Part:5

1.7K 106 6
                                    

Saat ini mereka berempat sedang berada didalam mobil Rendi.

Keempatnya sedang asik berdebat mengenai siapa yang dengan teganya menghamili kucing milik ibu kantin padahal baru beberapa bulan yang lalu kucing itu beranak.

Tentu saja topik tidak berfaedah itu berasal dari Clarissa dan dengan bodohnya mereka terlihat bersemangat membahas topik itu.

“Iya, kan kasian kucingnya itu suaminya kira ngelahirin gak capek apa?” ujar Clarissa.

“Salah dia sih, ngapain mau coba?” timpal Rendi

“Udah gitu gak diurus lagi anaknya!” Della ikut-ikutan.

“Namanya hewan, biarin aja ih” Deni mulai kesal melihat tingkah laku sahabatnya itu.

“Iya juga ya,” ucap Clarissa dibarengin anggukan oleh Della dan Rendi.

Mereka berempat sedang dalam perjalanan menuju mall dengan Deni sebagai supir. Sebelum berangkat sudah ada kesepakatan diantara mereka bahwa yang menyetir menuju mall Deni dan saat perjalan pulang Rendi.

Walau sempat terjadi adu mulut, namun hal itu tidak memakan waktu lama karena Della mulai menunjukkan wajah merahnya pertanda ia takut kehabisan barang. Akhirnya diambillah keputusan.
Keempatnya sudah sampai ditempat tujuan.

“Kyaaa gila, ini diskon besar-besaran namannya! Clarissa bantuin gue milih ya.” Della menggeret Clarissa sedang dibelakang Deni dan Rendi berjalan selambat mungkin.

Mereka sedang memikirkan berapa banyak jatah uang jajan mereka yang terkuras bulan ini, karena kegiatan belanjanya Della yang sangat menyeramkan.

“Rissa cantikan mana biru atau hijau tosca?”

“Biru”

“Bagusan mana putih atau pink?”

“Pink”

“Cocokan mana yang kembang atau enggak?”

“Kembang”

“Imutan yang mana doraemon atau hellokitty?”

“Tuyul!”

“Kok yang tuyul sih?”

“Lo mah dari tadi nanya mulu, gue laper nih.” Gerutu Clarissa.

“Iya-iya ini yang terakhir. Jadi yang mana hellokitty atau doraemon?”

“Doraemon.”

“Ehh Clarissa.” Suara dari arah belakang membuat Clarissa spontan menoleh.

“Kak Detta, sama siapa kesininya kak?” tanya Clarissa.

“Sama Vino,”  Detta mengarahkan pandangannya pada Vino yang sedang menunggu dikursi luar sambil memerhatikan handphone nya. Ia tidak sadar bahwa sedang di bicarakan.

“Oh emak lampir toh,” ujar Clarissa.

“Wajar sih kamu bilang begitu, emang orangnya galak heheheh”

“Hooh kak galak, “ timpal Clariisa.

“Sudah-sudah kakak duluan ya, bisa-bisa si Vino ngamuk” ujar Detta.
Yang ditanggapi anggukan oleh Clarissa.

Della masih sibuk dengan kegiatan berbelanja.

Selang beberapa menit tampak Deni, Rendi dan Della dari arah depan.

Tangan ketigannya penuh dengan kantong belanjaan sudah dapat dipastikan itu semua hasil belanjaan Della. Terpancar raut puas dari wajahnnya.

“Pulang kuy kerumah gue, yang masak Della” usul Clarissa yang disetujui keduannya.

Setelah sampai dihalaman rumah, Clarissa dan Della lebih dulu masuk diikuti Rendi dan Deni dibelakang.

“Gila, Della belanja kaga tanggung-tanggung!” kesal Deni menghempaskan tubuhnya pada sofa, belanjaan tadi ia geletakkan begitu saja dilantai begitupun dengan Rendi.

“Hehehe, gue masak dulu ya” ucap Della meninggalkan mereka bertiga.

“Mau gue buatin teh,kopi, susu, atau jus gak?” tawar Clarissa, ia merasa kasihan melihat guratan lelah keduannya,.

“Jus aja, tapi bedain mana gula sama garam ya.” Ucap Rendi

“Masih ingat aja lo Ren,” ucap Clarissa menggaruk tengkuknya malu.

“Lo gak tau aja betapa kagetnya gua minum jus asin,” sindir Rendi.

“Ya maaf namanya gue khilaf” Clarissa nyengir membayangkan ekspresi Rendi dan Deni saat itu.

“Yaudaah sana gih, gue mau selonjoran pegel nih.”

“Iya-iya bawel amet sih” Gerutu Clarissa lantas berjalan menuju dapur.

Deni sudah tidur, mungkin karena beberapa hari ini ia sering bergadang hanya demi menonton piala dunia ditambah membawa beban belanjaan Della yang tidak bisa dibilang ringan.

“Woi makanan udah siap,” ucap Della yang sedang menyiapkan empat mangkok sup ayam.

“Deni bangun woi, mau makan gak?” ucap Rendi.

“Berisik, ngantuk nih” Deni menutup kepalannya dengan bantalan sofa.

“Yaudah biar gue, Della sama Clarissa yang habisin.” Pancing Rendi.

“Jangan dong, ia-ia bangun nih” Deni langsung bangun ketika mendengar ancaman Rendi.

“Deni cuci muka dulu dong jorok banget sih,” Clarissa mendumel melihat tingkah laku Deni yang langsung menyantap makanannya bahkan tanpa berdoa.

“Lupa, habisnya laper,” ucap Deni diiringi gelengan kepala oleh ketigannya.

“Kita pulang dulu ya, besok-besok kalau kita kesini cemilannya dibanyakin.”  Rendi,Deni, dan Della berpamitan untuk pulang.

“Lain kali pintunya gua tutup kalau perlu bentar lagi gue taburin garam.”

“Sadis,” Rendi menggeleng-gelengkan kepalannya tidak percaya.

“Bodoamat pergi gih, anterin tuh Della.”

“Siap nyonya,"

Confusing Of LOVE (Bersambung, Tidak Tau Kapan Dilanjutkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang