Part 23

51 38 4
                                    

MENGAPA HARUS LEE
10-4-2018

Bibib menggeliat, ia merasakan seluruh badannya sakit kayak habis dipukul. Ia lalu membalikkan badan dan berusaha bangun. Tapi  seluruh badannya terasa kaku. Ia menengok jam dinding, dan betapa kagetnya Bibib.
"Kok aku tertidur di sini.  Dan..., waduh sudah kurang lebih dua jam aku terbaring tanpa alas sama sekali. Dan ini, yang di tangan aku. Mengapa ada bingkai lukisan Elang?!" Wajah Bibib dipenuhi keheranan.

"Lee...Kamu kok ada di sini. Dan aku...?!  Mengapa aku ada di sini ?! Dan bingkai ini, mengapa ada dalam dekapan aku Lee?!
Mendengar pertanyaan Bibib yang bertubi-tubi,  Lee hanya tersenyum.
"Jawab Lee...Mengapa aku bisa ketiduran di sini!! Dan kamu...?!  Sejak kapan kamu ada di samping aku?!
Lee tidak menanggapi pertanyaan  Bibib. Ia hanya mendekat,  lalu meraih bingkai lukisan yang masih Bibib dekap,  dan meletakkannya kembali pada tempatnya semula. Setelah itu ia kembali mendekati Bibib dan meraih kedua tangan Bibib, lalu membatunya bangkit dari tempatnya.

"Bib..., tadi aku datang dan melihat kamu ketiduran. Aku tidak membangunkan kamu karena aku hawatir tidur kamu nanti malah terganggu. Kamu amat kelelahan Bib, dan sepertinya kamu butuh istirahat. Sebaiknya kamu pindah ke atas tempat tidur saja,  biar kamu lebih nyaman dan lebih rileks. Dan ini,  minumlah dulu biar lebih segar."

Bibib meraih botol air mineral yang disodorkan oleh Lee lalu meminumnya. Dan
bagai terhipnotis,  Bibib hanya diam dan menuruti semua kata-kata Lee. Bibib bangkit berdiri lalu berjalan menuju sofa bad tempat istirahat kesayangannya. Bibirnya tetap bungkam seribu bahasa.

"Bib...,  aku ambilkan roti ya, kamu makan sedikit biar tubuh kamu bertenaga."
Tanpa menunggu jawaban dari Bibib, Lee kemudian beranjak ke meja makan dan mengambil beberapa lembar roti yang telah diolesi dengan mayonais kesukaan Bibib. Lee tak lupa membuatkan secangkir teh hangat lalu membawanya ke hadapan Bibin.
"Tubuh kamu sangat lemah Bib,  minumlah teh ini biar segar."
Dengan sabarnya,  Lee menyuapi Bibib dengan potongan-potongan roti dan secangkir teh hingga habis. Ada rasa puas yang tergambar manis di wajah Lee.

"Lee... Mengapa kamu lakukan semua ini ke aku. Padahal aku tidak pernah melakukan hal yang istimewa buat kamu!! Kenapa Lee..!!  Bibib tiba-tiba saja bertanya.
"Sudahlah Bib,  gak usah juga dipikir. Kamu istirahat saja dulu biar badan kamu bugar kembali." Dengan bijak,  Lee tidak menjawab  pertanyaan Bibib namun tetap memintanya untuk istirahat saja dulu.
"Tapi aku berat Lee. Aku gak kuat terus-terusan kamu layani seperti ini. Kamu kan banyak kerjaan. Lagian aku masih bisa mengurus semuanya sendiri."
"Sst.... sudahlah kamu berbaring jembali." Lee dengan halus menempelkan jari telunjukknya ke bibir Bibib, memintanya untuk tidak banyak bicara lagi. Lee ingin Bibib cukup istirahat saja sambil baring.

"Tapi Lee... Aku tidak pantas mendapatkan semua ini dari kamu. Tidak pantas Lee." Bibib mengulang kalimatnya,  namun Lee tetap tidak memberi tanggapan. Ia malah  berbalik menatap wajah Bibib.  Sebuah tatapan yang sarat dengan makna.
Lee memang tidak banyak mengungkap kata,  atau mengurai rasanya dalam kalimat demi kalimat.  Namun bahasa tubuhnya yang memberi makna dan mengungkapkan, betapa ia menyimpan banyak harapan buat Bibib.

"Aku yang tak kuat menyaksikan kamu terus seperti ini Bib. Aku tidak pernah ihlas menyaksikan kamu meneteskan air mata untuk sebuah kisah yang tidak sanggup kamu genggam. Bagiku, air mata kamu terlalu mahal untuk ditukar, meski dengan sebongkah berlian. Kamu adalah dunia yang utuh di mataku. Mungkin memang tidak seperti dewi dalam kisah mahabrata, tapi bagiku  kamulah dewi yang sesungguhnya. Dan mendapatkan hatimu adalah sebuah keindahan duniawi sekaligus surgawi." Untaian kalimat ini hanya dikemas rapi dalam hati Lee. Sebab ia tahu, Bibib belum siap mendengar semua ini.

Lee terus berada di samping Bibib. Matanya yang menyiratkan betapa besar kasih dan sayangnya ke Bibib,  bagai hujaman pisau belati di jiwa Bibib.
"Lee... Jangan mengihlaskan pengorbanan kamu buat aku,  sebab jiwaku sungguh tak sanggup memikulnya. Lepaskanlah dirimu dari penjara hatiku,  sebab kamu tidak akan kuat menyelam di kedalaman jiwaku. Berhentilah mengejar bayangan diriku, sebab akupun sendiri  tidak pernah bisa memggapai bayangan diriku."
Batin Bibib kian menjerit. Meski sesungguhnya ia pun tetap berharap alam akan memberinya kisah baru yang akan diukirnya kembali dengan indah.

"Bib... Kamu lelah. Tidurlah kembali,  dan biar aku tetap  disini menemani dan menjaga kamu. Tidurlah." Lee kembali mengingatkan Bibib. Dan lamunan Bibib seketika terhenti.
"Tapi mataku gak mau tidur lagi Lee."
"Kalau begitu...aku kelonin kamu ya... aku nyanyiin nina bono. Eh salah... Bibib bobo saja." Lee bercanda. Bibib tersenyum. Tangannya meraih bantalan kursi lalu melemparnya Lee. Lee menangkapnya namun tubuhnya terjatuh di samping Bibib. Lee kaget dan berbalik menatap Bibib. Ia hawatir Bibib tidak nyaman namu ternyata Bibib malah tersenyum dan keduanya pun tersenyum. Ada sejuk  yang menyelimuti jiwa keduanya.









CERMIN RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang