Awas Typo!
Happy reading...
***
"Ta-taehyung Oppa?"
"Eh? Kalian saling kenal?" tanya Daniel.
Baiklah. Rekayasa ini berhasil.
"A-aku, Oppa, aku bisa je-jelaskan." ucap Jihyo terbata lalu berlari menghampiri Taehyung dan memeluk pria itu.
Sedangkan Taehyung masih diam membeku. Bahkan mulutnya masih sedikit terbuka.
"Ada apa ini?" tanya Daniel lagi, ia berpura-pura tidak mengerti.
Seakan mendapat kedasarannya kembali, Taehyung langsung melepaskan pelukan Jihyo perlahan.
"O-oppa."
"Ayo, Irene. Sebaiknya kau cepat pulang."
Tanpa menghiraukan Jihyo, Taehyung langsung menarik lengan Irene menuju mobilnya, meninggalkan Daniel dan Jihyo di sana.
"Oppa!"
Jihyo berlari dan kembali menggapai lengan Taehyung.
"Ada apa lagi?" tanya pria Kim itu.
"A-aku bisa jela-"
"Jelaskan apa lagi? Selama ini aku sudah terlalu sabar untuk menghadapi wanita sepertimu! Aku menahan amarahku saat melihat kau bersama pria lain. Aku berusaha menutupi semuanya, menutupi kalau aku tidak tau semua kebusukanmu. Aku membiarkan semuanya terjadi, kau selingkuh, kau berbohong, semuanya! Karena apa? Karena aku mencintaimu! Kau tahu?! Tapi apa balasannya? Kau tetap tidak berubah. Dan sekarang aku sudah tidak tahan lagi. Yoon Jihyo, maaf, tapi aku harus pergi." Mata Taehyung sudah merah dan berair, rahangnya mengeras. Ia sedang sangat marah sekarang dan Irene tau itu.
Bukan hanya Irene, Jihyo yang tersentak karena bentakan Taehyung tadi pun pasti tau jika pria dihadapannya itu sedang dalam mode marah.
Taehyung menghembuskan nafasnya kasar lalu membuang muka. Kemudian pria itu seger berjalan menuju tempat dimana mobilnya diparkir. Irene hanya menatap Jihyo tajam lalu berjalan mengikuti Taehyung.
Sedangkan Daniel masih berdiri dibelakang sana, memperhatikan setiap detil drama yang ia susun bersama Irene dan Jungkook itu. Dan mereka berhasil. Tepat pada sasaran. Walau sebenarnya agak mengejutkan kalau ternyata Taehyung sudah mengetahui kelakuan Jihyo selama ini.
Daniel berjalan mendekati Jihyo yang masih mematung.
"Aku kecewa padamu, Jihyo. Maaf, tapi aku tidak bisa lagi." ucapnya lalu beranjak meninggalkan wanita itu sendirian.
Biarkan ini menjadi pelajaran untuk wanita sepertinya.
***
19.22PM
"Aaa aku lelah." gumam Seulgi lalu membanting tubuhnya keatas ranjang.
"Mandi dulu Seul, aku akan masak makan malam." ucap Jimin lalu beranjak keluar kamar.
Seulgi hanya mengerucutkan bibirnya lalu bangkit. Gadis itu segera mengambil bathrobe lalu berjalan ke kamar mandi dan membersihkan diri Lima belas menit kemudian, pintu kamar mandi terbuka. Seulgi sudah selesai dengan aktifitas membersikan dirinya.
Baru saja ia akan membuka bathrobe yang ia kenakan untuk mengganti pakaian, Seulgi tersentak saat ada tangan yang melingkar di perutnya.
"Mengagetkan saja!" ujar Seulgi.
"Eung, kau wangi." sahut Jimin lalu menaruh dagunya di pundak Seulgi.
"Hei Park Jimin, aku ingin ganti baju. Kau mandi sana." ucap Seulgi.
"Ganti baju saja, aku ingin lihat." balas Jimin lalu menyengir.
"Diam kau! Sudah sana mandi."
"Ada syaratnya loh?" ucap Jimin, masih dengan cengirannya.
"Apa?" tanya Seulgi.
Jimin membalikkan tubuh Seulgi dan langsung menempelkan bibirnya pada bibir gadis itu. Seulgi tersentak kaget akibat perlakuan Jimin yang tiba-tiba itu.
"Emhh, Jim!" Seulgi mendorong dada Jimin agar pria itu melepaskan ciumannya.
"Apa? Aku hanya minta cium oleh istriku. Apa salah?" tanya Jimin dengan gaya 'sok polos'nya.
Seulgi memutar bola matanya lalu berbalik dan mengambil bathrobe di lemari. Ia segera memberikan itu pada Jimin yang masih diam memperhatikan setiap pergerakannya.
"Mandi. Atau tidur di luar." ucap Seulgi dengan tatapan tajam.
Nyali Jimin langsung ciut mendapat tatapan seperti itu. Ia mengangguk patuh lalu segera berjalan ke kamar mandi. Mereka seperti pasangan yang sudah lama menikah. sedangkan Seulgi tersenyum penuh kemenangan lalu segera mengganti bajunya dan menyiapkan makan malam.
"Ramen? Hanya ramen? Astaga." protes Seulgi saat mendapati dua mangkuk ramen diatas meja makan. Dia pikir Jimin akan memasak makan malam atau memesan sesuatu, tapi hanya ini?
"Aku akan memasak yang lain. Hmm, apa ya?" monolognya sambil melihat-lihat isi kulkas.
Seulgi mengambil beberapa sayuran dan daging sapi. Ia segera mencuci itu semua dan mulai memasak.
***
√Seulgi's POV
Aku mengadahkan tanganku diatas panggangan,
"Ah sudah cukup panas."
Aku segera menaruh satu per satu daging diatas panggangan, daging-daging itu cepat sekali matangnya. Wanginya juga harum.
Astaga aku lapar.
"Woah, harum sekali. Kau buat bulgogi?"
Aku langsung menolehkan wajahku saat mendengar suara Jimin. Dan, yaampun~
"Yeobo? Hei nyonya Park. Dagingnya hangus!"
Aku langsung menggelengkan kepalaku lalu melihat kearah panggangan. Cepat-cepat aku mematikan kompor dan mengangkat semua daging.
"Ah bodoh sekali." gumamku.
"Hangus?" tanya Jimin yang tiba-tiba sudah berada di sebelahku.
"Hahh, kau ini selalu saja mengagetkanku." ucapku lalu segera menaruh bulgogi setengah hangus itu di atas meja makan.
Jimin menarik bangku di sebelahku lalu mendaratkan bokongnya di sana.
"Apa hangus?" tanyanya lagi.
"Yaampun, tinggal makan saja apa susahnya? Kau lapar kan? Aaa.." ucapku lalu menyuapkannya sepotong daging dengan sumpit.
"Bagaimana?" tanyaku.
Jimin terdiam, matanya menyipit dengan bibir tetap mengunyah, "Eumm......enak." jawabnya lalu mulai memakan ramen yang ia buat tadi.
"Tapi..." gumamnya.
"Apa?" aku mengangkat kedua alisku.
"Kenapa pipimu merah begitu?" tanyanya lagi sambil menatap wajahku dan menyipitkan matanya seakan menerawang sesuatu. Refleks aku langsung memegang pipiku.
"A-apa sih? Su-sudah makan cepat.
." ucapku terbata.Jimin kembali duduk tegap. Wajahnya berubah datar. Tak lama kemudian ia langsung memasang wajah mesumnya.
"A-apa?"
"Kau...."
"Apa Jim?"
Jimin tersenyum mesum sambil menatapku. Aku segera melahap habis ramenku lalu bangkit.
"Su-sudah ya aku mau tidur." ucapku lalu berlari kecil kedalam kamar setelah menaruh piring di wastafel.
"Dasar."
TBC.

KAMU SEDANG MEMBACA
Between Us √Seulmin
FanfictionSemuanya terjadi begitu saja, tak ada yang pernah menyangka, bahkan untuk memikirkan hal ini saja tidak. Menikah? Di usia semuda ini? Bahkan kau tidak terlalu mengenal orang yang akan kau nikahi Akankah cinta itu tumbuh? Dan merubah semuanya menjadi...