“Mau gue hukum lari sampai kakinya botak gak?” ancam Vino.
“Ehh jangan dong.” Clarissa mengalah.
Mendengar ancaman Vino, semangat Clarissa menurun drastis. Dia masih waras untuk tidak mempertaruhkan ke dua kakinya.
Lagipula hukuman yang di berikan oleh Vino selalu membuatnya stres sendiri dan tak habis pikir dari apa sebenarnya Vino di bentuk. Kalau Clarissa kan sudah jelas, dari tulang rusuk seorang Park Chanyeol.
“Kok belum di buatin Vino nya minum dek?” tanya bunda yang entah sejak kapan sudah ada di situ.
“Clarissa nya gak mau ngasih saya minum tan,” adu Vino.
“Kayanya besok-besok gue harus suruh bang Hendrick nabur garam deh.” Clarissa memelototi Vino yang terlihat tidak peduli.
“Kok kamu gitu sih dek, ada tamu bukannya di tawarin minum.” Bunda pergi ke dapur dan kembali membawa segelas sirup dingin.
Setelah meletakkan minum di atas meja secara otomatis tangan Clarissa hendak mengambil gelas yang terlihat segar itu.
Tinggal beberapa inci lagi ia berhasil sebuah tangan menepis tangannya dan meminum sirup itu tanpa bersisa.
“Anjir pulang aja lo sana,” ucap Clarissa sebal.
Tak lama terdengar suara rintihan akibat cubitan Vino di pipi Clarissa.
“Mulut di jaga,” peringat Vino.
“Lo ngeselin sih, makan tuh tugas.” Clarissa berlalu dari tempat itu. Berjalan menuju kamar untuk menganti seragam karena besok rok yang sama akan di pakai juga.
Sejujurnya ada rasa menyesal karena sudah mengajak Vino mampir. Sudah hampir tiga puluh menit dia disini dan sudah tiga puluh menit pula bunda menghidangkan berbagai cemilan di depannya. Benar-benar mengesalkan.
“Pr lo besok apaan?” tanya Vino.
“Sejarah.” Ucap Clarissa melemparkan butir-butir kacang di tangannya lalu menangkapnya dengan mulut ala-ala iklan di televisi. Mirisnya tidak ada satu pun yang berhasil masuk.
“Kerjain lah,” ujar Vino.
“Susah, otak gue udah di program untuk tidak mempelajari masalalu kembali,lagian kalau kata lagu nih ya, yang lalu biarlah berlalu eakkk.” Clarissa menepuk tangannya bangga dengan kalimat yang baru saja ia ucapkan.
Suara pertemuaan antara genggaman tangan dengan kepala terdengar cukup keras, diiringi Clarissa yang mengusap-ngusap keningnya.
“Ambil gak?” ancam Vino.
“Otw mati gue kalau gini terus mah.” Clarissa berjalan menuju kamarnya dengan aura kesal yang sangat kentara.
“Kaga bakalan mati paling kesiksa doang,” ucap Vino.
“Diem lu gue denger nih,” gerutu Clarissa yang baru saja menaiki tangga.
Pandangan sinis ia lemparkan ke arah Vino yang di balas dengan tatapan dingin, cukup membuat Clarissa bergidik ngeri.
“Noh.” Clarissa meletakkan buku sejarah dengan ketebalan yang cukup membuat orang sakit perut hanya dengan melihatnya dan dapat membuat seseorang meninggal di tempat hanya dengan membuka halaman pertama. Ah Clarissa terlalu melebih-lebihkan.
“Mulai dari mana yang lu tau?” tanya Vino ragu. Firasatnya cukup buruk tentang ini.
Clarissa terlihat berpikir sejenak. Ini pertanyaan sulit, jika ia menjawab dengan jujur ia akan di pandang sebelah mata oleh Vino. Tetapi tak dapat dipungkiri ia sangat goblok dengan pelajaran ini.
Pr sejarahnya selesai dari hasil fotoan Della kadang juga salinan di kelas. Ujian juga ia mengharapkan tulisan super besar dari lembar jawaban Della.
Clarissa memutuskan untuk jujur.
“Sampe berapa lama Belanda menjajah Indonesia,” ujarnya.
Vino mendengus kesal melihat tingkah laku Clarissa.“Cita-cita lo kalau udah lulus apaan sih?” tanya Vino heran.
“Gak susah sih, kalau misalnya gue udah nemu jodoh ya tinggal kawin kalau belum ya kerja.” Clarissa meghayalkan sosok artis-srtis korea kebanggaannya.
“Mau jadi apaan?” tanya Vino lagi.
“Jadi apa juga boleh yang penting sukses dah, gue gak bawa repot.” Clarissa menjentikkan jarinya bangga.
“Gue serius.” Vino mulai mengeluarkan aura dinginnya.
“Dokter, puas?”
“Oh.” Vino mengangguk paham.
“Selera humor lo jelek amat ih,” ucap Clarissa.
“Lo nya aja yang garing,” ujar Vino.
“Astaga gue sakit hati nih,” Clarissa mendramatisir keadaan.
Vino mendesah kesal melihat kelakuan Clarissa yang tidak bisa serius. Terlalu kekanak-kanakan kalau menurutnya sih.
“Gini aja kalau lo bisa dapat nilai 90 di pelajaran IPS gua bakalan turutin satu permintaan lo,” tantang Vino.
“Jangan IPS dong mending MM,” ujar Clarissa.
Vino masih tetap keuh pada pendiriannya begitu pula dengan Clarissa. Mendapatkan nilai bagus di IPS itu bagai Gajah pakai duri landak, MUSTAHIL.
“IPS,” seru Vino.
“MM,” balas Clarissa tak mau kalah.
“Kalau lo terus menggali kemampuan lo tanpa memperbaiki kelemahan yang lo miliki kapan berkembangnya? Sampai kapan lo mau ngebenci pelajaran itu?” Ucap Vino panjang lebar.
“Sampai kamu jadi milikku ahayy.” Clarissa tertawa melihat keabsurdan dirinya sendiri.
“Gue serius Clarissa Viola,” ucap Vino penuh penekanan.
Clarissa menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Sebenarnya ia juga ingin mempunyai nilai bagus di mata pelajaran keramat itu. Tapi setiap guru menjelaskan, materi yang disampaikan terasa bagai dongeng penghantar tidur di telingannya sehingga membuat matanya berat menahan kantuk.
Muncul ide di cemerlang di kepala Clarissa saat ini.
“Apapun permintaannya dikabulin?” pancing nya.
Vino mengangguk mantap.“Oke setuju,” seru Clarissa.
“Vino kalau nantangin Clarissa IPS mah hasilnya bunda bisa tebak,” ujar bunda yang tiba-tiba muncul dengan senyum meremehkan.
“Iya tan makanya Vino santai,” ucap Vino ikut menyudutkan Clarissa.
“Hina aja terus kebal gue mah, ini bunda bukannya ngebelain anaknya.” Clarissa bersedekap kesal melihat Vino dan bundanya yang menganggap remeh dirinya.
Lihat saja ia akan buktikan bahwa ia bisa, dan Vino akan membelikan tiga buah album EXO untuknya. Clarissa adalah Clarissa, tidak ada istilah rugi dikamusnya. Ia akan belajar keras demi membuat nilai ujian nya bagus, lalu akan ada bayaran setimpal untuk itu.
Welcome to the hell Vino, batin Clarissa.
“Masih banyak pr nya?” tanya Clarissa.
Vino melirik ssebentar kearah kertas-kertas di tangannya. “Enggak,” ujar Vino.
Clarissa berpikir sejenak. Apakah ia harus membantu atau biarkan saja, tapi ini salah dia juga tapi kan salah siapa ngeselin.
“Mau gue....” Dengan ragu, Clarissa melirik kearah kertas-kertas itu.
“Bantuin?” sambung Vino.
Clarissa mengangguk.Vino menyerahkan kertas kosong dan pulpen. Clarissa mengernyit bingung. Ia tidak tau apa yang harus diperbuat dengan kertas itu. Awas saja kalau Vino tidak memberi tahu apa yang harus dia kerjakan Clarissa akan menjamin nilai yang didapat Vino di atas sepuluh, yaitu lima belas.
Vino sepertinya dapat membaca wajah bingung Clarissa saat ini. “Lo tinggal pindahin kertas yang salah tadi ke sini,” terangnya.
Clarissa mengerti sekarang. Ia mulai mengerjakan nya sesuai dengan instruksi Vino.
KAMU SEDANG MEMBACA
Confusing Of LOVE (Bersambung, Tidak Tau Kapan Dilanjutkan)
Teen FictionYang Clarissa tau jodohnya hanyalah Oppa-oppa koreanya. Impian nya tidak banyak hanya menikah dengan Park Chanyeol, bertetangga dengan sehun dan mempunyai sahabat bernama Suho. Clarissa tidak suka dengan pria segalak Vino! Kalau Kevin sih masih bisa...