Frode : E

9.6K 1.6K 763
                                    

[O5]
.
.
.
.
.
.
.
[[Mereka Adalah Rival]]
.
.
.
.
.
.
.

Rasa bersalah terus menyelimuti hati Guanlin. Ia merasa bahwa ia sudah menjadi lelaki jahat sekarang, ia merasa sudah mengganggu atau menghancurkan hubungan orang, ketika lidahnya terus saja tidak dapat berhenti bermain dengan milik Jihoon.

Akhirnya,

Jihoon melepaskan tautan mereka, bersamaan dengan suara ranting pohon yang saling bergesekkan.

Napas keduanya terengah-engah, mereka berciuman cukup lama dan Jihoon rasa ia tidak pernah berciuman selama ini saat bersama dengan Daniel. Tatapan mata mereka bertubrukan, saling menatap satu sama lain, mengatakan bahwa ada perasaan lain yang tidak wajar dari penyatuan kedua belah bibir itu.

"Katakan gue gila..." lirih Jihoon, tangan yang tadinya memeluk tengkuk Guanlin itu kembali merangkup kedua sisi pipi Guanlin. "Jantung gue, kenapa begini?" ujarnya dengan suara pelan.

Guanlin menggeleng, antara tidak tahu dan tidak mengerti. Ia sadar bahwa ini gila, tetapi hatinya terus mengatakan bahwa kali ini Guanlin berhak bahagia.

Tangan Jihoon mengelus pipi Guanlin dengan lembut, merasakan kulitnya yang menyentuh pipi halus Guanlin sudah cukup membuatnya berdebar tidak karuan. Apalagi ketika Guanlin memejamkan mata, menikmati semua belaian tangan Jihoon di pipinya.

"Ji..."

"Hng?"

"Lo tau kan, ini salah?" Guanlin memastikan, barangkali Jihoon sedang tidak sadar diri dan khilaf bermesraan dengan lelaki lain.

Tetapi ia dapat mengetahui bahwa Jihoon menganggukkan kepala. "Ini salah dan gue merasa beruntung melakukan kesalahan ini bersama-sama dengan lo,"

Guanlin berdecih, namun detik berikutnya ia tertawa kecil mendengar tawa Jihoon.

Tangan Guanlin terulur, berusaha menjauhkan badan Jihoon. "Ayo pulang. Aneh. Nambah-nambah musuh gue aja."

"Ga mau." Jihoon menggeleng dengan tegas, berusaha terlihat tenang meski pipinya sudah memerah. Ia menggenggam tangan Guanlin dan menuntun tangan besar itu untuk kembali melingkar di pinggangnya, "Peluk-"

Jihoon bersumpah bahwa ciuman Guanlin adalah hal yang paling memabukkan di dunia. Ia tidak pernah berani seagresif ini sebelumnya.

Entahlah, melihat Guanlin membuatnya bergairah. Meski Jihoon masih tahu batas untuk tidak menyerahkan diri sepenuhnya pada orang ini. Apalagi mereka belum jelas. Sepulang dari sini, Jihoon harus berbicara banyak dengan Daniel, juga kedua orang tuanya.

Karena Jihoon sudah terbuai dengan tatapan mata teduh Guanlin. Ia merasa dunia nya yang abu-abu kini berwarna lagi semenjak kehadiran si barista perebut hati ini.

Meski hatinya ragu, Guanlin melingkarkan kembali tangannya pada pinggang Jihoon. Dan menggeram dalam hati ketika Jihoon mendekatkan kembali kepala mereka dan mengatakan,

"-Lagi."

Sepertinya Guanlin memang tidak diizinkan berdamai dengan teman lamanya yang kini menjadi musuhnya itu. Sepertinya Guanlin memang ditakdirkan untuk saling bertentangan dengannya. Sepertinya Guanlin memang ditakdirkan untuk selalu bermusuhan dengan-
















-Daniel.

⭐⭐⭐

"Nomer 18! Mana sih nomer 18,"

Frode [[Panwink / Guanhoon]] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang