Part 11

991 51 2
                                    

"BUNDA, BIBIR CLARISSA GAK SUCI LAGI HUAAAA KAK VINO JAHIL IH!" Teriak Clarissa mencubiti lengan Vino dengan geram.

"Hahahah anjir lo lucu banget hahaha" Vino tertawa lepas melihat ekspresi Clarissa tadi.

"Ketawa aja terus sampai kejang-kejang!" Seru Clarissa sarkastik.

"Lo mau gua mampus?"

"Iya biar masuk nerakanya cepat." seru Clarissa.

"Terus kenapa di kasih makan? Disiapin obat lagi." Vino melirik bungkusan obat tepat di meja samping ranjangnya.

"Gak usah geer, gue ngobatin siapa tau dengan ini gue dapat keringanan hukuman." Clarissa melempar bantal dari ranjang lain ke arah Vino.

"Hukuman tetap hukuman tidak ada keringanan!" ucap Vino tegas.

"Bodoamat kak gue gak dengar." Kesal Clarissa.

"Yaudah yang minta lo dengar siapa?" tanya Vino.

"Au ah kesel gue. Makan sono sendiri jangan harap di suap lagi fine. Dasar gila, sarap, jahil, kutil badak, mak lampir, setan, jin." Gerutu Clarissa.

"Iyain, udah sore gue yang anter." Vino mengambil jacket dari atas kepalanya bangkit dari ranjang dan beranjak dari tempat tidur.

"Bisa enggak? Gue belum mau mati muda masa depan gue masih panjang gue juga belum nikah sama Lee Minho." Tanya Clarissa ragu.

"Udah tenang aja, paling lecet sedikit." Vino menarik paksa Clarissa untuk mengikutinya keluar dari UKS.

"Giliran udah sehat aja langsung seenaknya," ujar Clarissa sebal.
Vino mengidiikan bahunya tidak peduli.

"Eh tas lo biar gue yang bawain kak kan lo masih sakit," tawar Clarissa.

"Kalau mau nawarin bantuan sadar diri, sendiri aja bisa jatuh apalagi bawa beban." Sindir Vino.

"Kan jatuhnya gara-gara lo sih."

"Iya-iya, cepetan jalannya gue mau cepet sampe rumah." Vino mempercepat langkah kakinya diikuti dengan Clarissa yang tidak mau ketinggalan.Bisa barabe urusannya kalau sampai ia tertinggal. Bisa-bisa ia akan menginap di sekolah ini.

"Rumah lo dimana?" tanya Vino.

"Kan lo juga udah pernah anterin gue kak," ujar Clarissa heran.

"Yang perlu gue ingat bukan alamat lo doang," ucap Vino kesal.

"Kok jadi lo yang kesal sih?" tanya Clarissa bingung.

"Kasih tau aja apa susahnya sih?" Vino semakin tidak sabaran.

"Nanti di perempatan belok kiri trus lurus baru belok kanan di dekat alfamart." Clarissa menjelaskan.

"Gue gak main-main kok lagi gak mau diturunin soalnya," timpal Clarissa lagi.

"Yang bilang main-main siapa?" tanya Vino heran.

"Ngasih tau doang elah ribet amat," Clarissa mulai judes.

Vino sedikit heran dengan nada judes yang keluar dari mulut cewek itu aneh sekali, padahal waktu di UKS tidak seperti itu.

Tak lama kemudian mobil yang dikendarai oleh Vino sampai.

"Gak di tawarin masuk gue?" tanya Vino.

"Pergi gih katanya mau cepat pulang, btw makasih tumpangannya." Clarisssa menutup pintu mobil dengan kuat.

"Wah dasar adek kelas gak punya sopan santun." Gerutu Vino menjalankan kembali mobilnya.

"Hello eperih bodi kembali lagi bersama dengan host terkece di abad ini Clarissa," teriak Clarissa saat ia baru saja membuka pintu rumah.

"Tumben lama?" tanya ayah yang sedang duduk bersama bunda nya.

"Tadi lagi ngurus big babby yah," ucap Clarissa ikut duduk diantara mereka berdua.

"Babby ngurus big babby yakin?" tanya ayah bingung.

"Yang benar babi lagi ngurus big babby yah," Hendrick yang entah muncul dari mana ikut menimpali.

"Bang Hendrick ngeselin ihhh," Gerutu Clarissa.

"Huss gak boleh gitu bang pamali," ucap Bunda yang ditanggapi dengan kekehan oleh Hendrick.

"Siapa big babby nya dek?" tanya bunda penasaran.

'Ketua Paskibra adek bun sakit dia tadi," jelas Clarissa.

"Wah gue mencium aroma-aroma jadian nih," Hendrick ikut bergabung yang di tanggapi tatapan tidak suka oleh Clarissa.

"Kaga bakalan, orang mulutnya cerewet kaya emak lampir kriteria cowok Clarissa kan yang cute mirip Chanyeol." Clarissa menggelengkan kepalanya tidak setuju dengan ucapan Hendrick.

"Tapi kriteria Chanyeol yang cantik sama kalem gak kaya lo pecicilan bikin pusing mulu," balas Hendrick.

"Jahat," ucap Clarissa membuang pandangan dari Hendrick.

"Berantam mulu heran bunda liatnya," ucap Bunda melirik kearah kedua kakak beradik yang sedari tadi beradu mulut.

"Bang Hendrick luan yang mulai," adu Clarissa tidak terima ikut disalahkan.

"Kan abang bercanda doang lo nya aja yang sensian," sahut Hendrick tidak terima.

"Udah-udah," ayah menengahi keduanya.

"Nama ketua Paskibra nya siapa dek?" tanya bunda lagi.

"Vino ice cup mom," ucap Clarissa.

"Heh itu kan nama makanan di kulkas, lo mah hobi banget plesetin nama orang." Gerutu Hendrick melihat kebiasaan buruk Clarissa.

"Bunda serius dek," ujar bunda lagi.

"Iya-iya, namanya Delvino Adya mom." Clarissa menjawab dengan enggan.

"Tegas gak orang nya?" tanya ayah.

"Kali yah liat nih kaki adek jadi gini gara-gara di hukum sama dia," adu Clarissa.

"Salah lo itu mah masa lari sendiri aja bisa jatoh," ucap Hendrick yang di setujui oleh ayah dan bunda.

"Adek sendiri yang gak hati-hati," timpal bunda.

"kok pada ngebela si nenek lampir sih?" sahut Clarissa tidak terima.

"Memang kenyataan nye begitu keles," Hendrick melemparkan ekspresi bahagiannya melihat tampang kusut Clarissa.

"Besok adek bawa dia ke sini ya jumpa ayah," Ucap ayah.

"Yes, mampus tuh si emak lampir pasti bakalan ayah marahin kan karena buat Clarissa jatuh?" Sahut Clarissa girang bahkan sampai meloncat-loncat kecil.

Ketiganya hanya menggelengkan kepala melihat ekspresi senang berlebihan yang diperlihatkan Clarissa saat ini.

Clarissa berjalan menuju kamar nya dengan niat hendak beristirahat. Kamar nuansa hijau toska terdapat banyak gambar-gambar artis korea di setiap dindingnya, satu lemari buku besar berisi banyak buku, di sebrangnya meja belajar yang diatasnya di penuhi boneka panda degan berbagai ukuran. Terdapat beberapa injil yang sengaja ia rekatkan di meja belajar.

Clarissa berpikir dengan itu di saat dia sedang mengalami kesulitan dan sedang duduk di meja belajar maka ia langsung dapat membaca injl itu. Terdapat sterofoam berwarna hijau juga di atas meja belajarnya dipenuhi dengan kertas-kertas roster, jadwal ujian lama, dan juga rumus-rumus yang harus di hapalnya.

Clarissa langsung membaringkan tubuhnya diatas tempat tidur nya , menggulung badan dengan selimut hingga menyerupai kepompong dan mulai memasuki alam mimpi.

Hanya suara deru mesin pendingin ruangan yang mendominasi ruang kamarnya dengan sang pemilik kamar yang sudah tidur pulas dan jiwa yang melayang terbawa pada suatu tempat yang disebut alam mimpi.

Confusing Of LOVE (Bersambung, Tidak Tau Kapan Dilanjutkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang