BAB 8 - Tutup Mulut

2.4K 134 3
                                    

Hari ini diawali dengan sambutan pagi cerah oleh Bogor. Udara sejuk, embun, hawa yang selalu dingin, dan suara riang kicauan burung menemani pagi cerah ini yang di isi dengan kegiatan senam bersama.

"Kakkk...! Request senam gufamire dong...." teriak Yeyen yang ada disebelah gue.

"Jangan kak.. Senam goyang pinguin aja kak....!" teriak anak kwarcab sebelah.

Sound lagu untuk senam tiba-tiba berganti lagu yang awalnya lagu senam irama berubah menjadi lagu senam gufamire.

"Ye......" sorak Yeyen senang.

"Yen, jangan teriak-teriak gitu ah, malu sama yang lain." kesal gue. Kadang dia ini emang kekanak-kanakan.

Kali ini si instruktur senam, kak Dion, "Kita senam gufamire dulu biar seru, entar baru lanjut senam goyang pinguin." seru kak Dion.

Kayaknya kak Dion ini multitalent banget, nge-MC? Doi bisa. Instruktur senam? Apa lagi!

"Putar ke kiri hey! Nona manis putarlah ke kiri, ke kiri, ke kiri dan ke kiri, ke kiri manise..." semuanya senam dengan bernyanyi.

Si 7 pangeran ganteng pun dengan nggak jaimnya ngelakuin senam gufamire. Apalagi waktu bagian lirik "Nona manis putarlah ke kiri, ke kiri, ke kiri dan ke kiri, ke kiri manise..." mereka berputar ke kiri dengan saling menyenggolkan pantat mereka satu sama lain yang bikin perhatian peserta perempuan hampir semua mengalih pada mereka.

"Ini nih yang gue suka, ganteng dan nggak jaim!"celetuk anak kwarcab sebelah.

Sedangkan gue, gue malah senam dengan malas-malasan. Gue emang nggak suka sesuatu yang berhubungan dengan olahraga, bikin gue makin kurus.

"Woi kerempeng! Senam yang bener!" si Candra yang ada dibarisan depan bersama 7 pangeran lainnya berteriak ke arah gue, yang gue bales dengan mendelikkan mata.

"Siapa yang kerempeng Ndra?" tanya Reynaldi yang ada di sebelah Candra lalu ikut menoleh ke arah pandang Candra, ke arah gue. "Halah kerempeng gitu juga pacar lo sat!"

Apa si Reynaldi bilang? Pacar? Pada percaya aja mereka sama yang semalem.

"Keyla, kamu kalo senam yang bener atuh. Yang semangat." menyadari Candra dan Reynaldi lagi ngomongin gue, kak Yogi ikut menoleh ke arah gue memberi semangat gue yang masih senam dengan malas-malasan.

Karena gue males dengan situasi ini, gue pun pergi ke kamar mandi mau pipis sebentar. Setelah gue pipis, gue keluar bilik kamar mandi lalu bercermin bentar. Dan waktu gue lagi asik-asik ngaca, gue denger suara cewek nangis terisak di bilik kamar mandi sebelah. Dan gue agak merinding.

Setan? Nggak mungkin, mana ada setan pagi-pagi gini.

Tapi siapa juga yang nangis pagi-pagi gini.

Gue pun mendekat ke pintu bilik kamar mandi itu, "Permisi, siapa di dalem?" tanya gue sopan.

"Enyah lo dari sini!" sahut cewek di dalem.

Buset, galak amat.

"Gue nggak tau masalah lo apa sampe lo nangis pagi-pagi gini di kamar mandi. Lo harus tegar, lo nggak usah ngerasa lo itu orang yang paling menderita gara-gara masalah lo itu. Masih banyak orang yang punya masalah lebih berat dari lo tapi orang-orang itu tetep tegar dan nggak ngabisin waktunya cuma buat nangis di kamar mandi."

Dia hanya diam denger nasehat gue. Isakannya mulai mereda.

"Nggak usah sok tau lo sama masalah gue."

"Gue kan udah bilang kalo gue nggak tau masalah lo itu apa. Yang pasti kalo lo tetep ngabisin waktu lo dengan sia-sia kayak gini. Lo lemah, lo payah!" dan gue pun pergi ninggalin cewek misterius itu. Dan saat gue sampe di pintu keluar kamar mandi, gue bertabrakan sama seseorang.

Bukan Cinta Sepatok TendaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang