Sore ini, hujan sangat lebat di sertai gemuruh petir menggelegar. Terlihat Amoura, gadis manis itu tengah berhujan di kursi panjang.
Ia sedang menangis, sejak di tinggal oleh Amour pagi tadi hatinya tidak kunjung membaik, ia tak menghiraukan tetes demi tetes hujan yang menguyur dirinya...
KAMU SEDANG MEMBACA
AMOUR (Sedang Direvisi)
Teen FictionSEDANG DI REVISI!! Tambahkan ke perpustakaan dan reading list anda. Jangan lupa baca, voment dan share... Salam Fictionwriter.