[O8]
.
.
.
.
[[Meninggalkan, Ditinggalkan dan Sebuah Rahasia]]
.
.
.
.
.
.
.
Daniel memicingkan matanya, sudah bertahun-tahun mereka tidak bicara berdua. Tidak ada yang berniat menghubungi, tidak ada yang berniat meminta maaf, tidak ada yang berniat memperbaiki hubungan. Guanlin, dihadapannya juga tetap tenang.
Sesekali menyesap kopi hangatnya dan melempar pandangan ke jalan raya yang sepi. Tidak ada satupun dari mereka yang mau membuka suara, tidak ada satupun dari mereka yang membahas masa lalu; barangkali berniat menyelesaikan masalah mereka yang ditelan waktu itu.
Daniel jengah, namun tidak tahu harus memulai pembicaraan darimana. Guanlin yang meminta untuk bertemu, dan Daniel hapal betul bahwa lelaki itu sedang cemas dibalik wajah tenangnya. Ia sudah mengenal Guanlin sejak kecil. Jadi ia paham betul bahwa ketenangan itu hanyalah kedok, untuk menutupi bahwa aslinya lelaki itu sedang merasa banyak hal.
Tapi bukan itu yang mau dibahas disini, tapi mengenai hal yang akan Guanlin sampaikan, perihal orang yang ia cintai.
"Jihoon, gimana?"
Daniel menatap Guanlin semakin tajam, menyiratkan ketidaksukaan pada nada suara Guanlin yang terdengar khawatir. "Baik," jawab Daniel seadanya, karena sebenarnya iapun tidak tahu. Sudah beberapa hari ia tidak bertukar komunikasi dengan tunangannya itu.
Guanlin tersenyum pahit.
Jihoon baik, bahkan ketika Guanlin tidak ada. Guanlin mengangguk mengerti, ia memang benar-benar figuran disini. Hatinya merasa sedikit tidak terima karena secepat itu Jihoon melupakannya. Tapi hal itu cukup bagus, setidaknya Jihoon tidak merasakan betapa menyiksa rasa kehilangan seperti yang Guanlin rasakan selama satu minggu berpisah dengannya.
Mengernyit dahi Daniel. Guanlin tampak sangat bersedih, namun ia tidak peduli. Bukan urusannya. Lagipula, ia merasa bahwa Guanlin orang asing sekarang, meski dahulu pernah saling merangkul dan saling menukar teriakkan sorak sorai kebahagiaan di lapangan basket sekolah.
"Lo mau ngomong apa, sih? Gua sibuk." ujar Daniel, dengan nada penuh kebencian dan Guanlin maklum. Ia mengangkat kepala, Daniel tampak tidak berubah sejak dahulu.
Seberapa dingin nada suara Daniel, Guanlin tahu bahwa ia hanya seorang pecundang yang selalu bersembunyi di ketiak Mamanya. Guanlin tidak takut sama sekali, bahkan jika disuruh beradu jotos sekarang, ia berani. Meskipun badan Daniel besar, ia tidak punya kemampuan apapun. Ia anak Mami yang terus menerus merengek, seperti bayi. Ya, musuhnya itu, yang sangat ia kenal itu. Sampai Guanlin tahu segala titik kelemahan dan kelebihannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Frode [[Panwink / Guanhoon]] ✔
Fanfiction[COMPLETED + BONCHAP + EXTRA] "Only your smile, able to fill the blank point in my heart," a Panwink fanfiction; ㅡAU; bxb; angst; mature content; harsh words; slight 180206 ㅡ 180323✔ High rank : was #34 in fanfiction ((180318)) ©Sillylife1...