BAB 20 - Gue Juga Benci

2.4K 114 0
                                    

"Game kali ini agak menguras tenaga nih adik-adik! Perwakilan kwarcab 10 orang, sisanya bisa menjadi suporter dan nanti masing-masing kwarcab saya beri 1 satu banner buat alas berukuran 1x1 meter. Nanti gimana caranya kalian membalik sisi banner ini dengan 10 orang diatas banner. Kalian bisa saling gendong atau gimana terserah kalian yang penting banner ini sisinya bisa terbalik dan saya akan beri kalian waktu 2 menit. Jika kalian berhasil maka kalian akan mendapatkan reward dari kita. Oh iya, untuk suporter terbaik nanti juga akan ada rewardnya. Ada yang ditanyakan?" kakak panitia berwajah cantik ini menjelaskan games yang ada di pos binaannya. Sementara gue dan yang lain duduk-duduk di lantai aula yang digunakan untuk games di pos 4.

"Kalau tidak ada pertanyaan kalian bisa memilih perwakilannya sekarang. Kakak tunggu."

Setelah mengatakan itu, semuanya pada ribet milih perwakilan buat games ini, dan gue malah ngobrol dan bercanda bareng temen-temen gue.

"Yang gendong yang gendut aja, terus yang digendong yang kurus-kurus aja."

"Cewek aja yang digendong, nanti yang lain ngegendong, sisanya suporter."

"Yogi aja yang gendong, tangguh nih dia!"

"Sembarangan lo, gue bisanya gendong yang kurus-kurus."

"Lah anjir sumpah lo Bu Ana marah gara-gara gituan doang?"

"Iya, coba aja lo jadi guru terus murid lo pada ngga mau pelajaran di masjid, padahal murid lo sendiri yang minta pelajaran di masjid eh udah ditungguin di masjid malah nggak ada yang dateng."

"Wajar sih kalo Bu Ana marah."

"Kita kan udah minta maaf tuh, katanya dia mau maafin kalo waktu ada pelajaran dia, harus ada yang ngejemput di kantor guru, entah ketua kelas atau siapa aja, terus juga pas mapel dia cewek sama cowok deretan bangkunya harus beda."

"Ribet nih jadinya."

"Gue suporter aja deh."

"Gue juga suporter aja, capek gendongin orang."

"Sudah!"

Ya, kak Jaya teriak dengan tegas dan kita yang pada asik ngomong sendiri langsung diem seketika.

"Kalian ini kok malah ambil keputusan sendiri? Segala sesuatunya harus dirundingkan." kata kak Rafi setelah semuanya diam.

"Itu tadi siapa yang usul yang kurus aja yang digendong?" bang Eza juga ikutan andil mengorganisir situasi.

"Oh tadi ada yang usul gitu? Yaudah yang merasa kurus tapi buat cewek aja nih, kalian jadi perwakilan di games ini, 3 orang ya, sisanya bisa jadi suporter dan minggir ke sisi kiri dulu." suruh kak Rafi. Gue, Yeyen, Tika, dan Dewi dan cewek yang lainnya menyingkir ke sisi kiri, dan yang menetap hanya anggota kwarcab gue cewek yang kurus dari sekolah lain.

"Loh itu Keyla kenapa kok ikutan jadi suporter? Kan kamu kurus, ayo sini balik lagi." kata bang Eza tiba-tiba.

"Loh kok saya sih kak? Saya jadi suporter aja." kata gue sopan, nggak mungkin juga dong gue panggil dia "bang"?

"Bener kata kak Reza, kamu balik aja disini, lihat temen-temen kamu yang lain pada jadi suporter, kamu kurusan gitu masa ga mau jadi perwakilan?" nasehat kak Rafi.

Dan gue nyerah, percuma juga ngebantah. Tapi gue juga nggak mau jadi perwakilan, apalagi digendong.

"Ini yang perempuan berhubung cuman 2 orang yang bersedia, jadi 8 orang buat perwakilan cowok, yang mau bisa merapat sama yang cewek. Ayo cepet!"

Dan gue lihat Cacan juga ikutan, kak Yogi, kak Fadil, kak Jaya, Andre, Reynaldi juga ikutan dan 2 cowok sisanya gue nggak kenal.

Setelah itu kita merapat, "Kita siapin strateginya gini aja, Keyla sama siapa nama kamu?"

Bukan Cinta Sepatok TendaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang