Part 35

18 28 0
                                    

HANYA BUAT BIBIB
10-5-2018

Langkah kaki Lee pagi ini terasa ringan. Ia menuruni anak tangga dengan berlari-lari kecil sambil menyanyikan lagu foiling in love nya Withney Houston. Sebuah harapan telah membuncah di dada. Asa yang menati sebuah jawab, kian memacu adrenalinnya.

Disambarnya selembar roti dan segelas susu hangat sebagai pengganjal perut buat memulai aktifitas paginya. Ada rasa yang tak terbendung dan ada bisikan jiwa yang menati sebuah jawab.

Sebentar lagi pesawat yang membawa Bibib  siap landing. Lee memacu mobilnya lebih kencang. Ia tidak ingin Bibib mendahulu dirinya tiba di bandara. Dan hanya dalam hitungan menit Lee telah tiba di bandar dan memarkin mobilnya lalu dengan langkah cepat menuju ke terminal kedatangan. Ia menunggu di kedatangan VIV. Dan benar saja di reling teks papan pengumuman telah terbaca 10 menit lagi pesawat Asia Air yang membawa Bibib segera landing.

Hati Lee sedikit bergetar. Ia membayangkan wajah pucat Bibib. Wajah yang sudah sekian lama mengisi jiwa dan sukmanya. Wajah yang selalu dalam senyum meski ribuan duka menyelimuti. Wajah yang kadang nampak sendu namun tersamarkan oleh canda dan tawanya yang renyah. Tawa yang  selalu membuat orang ingin mendengarnya kembali.

Lee nampak sudah tidak sabar ingin memandang wajah itu. Wajah Bibib yang setiap saat bermain di pelupuk matanya. Pandangannya kemudian diarahkan ke sederetan orang-orang yang satu-persatu mulai keluar pintu kedatangan. Seseorang tiba-tiba menarik perhatiannya. Seorang perempuan dengan tubuh sedikit kurus yang memakai sweater merah bata sambil menenteng sebuah tas berwarna yang sama dengan warna sweaternya dan sebuah koper. Bibib. Yah,  Bibi

"Bib, Bibib."
Lee memanggil Bibib dengan suara yang sedikit gementar dan gugup."
Dengan tenang Bibib berbalik dan mencari sumber suara.
"Lee... " Hanya itu suara yang keluar dari lisan Bibib.
Lee bergegas menghampiri Bibib dengan sebuah rasa yang membuncah. Tak kuat menahan rasanya,  Lee kemudian memeluk Bibib dengan erat seolah tidak ingin di lepas lagi.

"Aku merindukan kamu setiap hari Bib. Kamu pergi  terlalu lama. Rasanya tidak kuat tanpa kehadiran kamu."
Mendengar ucapan Lee,  Bibib mengangkat kepalanya dan menatap mata Lee lekat-lekat.
"Tuhan,  mata itu. Mata Lee. Mata yang selalu penuh cinta. Mata yang tak pernah jenuh menanti jawaban dari aku. Mata yang yang selalu menyiratkan kebijakan batinmya. Bagaimana mungkin aku bisa tak peduli dengan kelapangan jiwa dan rasanya. Bagaimana mungkin aku tidak bisa menghargai kejujuran dan kesabarannya menanti jawaban dari aku "
Ada rasa yang Bibib tak dapat urai di nuraninya.

"Terima kasih Lee. Terima kasih untuk semuanya."
Lee mengangguk penuh senyum mendengar ucapan Bibib. Matanya tak lepas memandang wajah Bibib. Ada keteduhan yang menghiasi kedua bola mata itu.
"Jalan yuk." Bibib mengingatkan Lee.
Lee lalu menggandeng tangan Bibib menuju  parkirn Mobil. Beberapa menit kemudian mereka sudah melaju di atas jalan toll.

"Gimana liburannya Bib?!"
"Ya... baik Ly."
"Maksud aku kamu happy nggak? "
"Hm... Lee,  liburan itu kan bukan sekedar soal happy nggak heppy. Melainkan juga buat bercermin, berkaca utuk melihat jauh ke dalam diri kita sendiri."
"Sebuah kontemplasi maksud kamu Bib?!! "
"Yah,  boleh dibilang begitu Lee!!"

Lee terenyuh mendengar ucapan Bibib. Ia kian kagum dengan kematangan berfikir Bibib. Ia tidak menyangka loncatan berfikir Bibib bisa sejauh itu. Bibib adalah tipe perempuan dengan seribu penghayatan. Bibib adalah perempuan unik dan berbeda. Bibib adalah perempuan sejuta pesona yang dibingkai dalam keindahan yang memukau. Bibib adalah perempuan dengan karakter yang kuat dan tidak dapat disejajarkan dengan kebanyakan perempuan lainnya. Bibib adalah cermin nyata dari sebuah penghayatan eksistensi diri. Dan Lee tau betul,  tidak mudah bagi dirinya untuk masuk ke dalam jiwa dan sukma Bibib.

"Nah,  dah nyampe Bib."
Lee segera membuka pintu dan menuntun Bibib keluar dari mobil dan masu ke rumah.
"Ahh akhirnya aku kembali lagi ke sini Lee. Tapi lho, ini kok ruangannya berubah begini Lee. Siapa yang ubah?! "
"Maaf Bib,  aku yang mengubahnya. Biar suasana hati kamu juga lebih fresh dengan tampilan rumah yang juga baru."
"Terima kasih Lee."
Bibib menarik nafas panjang.

"Tapi tidak perlu semua ini kamu lakukan buat aku Lee. Aku lebih menyukai kesederhanaan, sebab hidupku memang sangat sederhana. Aku tidak butuh kemewahan, yang aku butuhkan hanyalah kedamaian dan ketenangan batin."

Lee hanya bisa terdiam meski ada banyak aksara yang ingin ia ucakpakn di hadapan Bibib.

"Bibib,  aku tidak ingin kecuali menjadi sesuatu yang indah dalam kehidupan kamu, yang dapat melukiskan senyum di atas kedua bibir kamu tatkala kamu mengingat aku. Aku hanya ingin menjadi kebahagiaan kamu hingga akhir hayat aku."
Lee berbisik manis di telinga Bibib dan senyum Bibib mekar begitu indah.












CERMIN RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang