part 2

308 106 5
                                    

SEBUAH PENGERTIAN
Pagi - Selasa 6 Pebruari 2018

"Kenapa siih Lang kamu tidak tahu perasaaku."
"Tega kamu Lang.... "
"Aku manggilmu.... karena aku benar-benar ingin kamu ada di dekatku saat aku dalam kondisi seperti ini. "
"Aku ingin kamu....... tahu bahwa.... "
Bibib tak sanggup melanjutkan kata-katanya
Tangisnya akhirnya pecah. Tubuhnya lunglai seperti kehilangan tenaga. Kakinya kian tidak dapat menopang tubuhnya yang semakin ringkih. Ia terhempas duduk berlutut. Bibib semakin tidak sanggup menahan perasaannya. Ia terguncang dalam kepedihan yang amat perih.

Sementara Elang hanya bisa berdiri mematung di sampingnya. Tanpa kata sama sekali. Ia pun sesungguhnya larut dalam kesedihan yang mendalam. Ada banyak slide yang berkeliaran di otaknya. Terasa gamang..., sebab ia sesungguhnya sangat paham dengan keadaan Bibib. Tapi apa yang mesti ia perbuat?! Selalu seperti itu.

"Puas kamu Lang...?!"
"Puas kamu melihat aku kayak begini?!
Suara Bibib kian menyayat pendengaran Elang. Namun Elang tetap tak dapat mengungkap kata sedikitpun.

"Kenapa Lang....?!"
"Kenapa.......?!"
Mendengar pertanyaan Bibib..., hati Elang kian terluka. Entah sudah berapa kali ia menyaksikan Bibib seperti ini. Bergelut dengan rasanya sendiri tanpa bisa melakukan sesuatu buat sahabatnya ini.

"Lang.... aku hanya meminta sedikit dari kamu... hanya sedikit."
"Hanya pengertian Lang."
Suara Bibib kian terdengar menyayat.

"Aku mengerti Bib." Akhirnya keluar juga satu dua kata dari mulut Elang
"Hanya saja..... " Kalimat elang terhenti sejenak.
"Hanya saja apa Lang.... Apa.... ?!"
"Apa Lang.... ?!" Tangis Bibib kian tak terkendali. Elang semakin bingung..., tak tidak tahu harus mengucap apa ke Bibib.

"Berhenti Bib...!!! "
Tiba-tiba dengan nada tinggi... Elang meminta Bibib untuk berhenti bertanya. Badan Elang gemetar. Seperti ada yang ia tahan. Guratan kepedihan nampak terlukis nyata di wajahnya. Ada kalimat yang tak sanggup ia ungkap di hadapan Bibib. Sebab ia tahu...., Bibib pasti akan semakin hancur bila hal itu ia katakan.

"Maafkan aku ya Bib.... "
Elang lalu duduk terkulai di dekat Bibib. Ia duduk sambil memunggungi sahabatnya itu. Sejenak hening. Tak ada kata yang terucap diantara mereka. Sesekali, hanya isak tangis Bibib yang terdengar samar.
Hati Elang kian meradang.... kian terluka.

"Bib...., sekali lagi maafkan aku ya.""
"Dan... jika kamu mau..., pukul saja badanku ini. Caci maki saja aku. Lukai pisikku."
"Sedikitpun aku tidak akan keberatan... selama itu bisa membuat hati kamu lega."

Elang kemudian mencoba beranjak dari tempatnya, ia lalu duduk menghadap ke Bibib.
Ia mencoba meredam kesedihan Bibib dengan mencoba merapikan rambut sahabatnya itu, yang dari tadi nampak acak-acakan.

"Aku selalu percaya kamu Lang." Suara Bibib terdengar memecah kesunyian.
"Tapi... saat aku butuh kamu.. .. bukannya kamu menemani aku..., tapi malah sengaja menjauh."
"Tega kamu Lang..."
Sisa-sisa kesedihan masih nampak di wajah Bibib. Ada lelah yang tak bisa ia sembunyikan dari mata Elang.
Menyaksikan semua itu.... Elang tak kuasa menahan perasaan

"Kamu ke mana saja... sehingga kamu lupa menengok ke belakang Lang. "
Guratan luka dalam suara Bibib semakin menggoreskan perih di hati Elang. Tidak kuat dengan semua itu, Elang akhirnya kembali bersuara.

"Dengar aku Bib...."
'Andai saja apa yang kamu alami itu, wujudnya seperti rantai tembaga yang amat panas, maka cukup aku yang memakainya... Dan tidak perlu kamu Bib. Sebab kamu terlalu baik untuk untuk bersentuhan dengan benda panas seperti itu.

"Namun faktanya tidak Bib. Alam lebih memilih kamu untuk diikutkan dalam sebuah seleksi.
Soal kamu sanggup atau tidak sanggup melewati seleksi alam...., maka semuanya tergantung pada kekuatan dan ketahanan kamu hari ini."
Elang mencoba memberi pemahaman kepada Bibib, yang perlahan sudah bisa menguasai diri.

"Semua tergantung pada kamu Bib. Terus bertahan dalam seleksi alam... atau bermutasi seperti gen. Itu adalah dua pilihan. Dan kamu boleh memilih salah satunya. Camkan sekali lagi... alam lebih memilih kamu dan bukan aku." Suara Elang nampak tenang dan tegas.

Sesaat kemudian, Elang menarik tangan Bibib... menggenggamnya kuat... seolah ingin mengalirkan kekutan padanya. Sambil ia membisikkan kalimat dengan manis di telinga Bibib.

"Bib.... kamu sudah bersabar cukup lama..., maka teruskan.... bersabarlah buat kisahmu...dan bersabarlah buat aku jugaq."

Dan.... suit... sebuah kecupan manis mendarat di pipi Bibib. Manis sekali
















*** Indah ya Ly... kalau persahabatan kita kayak Bibib dan Elang***












CERMIN RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang