Part 24

54 35 1
                                    

SANG PETUALANG
10-4-2018

**Buku petualangan mana yg telah kamu khatamkan Lang,....sehingga kamu punya begitu banyak trik untuk memenangkan setiap pertarungan....Kepada siapa....kamu telah berguru... sehingga kamu begitu menguasai ilmunya.... Dan....di belahan bumi mana....kamu telah menjejakkan kakimu buat berguru... yang menyebabkan... semua ilmu tentang petualngan..,telah kamu kuasai...?! Itu adalah pertanyaan yang kamu pernah ajukan ke aku Bib. Dan aku hanya menjawabnya dengan sebuah kecupan yang manis. Tapi Bib.... Kini pun aku tetap berpetualang, tapi dalam bentuk yang berbeda. Seperti harapan kamu, maka petualangan aku kali ini adalah perjalanan jiwa dalam bentuk kontemplasi, yang semoga dapat menghantarkan aku pada kesejatian hidup. Aku mohon keihlasan kamu selalu Bib**

Email dari Elang. Ada foto dirinya yang masih tetap dipenuhi dengan selang-selang dan jarum impus. Meski memiriskan hati menyaksikan Elang, namun ada senyum merekah di bibirnya. Hatinya lalu tergerak untuk vidio call.
"Hallo..." Suara Elang terdengar dari sana. Suara berat dengan tekanan kata yang yang selalu penuh ketegasan namun menyejukkan hati. Wajah Elang nampak jelas di layar smartphon Bibib.
"Elang...." Bibib melambaikan tangan. Ia serasa ingin meloncat dan memeluk tubuh Elang yang sudah sekian lama tak dilihatnya.
"Bibib...." Kembali suara Elang terdengar jelas di pendengaran Bibib.
"Tapi tidak..., nampak ada yang tertahan dalam suara Elang.
"Bibbib..." Suara Elang terdengar lagi dan mengulang lagi menyebut nama Bibib. Kali ini suara Elang sudah jelas.
"Tuhan... Elang menangis." Tak kuat menahan rasa, Bibib pun turut meneteskan air mata. Namun senyum manis tetap ia pasang di wajahnya. Bibib tidak ingin Elang bersedih. Namun sekuat apapun Bibib menyembunyikan rasanya, namun kepekaaan Elang tentang semua yang ada pada diri Bibib masih tersimpan apik. Ia pasti tahu jika Bibib berduka.

"Jangan bersedih Bib. Aku baik-baik saja. Aku tahu kamu ingin memeluk aku. Masih ingin bermanja ke aku kan, kayak dulu. Aku tahu, lengan aku ini adalah tempat berlindung pavorit kamu. Pejamkanlah mata kamu Bib, aku pasti segera ada di samping kamu dan memelukmu dengan erat. Terus...,dan teruslah pejamkan...maka kamu akan mendapati dirimu telah berlindung di di balik lengan aku. Kamu harus taju Bib, jika aku semakin sayang sama kamu, meski ragaku jauh di sini." Elang terus menguntai kalimat yang membuat Bibib semakin larut dalam tangisnya.
"Aku memang di sini... jauh di negeri orang, tapi ruh aku..., ruh aku Bib. Ruh aku selamanya tetap ada menjejeri setiap langkahmu dan selalu menjagamu. Ruh aku tetap hadir membelai manis dalam tidurmu dan memberimu mimpi yang indah. Ruh aku tetap merangkul tubuh kecil kamu saat kamu terlelap. Dan menagislah..., sebab sudah terlalu lama aku tidak mendengar tangisan kamu. Menagislah..., sebab sudah terlalu lamu aku tak pernah datang menghapus air mata kamu itu. . Tapi hari ini, aku akan menghapusnya kembali, meski hanya lewat smartphon di tangan kamu Bib."

"Stop Lang... stop.... aku tidak kuat." Tangis Bibib kian pecah. Ia minta Elang untuk mengehentikan kalimatnya. Namun Elang hanya tersenyum. Senyum yang selalu menyiratkan kasih sayang yang teramat dalam buat Bibib.
"Bib... lihat... aku baik-baik saja bukan?! Selang-selang infus dan jarum-jarum ini hanya alat yang membantu aku buat bermetamorfosis. Ia kan Bib?! "
Bibib hanya mengangguk pelan. Sekuat tenaga ia menahan air matanya, sebab Elang tidak ingin Bibib terlihat lemah.

Sejenak vidio call terhenti. Mungkin karena jaringan yang kurang mendukung. Tapi itu hanya beberapa menit. Sebab tidak lama kemudian, Elang kembali VC.
"Bib..., kamu masih mau dengar aku kan?!
Aku tahu, seisi bumi tidak memberi ruang buat kita untuk menempati sebuah bingkai yang paling indah dalam kehidupan manusia, tapi aku akan tetap hidup dalam dunia yang berbeda, dengan kamu sebagai bagian di dalamnya. Ragaku memang di sini...tapi namun tetap membawa serta jiwa dan sukma kamu. Ragaku memanga di sini, ribuan mill jaraknya dari kamu... namun jiwaku dan sukmaku telah lama kubiarkan bersemayam, hanya di jiwa dan sukma kamu. Aku bukan kalah Bib... Dan aku juga bukan mengalah. Aku akan tetap bertahan dalam nalarku yang mungkin tidak ternalar bagi siapapun. Ragaku boleh tak berdaya, namun rasaku, jiwaku dan sukmaku akan tetap berada dalam bingkai yang istimewa bersama kamu"

Senyum Elang kembali mengembang. Didekatkannya jari tangannya pada gambar wajah Bibib di smartphonnya, seolah ingin menghapus air mata Bibib yang terus mengalir deras. Sementara Bibib kian tidak kuat mendengar untaian kalimat yang meluncur tanpa jeda dari mulut Elang. Hatinya semakin perih. Ia hanya bisa menatap nanar ke wajah Elang. Tulang kening yang menonjol kokok membuat Bibib selalu nyaman bila memandangnya.

"Tagisnya udah ya Bib. Kan aku telah menghapus air mata kamu. Dan besok aku akan VC kamu lagi ya... Aku akan selalu sayang kamu Bib. By.... "
Elang menutup VC nya. Bibib tertegun. Di kepalanya masih terekam semua kalimat dari Elang.
"Elang...kamu sungguh pejuang sejati sebuah kehidupan. Kamu memberi kasih sayang tanpa batas. Kamu menabur keharuman dalam jiwaku tanpa pernah berhenti."
Tetes-tetes bening terus turun membasahi pipinya. Ia tiba-tiba beranjak dari sofa bad dan berjalan menuju meja rias. Ia lalu duduk dam menatap wajahnya di cermin dalam-dalam. Wajah yang kian pias dan pucat. Pikirannya melayang ke Elang. Di tatapnya wajah diri nya sekali lagi. Namun matanya seolah menangkap bayangan Elang berdiri di belakang sambil kedua tangannya memegang pundak Bibib.

"Elang... jika kamu tak pernah berhenti menjagaku... lalu mengapa kamu biarkan diri kamu dijajah oleh selang-selang dan jarum-jarum impus itu. Jika kamu tidak pernah berhenti menyayangi aku, mengapa kamu malah pergi jauh meninggalkan aku dengan dukaku sendiri." Bibib berbisik pada dirinya sendiri. Namun seolah Elang pun berbisik kembali dan berkata "Aku akan tetap memberimu segalanya walau dengan cara yang berbeda dari yang disajikan oleh kehidupan Bib. Jadi tetaplah lanjutkan kisah kamu".





CERMIN RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang