Part 17

765 46 0
                                    

Ini hari kedua masa-masa sulit Clarissa dengan Vino.

Jika diibaratkan musim maka ini musim kemarau yang sangat panjang dan terasa panas baik di telinga karena mendengar ucapan Vino ataupun panas karena berdebat dengan Vino.

Yang jelas semua serba panas. Apalagi di tambah saat ini Clarissa sedang di hukum karena tidak menghabiskan makanannya.

Walau setiap pagi dan siang Clarissa di jemput dan di antar oleh Vino hal itu sama sekali tidak berefek samping pada ekskul Paskibranya.

Emak lampir itu masih tetap menjadi kejam, dan benar-benar menyebalkan.

Terkadang Clarissa berfikir sebenarnya emaknya ngidam apaan sampai punya anak sadis model dia.

Tapi ketika ia bertanya pada Hendrick, Hendrick malah mengatakan kalau ia sering bertanya-tanya mamanya ngidam apa sewaktu sedang mengandung Clarissa mengapa bisa mempunyai anak dengan kegoblokan tingkat akut seperti Clarissa.

Dasar abang tidak tahu diri memang.

“Yang bagus push-up nya perut gak boleh nyentuh lantai,” ucap Vino yang masih terus memerhatikan Clarissa.

Dasar mak lampir! Taunya Cuma merintah doang lu kata kaga capek apa? Clarissa terus menggerutu dalam hati melihat tingkah laku seenaknya Vino.

Padahal Clarissa sedari tadi ingin bergabung sama yang lain. Mereka sudah belajar jalan ditempat lah dia masih di hukum ditempat mulu. Giliran nanti mereka belajar hadap kiri sama hadap kanan lah Clarissa ngehadap ke Vino mulu kan asem namanya, mending yang di liat ganteng bisa bikin mata seger, lah ini bikin makan hati mulu.

“Kaga usah ngeluh mulu,” ucap Vino.

“Kok tau?” tanya Clarissa heran.

“Muka lo kaya koran, gampang kebaca,” ujar Vino.

“Astaga.” Clarissa mendengus kesal dan menggeleng-gelengkan kepalanya tidak percaya pada apa yang di dengarnya.

“Udah berapa?” tanya Vino.

“Tiga puluh pas,” ujar Clarissa.

“Yaudah, pergi ke barisan dan gabung sama yang lain.” Vino memberikan instruksi yang mau tidak mau dan suka tidak suka harus di turuti oleh Clarissa.

“Siap kak.” Clarissa berjalan menuju barisan dengan cengiran bahagia khasnya sesekali ia meninju-ninju udara merayakan kebebasannya dari kandang buaya tadi.

Clarissa bergabung dengan barisan lain, dan mulai mengikuti tahap-tahap latihan. Tidak terlalu susah karena sedari SD dia terbiasa memimpin paduan suara. Entah apa kaitannya Clarissa juga tidak tahu.

Di penghunjung latihan mereka diperbolehkan untuk minum. Dengan kedua kaki yang di selonjorkan masing-masing dari mereka bergantian minum.

Cara minumnya masih sama hanya saja kali ini bukan botol minum Clarissa lagi yang terpilih. Sejujurnya ia sedikit bersyukur akan hal itu.

“Gimana latihannya?” tanya seorang guru perempuan.

“Capek buk,” jawab mereka serentak.

Confusing Of LOVE (Bersambung, Tidak Tau Kapan Dilanjutkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang