• EMAIL TANPA NAMA
Senin 2-4-2018
"Selamat malam Bib. Aku tau... saat ini kamu pasti telah tidur. Dan telah terbawa dalam mimpi yang indah. Dan.... aku tetap yakin bahwa aku akan selalu ada di setiap mimpi kamu. Iya bukan...?? Aku senang jika tidur kamu kali ini nyenyak... supaya besok pagi... saat kamu terbangun....maka yang pertama menyambut pagimu adalah email aku ini. Tetaplah tersenyum Bibib ku... dan tetaplah menjadi Bibibku yang selalu menebar energi kebahagiaan bagi semua. Kecup sayang dari jauh."
Pagi ini Bibib bangunnya agak kesiangan. Semalam tidurnya benar-benar pulas setelah seharian disibukkan dengan acara pembukaan kantor baru perusahaan tempat ia bekerja. Ia memacu kendaraaannya agak cepat agar tidak terlambat tiba di kantor.
"Duh.... pake macet lagi...., mana ada brifing pagi juga..... Wiihh... kapan nyampenya kalau begini" Bibib terus memggerutu bak burung perkutut. Bibib mencoba menerobos lewat jalur kiri...., dan siip... berhasil. Naluri pembalapnya terpacu.... dan sedikit tergesa... akhirnya Bibib sampai juga di kantor. Dengan sigap... ia meraih tas leptopnya dan sedikit berlari memasuki ruangan pertemuan. Sejenak semua mata tertuju ke dia, sebab ia peserta paling terakhir yang di tunggu.
"Selamat pagi semua.... dan mohon maaf jika telah membuat rekan semua menunggu". Bibib sedikit berinprofisasi.
Bibib lalu membuka leptopnya. Pertama kali..., matanya tertuju pada menu gmail. Di sana nampaknya ada sebuah kiriman baru. Karena penasaran... ia lalu membuka email dan membacanya. Namun seketika wajahnya nampak pucat dan sedikit kaget.
Bibib lalu tertegun.... ia tidak lagi memperhatikan apa yang di sampaikan bosnya. Isi email itu benar-benar membuat seluruh persendiannya bagai tak bertenaga. Konsentrasinya tidak lagi tertuju pada pembicaraan dalam brifing. Untung saja tidak ada yang memperhatikan ekspresinya, hingga brifing berakhir.
Bibib berjalan keluar dari ruangan dengan perasaan yang tidak dapat diungkap dengan aksara.
"Aku tahu...., itu pasti dari kamu Lang. Secerdas apapun kamu menyembunyikan identitasmu..., empati dan sukmaku tetap saja dapat memjangkaunya. . Namun...entah kenapa... aku tidak bisa mendefinisikan batinku saat ini Lang. Bahagiakah aku... atau aku malah berduka dengan kiriman email kamu." Bibib bicara dalam hati.
"Terlalu banyak kisah yang engkau tinggalkan Lang... . Dengan langkah yang tertatih-tatih.... aku mencoba berjalan sendiri dengan tetap menebar senyum. Tapi kamu..., kamu ke mana Laaaaanggg?! Ke mana....!? "
Bibib duduk termangu di mejanya. Ia tidak tahu harus berbuat apa.
Isi email itu terus menari di pelupuk matanya.
"Aku tahu Elang..., kamu tidak akan sanggup bertahan berlari menjauh dari aku. Sayang... kamu terlalu pengecut untuk mengakui semua itu." Rasa Bibib terus nelangsa.
"Ya Tuhan.... kanapa kok aku berfikiran begini ke Elang ya...Padahal... aku sangat tahu betul karakter Elang. Elang dan aku ibarat dua jiwa yang jadi satu." Bibib tiba-tiba menyadari dirinya kalau ia tidak seharusnya berfikir seperti itu tentamg Elang. Dan sekali lagi..., Bibib mencoba kembali membaca email itu. Namun tiba-tiba Lee menelpon dan membuat janji untuk lunch bersama Bibib. Dan Bibib tidak menolak... sebab sejak semalam,... belum ada sebiji nasipun yang mengisi perutnya.
"Bib... aku jemput kamu tepat jam satu ya....Kita langsung ke saja ke tempat biasa kamu makan... itu yang tempat pavorit kamu. Habis itu kamu temani aku cek tiket buat liburan."
"Iya Lee.... " Bibib hanya menjawab singkat. Ia nampak tidak bersemangat..., sebab yang ada dalam pikirannya hanyalah isi email itu.
"Mengapa sih Lang... kamu tiada habisnya memberi aku tritmen batin. Aku bukan manusia setengah dewa Lang.... yang bisa sanggup bertahan dalam terpaan badai. Punggungku tidak terbuat dari baja Lang... yang sanggup menahan ribuan beban berat. Dan hatiku tidaklah tersusun dari batu cadas yang tak lekang oleh hantaman ombak." Hati Bibib seolah merintih dalam ketidakberdayaan.
"Kamu boleh bercanda Lang... tapi bukan dengan cara memenjarakan nuraniku dalam asa yang tak bertepuk. Atau... mungkin kamu sudah bukan Elang ku yang dulu...!? Elang yang selalu menjagaku dam memberiku lerlindungan di balik lengannya yang kokoh...!?" Sukma Bibib terus bergelora.
Akan tetapi... suara klakson mobil Lee spontan membuyarkan lamunannya.
Bibib berlari-lari kecil menuju mobil yang pintunya telah di bukakan oleh Lee. Ia menghempaskan tubuhnya di samping Lee. Dan sepanjang jalan... Bibib lebkh banyak diam. Ia hanya sesekali menimpali pembicaraan Lee. Tadinya Lee berfikir..., mungkin Bibib lagi kelelahan. Tapi bukan Lee namanya... jika tidak bisa tanggap dengan warna batin Bibib.
Tidak butuh waktu lama untuk sampai di restoran pilihan Bibib. Dan Lee segera memesan menu. Lagi-lagi... Bibib tetap membungkam.
"Lee... aku ingin perlihatkan sesuatu ke kamu." Tiba-tiba suara Bibib terdengar pelan.
"Hmm.... apa tuh... aku jafi penasaran." Lee bertanya setengah bercanda.
"Email dari Elang Lee...." Mendengar ucapan Bibib..., Lee sontak kaget setengah tak percaya.
"Ini... silakan kamu baca." Bibib membhka laptopnya dan mengarahkan ke Lee.
"Kamu bercanda Bib. Ini tanpa nama pengirim kok."
"Kamu percaya kan Lee... jika aku dan Elang memiliki rasa yang selalu terhubung apik !?
Dan rasaku memberiku signal bahwa email ini Elang yang kirim buat aku."
Lee menghela nafas panjang. Seolah ada hilang dari nuraninya.
"Kamu bahagia dengan kiriman email itu Bib...!?" Lee bertanya...namun tak berharap Bibib menjawabnya.Sebab ada galau yang tiba-tiba saja menyerang batinnya. Sementara Bibib tetap beraelancar dengan rasanya.
"Tapi sudahlah Bib.... kita makan saja dulu... ya. Nanti kita bahas soal email itu.
Lee mengambil sesendok krim sup kesukaan Bibib... lalu menyuapi Bibib dengan rasa sayang yang dikuatkan. Lee tidak ingin nampak lemah di hadapan Bibib. Menyaksikan Lee dengan kedewasaan yang luar biasa itu... mata Bibib berbinar. Ia seolah menahan tangis haru atas perlakuan Lee. Dan lagi... Lee menyuapi Bibib hingga hampir setengah dari krim sup di mangkuk habis.
"Sudah Lee... kamu makan saja... aku sudah kenyang."
"Baik... tapi kamu tambah lagi ya... biar tubuh kamu bertenaga. Kamu kan sudah harus kerja lagi."
"Trima kasih Lee". Bibib menjawab dengan suara yang sangat samar... sebab batinnya dipenuhi dengan seribu tanya yang tak sanggup ia aksarakan. Tapi kali ini... ada bahagia yang menyelusup masuk di relung jiwanya. Entahlah.....
KAMU SEDANG MEMBACA
CERMIN RASA
Short Story**Waktu yang akan mempererat persahabatan kita.... dan rasa yang akan menguraikannya***