KEMBALILAH ELANG
Malam 20-2-2018Senja sedang memamerkan rona wajahnya saat Bibib dan Lee sedang duduk santai menikmati panorama pantai.
Ombakpun seakan malu-malu kucing untuk menyembulkan wajahnya..., sebab ada Bibib dan Lee...yang duduk manis menatapnya sambil menggerak-gerakkan kaki di air laut yang sedang pasang. Sore ini..., Bibib telah membuat ikrar..., tak akan ada air mata kali ini..., sebab ada Lee yang menemani, walau ingatannya tetap saja ada pada Elang sahabatnya... nun jauh di sana." Lee... nyaman ya... udara pantai di sore hari"
"Ia lah Bib...., apalagi cuaca lagi bersahabat begini... adem... indah lagi... "
"Kamu suka kan Bib?!
"Ia Lee.... dan Elang juga suka.""Hmm.... Bibib sepertinya akan selalu mengingat semuanya...., ya.. semua yang menyangkut Elang. Seperti tidak ada hal lain yang mengisi pikirannya selain Elang." Lee sedikit bergumam pada dirinya sendiri.
"Kapan ya Lee..., Elang bisa sama-sama kita di sini." Bibib kedengaran menghela nafas panjang.
"Nanti Bib.... itu pasti. Dia janji sama kamu kan...?! " Bibib nampak mengangguk mendengar ucapan Lee. .., namun tetap saja ia tidak bisa menyembunyikan, jika ada sesak di dada yang semakin menyiksa."Bib... jika kamu gundah... sedih... atau galau..., datang saja ke pantai... berteriak sepuasnya... sekencang-kencangnya....hingga tak ada lagi yang tersisa di dada. Itu yang Elang pernah bilang ke aku Lee. Ia juga bilang... itu lebih baik aku lakukan daripada turun ke jalan bawa mobil sambil kebut-kebutan."
"Lee... Kira-kira... Elang sekarang lagi ngapain ya...?! Apa ia juga pernah ingat aku... kayak aku ingat dia sih Lee?! "
"Itu pasti Bib...."
"Kamu yakin Lee...?! "
"Bib.... aku sangat tahu karakter Elang."
"Tapi Lee... batinku mengatakan..., ada yang Elang tidak bisa cerita ke aku."
"Jika itu benar.... maka pasti ada alasan buat Elang... Bib."
Lee mencoba memberi pengertian ke Bibib. Ia tidak ingin Bibib selalu menyimpan dukanya karena terus memikirkan Elang. Lee sangat paham jika Bibib begitu menyayangi Elang. Dan bagi Bibib..., Elang tidak hanya sebagai sahabat...., tapi Elang... adalah juga kekuatan dan motifasinya. Bibib akan selalu kuat dan tegar jika berada di sisi Elang. Elang lebih dari sekedar sahabat bagi Bibib."Bib....kita pulang ya... hampir malam."
"Gak Lee.... aku masih ingin di sini. Aku ingin merasakan kehadiran Elang... sama seperti ketika dia di sini."
Bibib lalu menarik kakinya. Ia duduk di pasir sambil memeluk kaki. Dagunya dibiarkan bertumpu pada lututnya. Sementara matanya menatap kosong jauh ke tengah laut. Seolah ada yang dinantikan. Helaan nafasnya menyiratkan nyeri yang semakin menyesakkan.
Sementara itu, Lee hanya bisa duduk membisu di sampingnya. Tak satu kata pun yang bisa ia ucapkan. Ia hanya bisa menatap nanar ke wajah Bibib. Ia sesungguhnya tidak sanggup menyaksikan Bibib terus bergelut dengan rasanya seperti ini. Lee tidak kuat jika harus selalu mendapati Bibib dalam duka yang seolah tidak ada hentinya. Hati Lee miris. Namun ia pun tidak bisa berkata banyak ke Bibib tentang keadaan Elang."Lee.... Elang baik-baik saja di sana kan?! Tidak ada apa-apa yang terjadi dengan dia kan?! Ia kan Lee?! "
Sambil berkata demikian..., Bibib terus mengguncang pundak Lee..., berharap Lee memberinya penjelasan. Akan tetapi..., sekali lagi..., Lee hanya mematung..., bibirnya terkatup rapat, tubuhnya gemetar... sebab banyak yang ingin ia ucapkan... tapi di tahannya... demi Bibib.Sementara itu.... Bibib kembali ke dalam diamnya. Ia tertunduk... sambil menelungkupkan wajah di lututnya. Ia kembali membisu. Lee sangat ingin merengkuh tubuh ringkih itu ke dalam dekapannya dan memberinya kekuatan.. .., namun diurungkan..., sebab Lee tidak ingin membuyarkan rasa Bibib yang sedang dalam kenangan tentang Elang.
"Lee.... ." Suara Bibib tiba-tiba kembali terdengar lirih. Nampak ada tangis yang tertahan, meski teramat samar.
"Andai saja Elang ada di sini....pundaknya pasti selalu siap buat aku Lee. Tempat bagi aku untuk bersandar saat tak berdaya dengan kehidupanku. Elang pasti akan selalu siap menyerahkan lengannya buat aku dengan segala kesedihannku. Ia pasti akan menyembunyikan aku dalam dekapannya..., sehingga kesedihan... sedikitpun tidak akan berani mendekati aku."Rasa Lee kian tercabik-cabik mendengar ucapan Bibib. Tapi sekali lagi... ia hanya bisa tertunduk tak berdaya di tempatnya, sebab ia tidak sanggup megeluarkan Bibib dari dukanya dan dari rasanya ke Elang.
Tiba-tiba Bibib berdiri dari tempatnya. Ia berteriak histeris...., amat kencang.
*****"Elanggggg... ......."
"Kembalailah...... Elang.... "
"Kembaliiiii........ "
"Tempat kamu bukan di sana.... Lang... "
"Tempat kamu ada di sini....."
"Di sini Lang... "
"Kembali.... Lang... "
"K e m b a l i...... "*****Tak sanggup lagi Bibib meneruskan kalimatnya. Ia menghempaskan tubuhnya ke pasir. Lunglai tak berdaya. Ia terdiam kaku. Matanya terpejam mengisyaratkan ketidakberdayaan telah menguasai seluruh batinnya.
Lee semakin tak kuasa menahan rasa. Ia lalu mendekati Bibib... meraih tubuh yang semakin lemah itu. Kepala Bibib lalu di letakkan di pangkaunnya. Tanpa sadar..., tetes demi tetes air mata Lee jatuh menimpa wajah Bibib yang semakin pucat. Tak ada kata yang terucap. Hanya tatapan kesedihan yang seakan menghujam ke seluruh tubuh Bibib.
"Bib...aku tahu kamu sangat butuh Elang.... Tapi Elang punya kehidupan sendiri...sama seperti kamu....Andai saja kamu tahu bagaimana keadaan Elang saat ini, maka mungkin akan lain jadinya kamu hari ini."
Kalimat ini hanya bisa di ucapkan Lee dalam hati..., sebab Lee tahu... Bibib tidak akan bisa mendengar semua ini.Tak ada lagi yang Lee bisa ucapkan. Sebuah kalimat terdengar halus dibisikkan ke telinga Bibib.
"Pulang ya Bib.... Elang pasti akan "pulang"... buat kamu dan buat kita semua." Lee lalu membopong tubuh ringkih Bibib menuju mobil.
"Dan Elang akan tetap menjadi sahabat yang terbaik buat kamu".
KAMU SEDANG MEMBACA
CERMIN RASA
Kurzgeschichten**Waktu yang akan mempererat persahabatan kita.... dan rasa yang akan menguraikannya***