BIBIBKU
9-4-2018**Aku sahabat kamu..., dan aku hanya bisa memberi kamu maaf..., sama seperti ibumu dulu... yang selalu maafkan kamu..., seberapapun besar kenakalan dan kesalahan yang kamu perbuat di masa kecilmu. Aku sahabatmu....yang selalu berharap..., agar kamu selalu sehat dan sukses**
"Terima kasih untuk ini Bib... Karena kalimat ini..., maka kamu akan selalu menjadi Bibibku..., Bibib yang penuh kemanjaan..
dan Bibib yang penuh kasih sayang. Dan tempat kamu ada pada bingkai emas yang terpajang indah di jiwa dan sukma aku""Jangan bertahan dalam ikatan jalinan kata itu Lang. Kamu pasti akan tumbang nantinya. Sebab kamu laki-laki..., dan tidak sekuat perempuan dalam mengemas gejolak batin. Jika aku sanggup bertahan dalam dukaku cukup dengan bernyanyi..., maka kamu tak perlu bertahan dalam kisah kita hanya karena untaian kalimat yang aku buat untuk kamu itu. Melangkahlah..."
Namun kalimat ini hanya disimpan kembali oleh Bibib dengan rapi di jiwanya..., sebab ia pun tidak sanggup menyajikannya di hadapan Elang meski dalam bentuk email.Lagi... email dari Elang. Bibib terenyuh membacanya. Ternyata Elang masih menyimpan rapi semua file ini.
"Ah... Elang..., mengapa file-file ini kamu buka lagi sih... Tidak tahu kah kamu Lang..., jika semua itu kembali memenjarakan rasaku. Rasa yang tak terpilih oleh alam dan kehidupan. Dan rasa yang selalu mendatangkan gelombang dan badai yang seolah tiada akhir. Sudahlah...Lang... sebab takdir kita berada pada kutub yang berbeda."
Seleksi alam ridak menerima kita dalam perpaduan dua gen yang dapat diunggulkan.Bibib memacu kendaraannya sambil terus memikirkan tentang emai-email yang Elang kirim akhkr-akhir ini. Ia mencoba menyetel lagu untuk mengalihkan perhatiannya. Namun tetap saja khayalannya tak bisa lepas dari isi email-email itu. Dan...
hup... hampir saja Bibib menyerempet pemgendara motor yang mencoba menyalibnya.Smartphon yang tergeletak di sampingnya berdering jelas, sebab terhubung otomatia dengan blutut di mobilnya. Lee menelpon.
"Hallo Bib..., kamu lagi di mana...?!"
"Emang ada apa sih Lee... kok pake introgasi segala." Bibib sedikit bercanda.
"Gak..., cuma nanya... kamu di mana!!"
"Ihh...Lee sudah mulai pake nanya segala nih." Bibib nampaknya gerah kayak dibuntuti begini.
"Aku lagi di jalan Lee..., mau ke apotik."
"Loh... kok ke apotik segala...emang kamu sakit apa Bib...!!" Lee tak berhenti bertanya.
"Aku lagi sakit hati...jadi aku mau cari obatnya di apotik." Setengah kesal Bibib menjawab.
"Kok kesal Bib.... padahal aku cuma mau bilang ke kamu agar hati-hati."
"Iya... terima kasih tuan Lee... "
"Ya.... gitu dong..., biar enak kedengaran."
Ya Tuhan... hanya untuk mengucapkan itu saja, Lee menelpon..., ihih.. norak. Bibib nampak tidak nyaman dengan perhatian Lee yang terlalu berlebihan buat Bibib. Tapi Bibib segera sadar bahwa Lee bukanlah Elang."Maafkan aku Lee... jika aku terpaksa membandingkan kamu dengan Elang. Tapi sungguh..., aku hanya tidak ingin kamu terlalu jauh menginterfensi kehidupanku." Bibib bicara pada dirinya sendiri.
"Meski antara kamu dan Elang memang banyak kesamaan... tapi tetap saja bagiku... kamu tidak bisa menjadi Elang buatku.Bibib tak henti-hentinya berpikir. Ia nampak tak bisa lepas dari semua tutur kata Elang.
"Aku telah menjalani kisah yang penuh misteri ini dengan kekuatan yang terseok-seok Lang. Kamu memghilang tanpa pamit. Setelah itu kamu datang lagi dalam wujud email..., meski kini fisik kamu pun telah berbeda. Aku mesti bagaimana lagi Lang..?!"Sepanjang jalan Bibib hanya bisa diam termangu. Batinnya kian terbawa dalam gejolak yang semakin memiriskan jiwanya.
"Elang masih menyimpan semuanya... yach.... semua tentang aku. Bibib... Bibib... Bibib.... Mengapa skenario alam memberimu kisah seperti ini!!? Oh....!!! "
Mendadak..., Bibib menginjak rem sekuat tenaga. Ia menghentikan mobilnya pas di belokan. Ia lalu berteriak sekencang-kencangnya. Sangat kencang. Seolah ia ingin membuang semua energi yang ada di tubuhnya..., dan tak menyisakan lagi meski itu hanya untuk bernafas.Namun tiba-tiba Bibib dikagetkan dengan suara sumpritan. Tanpa sadar..., ternyata seorang polisi lalu lintas telah berdiri di sampimgnya. Bibib baru tersadar..., ia ternyata telah melanggar arah.
"Aduh... mati aku..., masalah baru lagi."
Bibib segera membuka pintu mobilnya dan meluncur keluar.
"Selamat pagi pak..., mohon maaf saya telah salah jalur."
Polisi itu lalu menyodorkan secarik kertas ke Bibib. Dan...,Bibib ditilang. Tapi bukan Bibib jika tidak tidak sanggup eksis dengan human relationnya. Dengan sedikit negosiasi... Bibib pun berhasil lolos dan tidak perlu kena tilang.
"Ahhh.... Syukurlah... bisa di atasi." Bibib lalu menarik nafas dalam-dalam.Bibib kembali memacu mobilnya..., ia mutuskan untuk kembali ke rumah. Setibanya di rumah..., ia setengah berlari menuju sudut ruangan di mana lukisan wajah Elang terpajang indah. Bibib lalu meraih bingkai lukisan itu. Didekapnya lukisan itu erat-erat. Dan tak terasa air matanya pun jatuh menimpa lukisan itu. Tubuhnya yang lunglai tak bertenaga membuatnya terbaring di lantai. Ia akhirnya tertidur dengan tetap memeluk bingkai lukisan wajah Elang. Bibib sudah sangat lelah.
"Ya Tuhan... Bibib....kok tertidur di lantai begini ya. Dan lukisan ini... kok ada di pelukan Bibib."
Lee lalu memegang dahi Bibib.
"Hmm... dahinya panas...., Bibib demam."
Lee lalu duduk di samping Bibib..., tertunduk lemas. Wajahnya nampak sedih menyaksikan Bibib yang kembali tumbang dalam ketidakberdayaan.
"Aku akan selalu di sisi kamu Bib... Melindungi kamu...dan membuat kisah baru buat kamu dan kehidupanmu. Kisah yang jauh lebih manis dan indah. Sebuah kisah...yang akan kamu kenang sepanjang hayat kamu dan sepanjang hayat kita. Aku akan selalu menjaga kamu dengan sepenuh hati.., dengan limpahan kasih sayang, meski mungkin kamu tetap dalam bayang-bayang Elang."
Lee berbisik manis ditelinga Bibib, walau Bibib tidak akan pernah mendengarnya sebab Bibib sedang tertidur...Kisahnya dan Elang telah membawanya dalam tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
CERMIN RASA
Cerita Pendek**Waktu yang akan mempererat persahabatan kita.... dan rasa yang akan menguraikannya***