Part 27

35 33 0
                                    

KU DI SINI LAGI
15-4-2016

"Aku berhenti di sini,  di tempat kamu selalu berdiri menunggu aku menjemput kamu Lang. Memori itu yang membawaku ke sini,
seolah ingin menguji keteguhan jiwaku. Ia membawaku,  untuk membuktikan bahwa sukmaku tetap menyisakan lara, jika mencoba menghapus jejak kamu.
Bagaimana aku bisa mengambil sebuah keputusan Lang..., jika sukma kamu terus membututi setiap langkahku!!!  Bagaimana aku bisa melanjutkan hidupku seperti yang kamu harap,  jika jiwa dan sukmamu tak pernah bisa mengihlaskan. Bagaimana mungkin Lang..., aku bisa melangkahkan kaki menemukan dunia baru jika kakiku tetap kamu pasung dalam ikatan rantai batin yang kekuatannya melebihi baja.
Aku tak memintamu untuk menghapus semua itu, akan tapi aku hanya memintamu untuk kuat,  melebihi kekuatan baja. Itu saja Lang. Bukankah aku maupun kamu,  tetap harus melanjutkan hidup. Iya kan Lang?! "

Bibib gamang,  otaknya seolah berhenti memberi signal. Dan tanpa sengaja Lee membaca isi email yang akan ia kirim buat Elang.
"Bibib...,  kamu adalah potret jiwa dengan empati yang tiada akhirnya. Kamu memberi lebih dari yang dibutuhkan. Kamu melapangkan melebihi kelapangan yang kamu dapatkan. Jangan khawatir,  aku pun telah memyiapkan kesabaran melebihi kampuan yang aku miliki." Lee membawa jiwanya dalam dialog batin yang menggugah rasa. Ia sesungguhnya tidak kuat menyaksikan Bibib terjebak dalam pergumulan batin yang  menyisakan lara.

"Hm... ada yang slonong boy nih,  kayak... "
"Kayak Elang kan...?! " Lee sopontan menyambung kalimat Bibib.
"Kangen Elang Bib?! " Lee sedikit bercanda.
Di tanya seperti itu Bibib hanya tersenyum simpul.
"Ih... kamu kok tau Lee."
"Iyalah... aku kan bisa menerawang apa yang kamu telah tulis buat Elang."
"Bih... curang kamu Lee,  masak ngintip isi smartphon aku."
"Tapi benar kan...?!  Kamu kangen?! Lee sengaja menggoda Bibib.
"Yach... Elang adalah kisah aku Lee. Dan kisah itu akan tetap di sini bersama kehidupanku." Bibib dengan jujur mengungkapkan apa adanya.  Dan Lee sudah sangat paham lekuk-lekuk jiwa Bibib.
"Aku tahu Lee..., saat ini memang Elang masih berjuang melawan penyakit yang menyerangnya,  tapi aku yakin alam akan memberinya kesempatan untuk menemukan jawaban dari risau hati dan jiwa yang ditanggungnya selama ini."
Bibib terus saja mengurai kalimat tentang Elang di hadapan Lee. Mengurai kisahnya dengan segala kebesaran jiwanya. Bibib tidak pernah merasa lelah mengungkap seribu kata meski raganya amat jauh dari Elang.

"Aku berharap jiwa Elang tidak akan pernah rapuh menanti jawaban dari skenario kehidupannya,  kehudupan aku dan kehidupan kami Lee. Yach...sebuah skenario telah kami jalani memang,  tapi kami tak dapat memerankannya hingga ke ending yang yang sesuai dengan jiwa kami. Sebuah galaksi telah menempatkan kami pada orbit yang berlainan."

Mata Bibib nampak berkaca-kaca.  Lee tahu Bibib sedang mengumpulkan sebuah ketegaran untuk sebuah ketetapan nurani.  Bibib sedang membangun sebuah kekuatan, untuk memberi keyakinan kepada dirinya bahwa jiwanya sungguh kuat untuk bertahan dalam hantaman gelombang yang dahsat.
"Lee.., hanya aku yang sanggup berselancar jauh di kedalaman jiwa Elang. Bahkan yang Elang tidak ungkap lewat lisannya pun jiwaku sanggup membaca dan menterjemahkannya. Apapun sandi yang ia pakai."
Bibib bertutur seolah ingin menumpahkan semua rasa yang kembali melantunkan nada dalam jiwanya. Dan Lee selalu menjadi pendengar yang bijak buat Bibib. Sama seperti Bibib,  Lee pun sesungguhnya sedang membangun sebuah ketegaran, meski empati Bibib tak meneropongnya sejauh ia berselancar dalam jiwa Elang.

"Ahh... Elang..., mengapa monolog ini selalu saja tentang kamu. Yach... semua tentang kamu. Dan mengapa helaan nafas ini seolah  adalah juga kamu."
Bibib terdengar menarik nafas panjang. Lee mendekatinya dan duduk berlutut di hadaoan Bibib. Tangannya lalu meraih tangan Bibib menggenggamnya.
"Bib... Aku tau...tidak mudah bagi kamu menjalani kehidupan seperti ini. Tapi di sini,  juga terukir kisah tentang kamu. Di sini,  tersimpan cinta buat kamu. Di sini ada sukma yang selalu menanti empati kamu. Dan disin, ada jiwa yang telah berselancar jauh ke dalam jiwa kamu."

Elang menempelka kedua tangan Bibib ke dadanya, seolah ia ingin memberi keyakinan kepada Bibib bahwa ia menunggunya dengan segala harapan dan kebesaran jiwanya. Mata elang nampak berkaca-kaca saat kalimat demi kalimat meluncur dari bibirnya. Sementara Bibib hanya diam termangu dengan tubuh yang gemetaran.
"Aku sangat menyayangi kamu Bib"

Tanpa terasa, air mata Bibib akhirnya tumpah juga. Ia menangis sesegukan. Tak ada satu pun kalimat yang sanggup ia ucapkan. Dan Lee paham bahws jiwa Bibib dipenuhi gejolak yang tak sanggup ia ungkap. Dan betapa Lee ingin merengkuh tubuh ringkih Bibib dan membawanya dalam pelukannya. Namun ia hanya bisa berucap,  "aku pun akan membawa kamu ke dalam bingkai yang lebih indah Bib."
Elang lalu menghapus air mata Bibib yang mengalir kian deras.
"Betapa besar jiwa kamu Lee,  tapi aku belum sanggup membawa diri ke dalamnya. Jadi buatlah diri kamu menjadi kuat." Suara Bibib terdengar lirih.  Dan jawaban Elang sungguh mengejutkan hatinya.
"Aku tidak hanya akan menjadi kuat Bib,  tapi aku juga akan membuat kamu lebih kuat."








CERMIN RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang