Part 15

806 42 2
                                    

“Ajak Vino nya ke ruang keluarga aja kak,” ucap ayah.

“Nah karna gue tuan rumah lo ngikut ae ya kak,” ucap Clarissa ala-ala pemimpin barisan.

Mereka semua sedang berada di ruang keluarga.

“Loh om Firman?” Vino kaget melihat ayah Clarissa.

“Vino anaknya Diana?” tanya ayah yang tampak tidak terlalu kaget.

“Iya,” jawab Vino.

“Gimana kabar ayah kamu Gibran?” tanya Bunda.

“Baik kok tante,” jawab Vino lembut.
Cihhh giliran sama ayah sama bunda aja suaranya lembut, lah tiba sama gue lebih-lebih dari toa. Gerutu Clarissa dalam hati.

“Kok bisa saling kenal coba jelasin ke Clarissa,” ucap Clarissa meminta penjelasan.

“Jadi ayahnya Vino namanya om Gibran itu sahabat mama waktu SMA terus tante Diana itu rekan kerjanya papa.” Mama menjelaskan yang di angguki oleh Vino dan Clarissa.

“Nah sebenarnya tujuan om manggil kamu om mau minta tolong sama kamu,” ucap ayah Clarissa menatap Vino.

“Selagi saya mampu akan saya bantu om,” jawab Vino.

“Om minta tolong sama kamu buat ngerubah kelakuan Clarissa misalnya dari segi bahasa supaya menjadi lebih lembut layaknya wanita karena kalau om yang melakukan itu tidak berguna sama sekali.” Ayah menatap kearah Vino penuh harap.

Vino mengeryitkan dahinya memikirkan ucapan ayah Clarissa barusan.

Mengubah sikap cewek sejenis Clarissa bukan suatu hal yang mudah semua itu seperti mendarah daging di diri cewek itu.

Tapi Vino tidak tega menolak permintaan ayah Clarissa. Ia dapat melihat raut wajah kefrustasian seorang ayah karena perilaku cewek disampingnya ini.

Clarissa masi melongo dengan apa yang baru saja dikatakan ayahnya. Dia pikir ayah akan memarahi Vino karena sudah membuatnya jatuh.

Namun ternyata ekspetasinya kemarin tidak sesuai dengan realita nya sekarang.

“Lah yah emang omongan Clarissa gimana?” tanya Clarissa.

“Omongan kamu gak ada lembut-lembutnya jadi seorang wanita,” ujar ayah.

“Tapi kan selama ini Clarissa jadi anak yang baik, kaga pernah ngelawan selalu nurut paling buruk juga ngabisin jatah makanan bang Hendrick” Sahut Clarissa tidak terima.

“Kalau misalnya ayah bilang salah ya tetap salah.” Hendrick ikut-ikutan mengompori.

Dan saat ini Clarissa berada dalam posisi terpojok, kalau diibaratkan dengan peribahasa bagai telur di ujung tanduk yang artinya bahaya itulah keadaannya sekarang.

Clarisssa menatap Vino berharap menolak ucapan ayah. Hanya dia satu-satunya jalan keluar.

“Vino mau kok om,” ucap Vino tersenyum.

“Welcome to the hell Clarissa,” ucap Clarissa pada dirinya sendiri.

“Kok gak welcome to the junggle dek?” tanya Hendrick yang mendengar ucapan itu.

“Kan binatangnya elu bang jadi lebih pantas ke lo,” ucap Clarissa sarkas.

“Clarissa.” Ayah memperingatkan.

“Nah itu salah satu cara bicara lo yang perlu di hilangkan dan itu mulai dari besok, jadi selama proses pertobatan baik yang ngantar ataupun yang jemput lo itu gue ngerti?” jelas Vino.

Clarissa mengangguk pasrah. Ia yakin mulai besok hidupnya yang selama ini penuh ketenangan akan sirna.

Selamat tinggal hidup yang menyenangkan dan selamat datang hidup penuh kesengsaraan bersama Vino sang malaikat pencabut nyawa.

Confusing Of LOVE (Bersambung, Tidak Tau Kapan Dilanjutkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang